"Selamat pagi semuanya.""Selamat pagi, pak."
Seorang pria paruh baya berpakaian rapih memasuki ruangan kelas yang sudah terisi lengkap. Senyuman lebar menghiasi wajahnya, membawa aura baik untuk seluruh murid di kelas tersebut.
Menurut Fadly -sang guru matematika- mengajar di kelas XII MIPA 4 adalah suatu penggambaran tepat dari surga dunia. Tidak seperti kelas lain, seluruh murid disini begitu kalem dan penurut. Tidak semuanya memiliki otak cerdas, bahkan sering ada yang mendapat nilai dibawah KKM jika ulangan dilangsungkan. Namun, mereka tidak ribut dan rusuh seperti kelas lain. Mereka menyimak dengan baik, dan tidak pernah memancing emosi guru manapun.
Benar-benar kelas terbaik.
"Baik, apa semuanya sudah mengerjakan tugas yang kemarin saya berikan?"
"Sudah pak."
Sang ketua kelas menjawab, diikuti anggukan serentak dari anggota kelasnya. Ini juga poin plus dari XII MIPA 4, mereka begitu disiplin dan menghargai tugas.
"Baik kalau begitu, ketua kelas tolong kumpulkan tugas yang lain. Seperti biasa, saya akan menunjuk dua orang untuk maju kedepan. Karena hari ini tanggal 5 bulan oktober, maka saya mau nomor absen 5 dan 10 yang maju."
Sang ketua kelas berdiri, berjalan mengililingi kelas untuk melaksanakan tugas dari pak Fadly. Mengumpulkan satu-satu buku bersampul coklat yang turbungkus rapih. Iya, Fadly memang menerapkan sistem sampul serentak untuk setiap kelas. Dan, kelas ini sangat beruntung mendapat warna coklat.
"Bulan Arjuna Pradipta dan Geovani Ilyang Saputra."
Setelah sekretaris menyebutkan, dua orang yang dimaksud langsung melangkahkan kaki menuju ke depan kelas. Mereka menyelesaikan soal dengan baik, dan dihadiahkan tepuk tangan dari teman-teman sekelasnya.
Ya, begitulah kira-kira kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh seorang Bulan Arjuna Pradipta. Menjadi murid tahun akhir di sebuah kelas kesayangan para guru, sekaligus menjadi murid andalan yang memiliki otak cerdas.
Mulus.
•••
Lain ceritanya dengan kehidupan seorang Bintang Argadery Algibran. Sahabat baik Arjuna yang memiliki sifat berbalik 180°. Ia seorang pemuda tampan yang memiliki peran paling penting di kelas. Apa perannya?
- sebagai pemancing keributan.
Mantap, kan?
"Kamu tuh ya, jangan keseringan mancing masalah dong Bin. Apa gak capek dihukum mulu?"
Arjuna tuh capek, sangat-amat-teramat capek malah menghadapi kelakuan sahabatnya sedari SMP tersebut. Rasanya, Juna ingin menampar wajah tampan Arga bolak-balik. Terlalu menyebalkan.
Seperti sekarang, mereka tengah berjalan beriringan melewati koridor sekolah yang mulai sepi. Tadinya, Juna berniat untuk menghabiskan waktu jam kosong di kantin sekolah. Dia belum sarapan, dan cacing di perutnya berdemo. Sialnya, Ilyang -sang kawan dekat- enggan menemani, mau fokus mengerjakan tugas organisasi katanya. Jadi lah Juna berjalan sendirian menuju ke kantin.
Tadinya sih begitu, sayangnya rencana menjadi berantakan ketika ia menemukan Arga tengah mencoba bolos.
Iya, Argadery mencoba bolos dari sekolah lewat gerbang utama. Apa tidak gila?
Untungnya, Juna masih menganggap Arga sahabat dan menarik kerah seragam pemuda tampan tersebut.
"Ya, gapapa dong Jun. Masa muda tuh dinikmatin, kapan lagi coba bisa ngerasain jadi anak SMA."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Star • Henxiao
Romance"Karena pada dasarnya, laki-laki diciptakan untuk perempuan. Bukan untuk sesamanya." So, what if we rewrite the star?