7. Who?

139 65 151
                                    


"Ini bukan sepenuh nya salah Jungkook.."

Atensi Jungsu langsung mengarah ke arah istri nya. "Jadi kau menyalah kan ku?"

"Tidak juga. Tapi apa yang dikatakan Jungkook ada benar nya, sejak dulu ia selalu menuruti mu. Tapi sekarang kau malah menikah kan nya dengan seseorang yang tak dia cintai.."

"Dulu kau juga setuju aku menjodohkan nya dengan Jina, lalu kenapa kau malah menyalahkan ku.." Ucap Jungsu.

"Aku setuju karna dulu aku mengira Jungkook akan menyukainya. Tapi sekarang aku sadar, bahwa putra ku membenci nya. Aku tak mau Jina sakit hati karna nya.."

Ucapan sang istri membuat Jungsu tertohok. Ia pergi darisana meninggalkan Haneul yang hanya menatap nya datar. Dulu sebelum Jungkook menikah dengan Jina ia memang sempat memberitahu nya bahwa ia sudah memiliki calon. Jungsu tentu nya bertanya-tanya siapa wanita yang dimaksud Jungkook, namun ia menolak karna suatu alasan dan menjodohkan Jungkook dengan Jina.























***

"Sayang! Apa kau tau dasi ku?"

Jungkook mengedarkan pandangan nya ke setiap sisi kamar nya namun benda panjang itu tak kunjung ketemu. "Di lemari, Koo!" ucap Yuri sedikit teriak karna dirinya sedang ada didapur.

Mendengar nya Jungkook langsung membuka lemari tapi masih saja benda itu tak ketemu. "Dimana?" Jungkook kembali bertanya sambil sibuk mencari dasi nya itu.

Tak lama Yuri datang dan langsung menemukan nya. "Lihat?! Sudah jelas ada didepan mata mu, Koo. Tapi kau tak menyadari nya.."

Jungkook menggaruk tenguk leher nya dan terkekeh pelan. Padahal tadi ia juga sudah sempat mencari di lemari dan tak menemukan nya, tapi kenapa kekasihnya itu malah bisa menemukan nya. Bahkan hanya dalam hitungan detik.

"Kenapa aku bisa pelupa seperti mu" ucapan Jungkook pun langsung mendapat lirikan tajam dari Yuri. Memang benar dirinya itu pelupa, tapi itu tidak terjadi tentang hal yang berkaitan dengan Jungkook. Ia tau betul letak dimana barang-barang pria itu, karna Yuri sudah terbiasa melihat Jungkook yang sembarangan jika menaruh-naruh barang.

Yuri tak menanggapi nya dan sibuk memasang kan dasi tersebut ke kerah baju Jungkook. Hari ini Jungkook sedikit terlambat bangun maka dari itu pria tersebut gugup mencari dasi nya. Yuri sudah membangun kan nya tapi Jungkook selalu mengulur-ulur waktu. Dan berakhir seperti ini.

"Sudah, ayo kita sarapan. Kau sudah sangat telat, Koo"

Yuri berjalan keluar diikuti Jungkook dari belakang. Sarapan hari ini sedikit lebih cepat dari biasa nya, Sebenarnya Jungkook tak masalah jika ia terlambat, tapi hari ini ada rapat dengan clien nya maka dari itu ia buru-buru menghabiskan sarapan nya. Tak butuh waktu lama bagi Jungkook untuk sarapan, hanya beberapa menit lebih awal.

Jungkook meneguk air yang sudah di sediakan Yuri untuknya lalu mengambil tas kerja nya untuk berangkat. "Sayang, aku berangkat dulu. Sampai nanti" ucap Jungkook seraya mengelus-elus rambut Yuri.

Yuri hanya merespon dengan anggukan kepala dan melanjutkan sarapan nya yang masih tersisa. Setiap pagi rasanya membosan kan, ia kembali sendirian dan sepi. Kemarin pun sehabis Jungkook pulang dirinya hanya sedikit bicara, entahlah mungkin keadaan mood nya yang sering berubah-ubah.
























***

Langkah Jina tertahan karna kepala nya yang mendadak pusing. Ia juga sedikit mual, entah karna apa. Akhir-akhir ini Jina sering merasakan gejala tersebut. Ia hanya menanggap bahwa itu kurang enak badan saja, jadi ia hanya meminum obat penghilang pusing dan juga mual biasa. Tak ada niatan untuk pergi kedokter.

