35

216 20 5
                                    

Kin menatap ponselnya dengan durasi waktu yang cukup lama. Matanya bahkan dibuat memerah tatkala menatap benda segi empat pipih itu. 

'Kamu punya kontak teman sepupumu itu?'

'Maksud kamu siapa?'

'Zoya.'

'Enggak. Kontaknya yang lama sudah tidak bisa dihubungi. Kenapa?'

'Oh.'

'Kamu belum jawab pertanyaanku.'

'Nothing.'

'Kalau kamu mau kontaknya tinggal ngomong aja. Jangan berbelit-belit.'

'Bukan begitu..'

'Nanti aku minta ke Tania.'

'Thanks's, bro!'

Setelah menurunkan harga dirinya dengan meminta kontak Zoya pada Levin kemarin, Kin mendadak menjadi pria paling bodoh di dunia. Selama dua puluh tujuh tahun hidupnya di dunia ini, tidak sekalipun ia pernah meminta kontak perempuan. Terkecuali itu anggota keluarganya sendiri seperti Mamanya dan juga adik cerewetnya, Neysa.

Harga diri seorang Kin Dhananjaya terlalu tinggi. Dia enggan menurunkan harga dirinya hanya untuk seorang perempuan. Namun, semuanya berubah ketika itu berhubungan dengan gadis menyebalkan bernama Zoya. Mantan pembantu gadungannya itu perlahan-lahan mengikis harga dirinya yang tinggi melebihi tinggi gedung Petronas. Sial! Efek ciuman waktu itu membuat dada dan irama jantungnya seakan tidak pernah berjalan dengan normal beberapa hari ini.

Kin membulatkan tekadnya untuk menghubungi Zoya. Persetan dengan egonya. Dia bukan tipe pria yang dengannya mudahnya mundur jika sudah memprioritaskan sesuatu. Tunggu! Apa sekarang Zoya adalah prioritasnya? Entahlah.. Yang pasti ia masih meragu untuk hal itu. Bagaimana dengan rasa suka? Sayang? Cinta? He can not explain it!

Kin Dhananjaya: Hai. Aku Kin.

Kin menghapus kembali pesan yang hendak ia kirim ke Zoya. Itu terlalu manis menurutnya. Gadis itu pasti kegeeran membaca pesannya yang terkesan seperti anak alay itu.

Kin Dhananjaya: Zoya, ini aku. Kin Dhananjaya! Ada yang mau aku bicarakan denganmu. Bisa kita bertemu besok?

Pesan macam apa itu? Itu masih terkesan manis. Kin kembali menghapus pesan itu. Dia bingung kenapa jalan otaknya sekarang ini seperti siput di kartun Spongebob? Sungguh lemot pikirnya.

Kin Dhananjaya: Ini aku, Kin!

Done! Just it? Ya, karena dia memang Kin Dhananjaya. Si pria yang memiliki harga diri tinggi terhadap perempuan. Meski terkesan singkat. Tapi pesannya itu sudah mencerminkan style seorang Kin Dhananjaya.

Kin mengetukkan jari-jemarinya di meja kerjanya. Menunggu pesan balasan dari Zoya membuatnya mengabaikan tumpukan laporan di mejanya. Dia seolah tidak tertarik dengan laporan itu. Meski laporan itu bernilai ratusan juta sekalipun, tapi benda pipih yang berada digenggamannya sekarang terlihat jauh lebih bernilai dari itu.

"Sial!" Kin mengumpat kesal menatap layar ponselnya. Sampai sekarang Zoya belum juga membalas pesannya. Dia menggenggam benda pipih itu dengan erat. Kalau begini dia menyesal sudah mengirimi Zoya pesan.

Tidak lama pintu ruangannya terbuka. Dia tahu siapa yang datang. Sandra. Perempuan yang selalu mengenakan sepatu hak tinggi itu menatapnya dengan tatapan berbinar ketika langkahnya mulai mendekat ke arah mejanya.

"Pak.. Saya ingin mengambil laporan hasil kerja yang tadi pagi Saya berikan.." kata Sandra dengan sopan.

Kin melirik sekilas laporan yang sama sekali belum dia jamah itu. "Saya belum selesai memeriksanya. Terlebih menandatanganinya. So, kamu boleh mengambilnya besok," tegas Kin.

Kin & Zoya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang