Hari ini hari minggu, dan diluar sana hujan turun begitu deras. Menimbulkan suara bising dan hawa dingin yang sukses membuat siapapun menjadi tergoda untuk bermalas-malasan.Sama halnya seperti remaja 18 tahun berinisial Arga. Ia hanya diam sambil bergelung di dalam selimut tebal miliknya yang terasa begitu hangat. Nyaman sekali~
Ia tidak memiliki keinginan atau agenda apapun, jadi ia telah memutuskan kegiatan paling tepat untuk menghabisi hari ini.
Kegiatan bernama mari-bermalas-malasan-dan-tidak-melakukan-apapun. Yups, kegiatan yang penuh manfaat.
Arga begitu terhanyut didalam alam mimpinya. Fyi, ia tengah bermimpi sedang menghabiskan semangkok besar bakso aci sendirian. Iya, Arga memang seorang 'boci lovers' garis keras.
Hampir saja air liurnya menetes, sebelum ia merasakan getaran hebat yang membuatnya menegang.
"HEH! GEMPA WOY! BI KOKOM ADA GEMPA BI, CE-"
Bentar, kan tadi rencananya Arga mau manggil Bi Kokom -pembantu rumah tangganya- ya. Tapi, kenapa yang sekarang berada di hadapannya justru seorang pemuda manis berkulit putih dengan mata tajam?
Apa Bi Kokom glow up? Tapi, kenapa malah jadi mirip seseorang ya?
Siapa ya? Arga lupa, soalnya kalau baru bangun otaknya jadi suka lemot.
"BINTANG TOLOL, SIALAN, GOBLOK! KENAPA LAMA BANGET SIH BANGUNNYA ASTAGA? KITA KAN JANJIAN MAU MAKAN SIANG BARENG BODOH!!!"
'Keknya gue inget deh ini siapa.' -Arga, 2020.
"Bulan?"
"ISH, BINTANG!"
Juna nda sanggup, Juna nda kuat. Jadi, dia lampiaskan saja kekesalannya dengan menjambak rambut tebal Arga. Gak kuat kok, cuma sedikit brutal aja. Hehe-
-hehe. Dan, Arga hanya bisa pasrah ketika sadar bahwa yang menjambaknya saat ini nyata. Bukan sekedar bayangan apalagi halusinasi.
Huhu. Masih pagi sudah mengalami penyiksaan. Sunday morning yang mengesankan sekali.
•••
"Mau pesan apa?"
"Ayam bakar sambel ijo dua, es teh satu sama es jeruk satu."
Setelah menuliskan pesanan, sang pelayan beranjak pergi meninggalkan dua pemuda tersebut. Juna terlihat fokus dengan ponsel ditangannya, sedangkan Arga memilih fokus ke jalanan luar yang terbasahi air hujan.
"Hujan hujan gini kenapa makan nasi, sih? Padahal kan lebih enak kalau makan mie ayam, Bul."
Juna mengalihkan pandangannya ke Arga, yang menatap tepat ke bola matanya. Ia mendengus keras mendengar protesan tersebut, lalu kembali fokus pada benda kotak di dalam genggamannya.
"Gak ada makan mie, gak baik."
Arga hanya mendengus, merasa tidak terima atas penolakan Juna barusan. Ia kembali menatap jalanan luar, hujan mulai sedikit mereda. Hanya sisa rintik-rintik kecil yang terkesan sendu, dan hal ini sukses membuka kotak kenangan di dalam ingatan Arga.
Perpisahan yang menyakitkan di bawah rintik hujan.
"Bintang?"
"Hm?"
Arga menoleh, menatap sepasang lensa coklat yang menatap khawatir padanya.
"Kamu kenapa melamun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Star • Henxiao
Romance"Karena pada dasarnya, laki-laki diciptakan untuk perempuan. Bukan untuk sesamanya." So, what if we rewrite the star?