Halaman 9

112 10 10
                                    


Hari hari berlalu jinyoung semakin menjadi orang yang berbeda ia mulai menunjukkan berbagai ekspresi dan belajar bagaimana mengungkapkan perasaan sehari hari pada jihoon, ia juga mulai memperhatikan dan memperdulikan jihoon kali ini.

Rasa bebas dan ringan ia rasakan akhir akhir ini, melihat wajah lenbut pemuda yang saat ini sedang memetik bunga bunga di belakang rumah kayu miliknya membuatnya tenang.

Apa terlalu berlebihan jika jinyoung mengatakan ia tidak pernah merasa nyaman sekaligus bahagia seperti ini? apalagi terakhir ia memeriksakan dirinya hasilnya cukup bagus. Ia bisa merasakan dirinya bisa segera sembuh jika setiap hari seperti ini.

"Jinyoung." Panggilan itu membuyarkan lamunan jinyoung, seketika ia tersenyum kearah suara.

"Kenapa?"

"Jika bunga bunga ini di jual bukankah akan menghasilkan banyak uang, terlalu banyak bunganya, ah kalau kau tidak keberatan." Tubuh tinggi itu berjalan mendekati jihoon yang berdiri di tengah tengah kebun bunga.

"Aku tidak akan menjualnya." Wajah jihoon menekuk dengan bibir yang mempout sedikit tidak suka dengan jawaban jinyoung.

"Jika aku jual nanti kau tidak akan nampak indah diantara mereka."

"Haha gombalan macam apa itu." Senyum secerah matahari menghangatkan hati jinyoung yang tak bisa mengalihkan maniknya pada manik kembar galaxy di depannya.

"Hei aku serius ji."

"Baiklah lagipula kau tidak memerlukan uang lagi karena sudah kaya." Tangan mungil jihoon menarik jemari jinyoung yang menggantung, di bukanya telapak tangan lebar itu dan menaruhkan beberapa tangkai bunga mawar disana.

"Bunga ini sangat harum, aku juga suka warna putihnya." Tangan halus jihoon memetik satu persatu kelopak bunga mawar putih di tangan jinyoung hingga semuanya habis dan beralih penuh di tangan jihoon.

"Kenapa mencabuti kelopak bunganya." Si manis diam lalu mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan kelopak bunga. Ia tersenyum dengan sangat tulus namun ada raut pedih yang terlihat sekilas oleh jinyoung. Wajah cantik itu dan mata galaxy hangat itu meniupkan kelopak bunga tepat di depan wajah jinyoung.

Jinyoung mencium wangi bunga mawar semerbak dan harum air seperti bau bumi setelah di guyur hujan yang menyegarkan dan.......













Hah hah hah



"Jinyoung?" Suara yang jinyoung dengar pertama kali di telinganya seperti nya ia mengenal orang itu karna tak asing, ia juga bisa melihat dengan samar sekilas sosok lelaki yang lalu berlari keluar ruangan. Sekejab kemudian matanya terasa sangat berat padahal ia belum bisa membukanya dengan benar tadi, pening tiba tiba menyambar kepalanya ia tak tahan dan gelap, dunia gelap ia tak bisa melihat apapun hanya suara derap langkah beberapa orang yang ia dengar mendekat lalu berisik suara orang yang memerintah untuk ambilkan ini itu setelahnya hening....



"Tolong ambilkan selang oksigen, dan pastikan picu jantungnya agar stabil."

"Baik." Jawab serentak semua orang di dalam ruangan.







~~~~~~~~~~~~









"Jinyoung jinyoung lihat ini bagus tidak?"

"Hem."

"Tapi mahal." Wajah manis itu menekuk, membuat lelaki yang di belakangnya tidak tega.

"Tidak apa apa beli lah."

"Em tidak." Kepala itu menggeleng ribut dengan lucunya. Mau bagaimanapun pemuda ini sangat imut di mata jinyoung.

Namun kadang ia merasa sangat kesal dan panas di kepalanya, karena sudah berkali kali kalimat itu di lontarkan oleh jihoon setiap melihat barang yang lucu, setiap itu pula jinyoung akan menghela napas panjangnya yang lelah, namun ia bisa apa mengekor jihoon yang sudah dari 3 jam yang lalu berjalan jalan dan melihat lihat bazzar di pinggir jalan namun tak membeli apapun.

PAPER // DeepwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang