Matahari mulai tenggelam di cakrawala meninggalkan berkas cahaya berwarna jingga di angkasa, dan bintang mulai menyapa makhluk bumi seisinya juga bulan yang menatap mereka enggan karena di selimuti awan.
Udara yang menghangat mulai mendingin, angin lembut menggerai rambut si manis dan juga rambut grey milik si dominan yang setia menikmati keindahan alam sore ini. Dua insan itu terduduk di ambang tenda mereka menatap jauh pada matahari jingga. Si manis memeluk dirinya, sambil mendengarkan cerita yang semakin membuatnya bingung harus berbuat apa selain hanya diam.
"Aku tidak mempunyai orang tua." Jihoon mendengarkan dengan hati hati, kembali menoleh untuk menatap wajah dingin yang menatap datar pemandangan jauh di depannya.
"Aku besar di panti asuhan.
Orang tuaku yang membuangku." Helaan kasar keluar dari belah bibirnya. " Mereka bercerai dan tidak ada yang mau menghidupiku." Jinyoung tertawa kecut di sela kalimatnya.
"Itu yang membuatku menjadi sedikit berbeda, aku senang mereka bercerai karena aku tidak lagi menjadi pelampiasan emosi mereka. Tapi entah kenapa perceraian itu membuatku semakin menjadi orang yang aneh."
"Aneh? Kau baik baik saja jinyoung."
"Orangtuaku selalu meributkan hal hal kecil mempermasalahkan sesuatu yang tak berarti menjadi besar, mereka bertengkar setiap hari, setiap hari pula aku akan menambah luka di punggungku, tidak bisa di hitung lagi berapa kali tubuhnya lebam dan bengkak." Jihoon meringis mendengar cerita itu, lalu ada perasaan iba dan lega karena ia sekarang melihat jinyoung sukses di jalannya.
"Seharusnya aku bahagia bukan? tapi kenapa rasanya di dalam dadaku bergemuruh dan sesak setiap aku mengingat mereka yang meninggalkanku? membuatku menjadi orang aneh dan gila." Wajah tegas itu menoleh menatap manik indah galaxy jihoon yang masih terus terpaku.
"Kau tidak tau apa yang aku miliki. Aku sudah berjuang selama belasan tahun untuk menyembuhkannya."
"Jinyoung kau sakit?" Hanya itu yang di tangkap jihoon atau jangan jangan jinyoung sedang menderita? melawan penyakit parahnya sendiri?
Manik legam milik jinyoung menatap hangat manik galaxy yang mulai berair. Ah jinyoung merasa hatinya tercabik. Di bawanya tubuh itu ke pelukannya di usapnya punggung si manis. Namun si lelaki berambut grey malah menghela napas.
"Tidak jihoon bukan sakit seperti itu, aku tidak akan meninggalkan dunia ini, juga dirimu." Kali ini hati jihoon yang terasa di tusuk oleh kalimat barusan, kata kata itu membuatnya semakin bersalah.
"Kau tau ji, aku hanya punya dirimu, aku sangat beruntung bertemu denganmu, kau satu satunya orang yang benar benar ingin aku lihat setiap hari, orang yang sedikit demi sedikit mengajariku menjadi seorang manusia biasa dengan sebuah perasaan. Kau begitu berharga dan aku tidak bohong untuk ini."
Sebuah krystal bening menetes melewati pipi pucat yang halus, tanpa isakan yang berarti bahkan jinyoung tidak tau.
Hatinya mencelos, lelaki ini, lelaki yang memeluknya ini pantas bahagia, ia tak tau sepenuhnya masalah dari semua yang lelaki itu alami dan yang benar benar ia rasakan, tapi satu hal yang membuatnya yakin, lelaki ini kesepian tidak memiliki siapapun dan yang membuat hatinya tergores, dirinya menjadi bagian dari hal penting di hidupnya.
Aku pikir aku tidak terlalu berharga baginya... lalu bagaimana ini.. bagaimana jinyoung bisa melewati semuanya nanti... jika aku...
jika aku
tidak ada lagi..
Bagaimana dengannya.....
~~~~~~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
PAPER // Deepwink
Fiksi PenggemarSeorang penulis terkenal yang berkhayal tentang sebuah kebahagiaan, lalu ada yang datang merubah kertas putihnya, sosok dengan tinta emas... tanpa nama WARNING! Rated++ 🔞 bxb yaoi! Deepwink