"Happy new year sayang.""Happy new year too, baby. And also, happy new year for this cutie little star."
Sebuah ciuman mendarat di kening wanita berusia 25 tahun tersebut, lalu dibalas dengan senyum hangat. Kembang api mulai menghiasi langit malam ketika waktu telah menunjukkan pukul 00:00
"Saya sayang kalian berdua, tolong jangan pernah pergi dari kehidupan saya."
"Tentu."
- what if we rewrite the star?
"Bul, selamat tahun baru."
"Kamu nelpon aku jam 12 malam cuma buat ngucapin selamat tahun baru?"
"Heh! Ini momen berharga tau, pergantian tahun sekaligus lembaran baru. Jangan mentang-mentang gak ada temen jalan, kamu jadi sensi sama tahun baru."
"Yaudah iyaa, selamat tahun baru juga Bin. Semoga bahagia selalu..."
Suara Juna terdengar begitu lemah, dan Arga tidak menyadari hal itu. Ia hanya berfikir, 'mungkin karena dibangunkan tengah malam, dia jadi tidak bersemangat.'
"Makasih, kamu juga ya Bul. Gak jadi nyusul nih?"
Juna termenung. Sebenarnya, ia ingin menyusul. Sangat amat ingin, dan ayah bunda juga pasti memberikan izin. Tapi, bayangan tentang bagaimana confess yang dilakukan Seirra waktu itu sukses membuat Juna menjadi malas. Apa ya? Bukannya Juna cemburu, yakali Juna kan masih suka cewek, tapi malas aja rasanya ngebayangin harus menjadi nyamuk di antara momen Arga dan sang pacar.
"Gak deh, Bin. Bunda masih sakit, gak tega ninggalinnya. Ayah juga lagi sibuk-sibuknya, jadi mau dirumah aja."
"Oh, gitu. Yaudah deh, gapapa. Titip salam buat bunda, ya? Bilangin, semoga cepat sembuh. Nanti kalau udah balik, aku mampir kerumah deh bawain oleh-oleh."
"Iya Bin, makasih ya."
Arga menyuruh Juna untuk kembali tidur lalu panggilan berakhir setelah mereka saling mengucapkan kalimat 'sampai jumpa'. Juna menghela nafas, rasa kantuknya menguap seketika. Ia jadi tidak bisa tertidur setelah suara Arga menghilang. Entah apa yang menjadi bahan fikirannya, ia juga tidak tau. Yang jelas, saat ini, hatinya sedang tidak baik-baik saja.
Sama halnya seperti seorang pemuda tampan yang tengah duduk sendirian di bangku taman belakang, sembari memandangi hamparan bintang yang tersebar luas di langit malam. Ada tambahan hiasan di langit sana; kembang api yang menyala indah layaknya bunga yang mekar.
"Tahun baru, ya? Tahun depan bakalan ada apaan ya? Kira-kira, gini lagi atau ada yang berubah, ya?"
Arga mengedarkan pandangannya, menatapi langit luas yang tidak berujung. Matanya terhenti pada sebuah hiasan yang terlihat tunggal, namun indah dengan sinarnya. Bulan.
"Tahun ini, tahun sebelumnya, bahkan tahun-tahun sebelumnya lagi, Bulan selalu jadi orang yang berarti di kehidupan aku. Tahun depan, bakalan tetap sama, kan? Bulan bakalan selalu di sampingku, kan?"
Terdengar helaan nafas yang berat, lalu ia menunduk. Menatap kakinya yang menapak di rerumputan hijau. Arga bingung apa yang tengah terjadi dengan hatinya. Setelah adegan confess yang dilakukan Seirra kemarin, hatinya menjadi tidak karuan. Ia juga bingung, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa ia merasa sangat risih dengan ucapan Seirra?
"Coba aja ada bunda disini, pasti aku gak perlu pusing mikirin hal beginian doang. Bun, apa kabar? Bunda bahagia banget ya sama pasangan bunda yang sekarang? Sebegitu bahagianya sampai gak ada waktu buat nengokin Arga sekali aja? Arga kangen bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Star • Henxiao
Romance"Karena pada dasarnya, laki-laki diciptakan untuk perempuan. Bukan untuk sesamanya." So, what if we rewrite the star?