Jina mencoba meraih ujung sofa sebagai pegangan. Penglihatan nya pun sudah sedikit kabur, padahal Jina tak terlalu sering menatap layar ponsel atau televisi. Terbilang sejak 2 bulan lalu ia merasakan ini, awal-awal memang seperti biasa saja. Ia pun masih bisa beraktivitas seperti biasa. Pernah hampir satu minggu Jina tak lagi merasakan nya, namun selang beberapa hari gejala itu muncul lagi. Semua orang tak tau jika ia mengalami ini karna Jina pandai menahan rasa pusing dan mual dengan ceria nya. Ia tak ingin dilihat remeh oleh orang-orang, kecuali Taehyung yang sudah biasa mendengar Jina menangis. Tapi pria itu juga tak pernah memberi tahu siapa pun, hanya mereka berdua yang tau. Tentang gejala nya ini sebenarnya Taehyung tak tahu juga. Yang ia tahu hanya masalah Jungkook dengan dirinya saja.

Jina berusaha berjalan ke arah kotak obat yang tak jauh dari saat ini ia berdiri. Penglihatan yang kabur serta rasa pusing dan mual membuat Jina sedikit kesusahan mencapai nya. Butuh waktu untuk berjalan mendekat ke arah kotak obat sampai akhirnya pun ia berhasil meraihnya. Segera Jina mencari obat yang ia maksud lalu meminum nya. Mungkin ia butuh istirahat sekarang, mengingat tadi ia sibuk membersihkan rumah.























***

"Apakah ada pertemuan selanjutnya?"

"Tidak ada, tapi beberapa berkas mungkin belum selesai. Sebaiknya kau tangani dulu, Seara akan membawakan nya nanti.."

Jungkook menganggukkan kepala nya. Ia berjalan santai ke arah ruang pribadi nya dan diikuti Mingyu dari belakang. Oh ya, Mingyu adalah salah satu tangan kanan Jungkook. Sebenarnya Mingyu sudah lama bekerja bersama nya bahkan sejak ayahnya masih memegang perusahaan, tapi beberapa waktu lalu Jungkook mengirim nya ke Busan untuk mengurus masalah perusahaan disana. Karna saat ini Jungkook tak memiliki sekretaris maka dari itu ia menyuruh Mingyu untuk membantu nya disini. Pria bermarga Kim itu juga sangat pandai dalam hal teknologi, ia bisa melacak siapa saja yang berani membobol uang perusahaan. Walau begitu, Mingyu masih seumuran dengan Jungkook dan ia pun sudah biasa memanggil Jungkook tanpa embel-embel pak.

Jungkook duduk dikursi kerja nya dan mulai memeriksa berkas-berkas yang ada di laptop nya. Dirinya sangat beruntung mempunyai Mingyu, pekerjaan nya sedikit berkurang karna nya.

"Kook, apakah tuan Jeon sering kemari?" Tanya Mingyu.

Jungkook menggelengkan kepala nya. "Tidak, bertemu saja jarang.." ucapan Jungkook tentu nya membuat Mingyu mengerutkan kening nya.

"Memang nya kenapa? Apakah karna pernikahan mu itu?"

Jungkook menghela nafasnya pelan lalu menatap Mingyu. "Ya, kau tau bukan semenjak aku menikah dengan Jina semua nya berubah"

"Tapi itu bahkan sudah lama sekali. Kau tak seharusnya begitu, dan aku yakin kau masih dengan Yuri?"

Jungkook mengangguk lagi. "Apapun yang terjadi aku tak akan melepaskan Yuri. Ini hidupku, jadi aku berhak melakukan apapun.."

"Kau bahkan sudah menikah. Kenapa kau menghianati nya?"

"Aku tak mencintai nya.."

Mingyu tak habis pikir dengan jalan pikir Jungkook. Padahal jika ia lihat Jina sangat mencintai Jungkook tapi pria itu malah menghianati nya. Mingyu tahu masalah ini karna dulu dirinya sangat dekat dengan Jungkook. Pria itu pun juga tak sengan menceritakan masalah pribadi kepada nya.

"Tuan Jeon pasti akan marah besar dengan mu, Kook"

"Ya, aku tau. Itu pun juga sudah terjadi. Lagi pula kenapa ia tak merestui ku? Padahal dulu aku sudah meminta restu pada nya.."

"Ayah Yuri adalah-"

Mingyu hampir saja memberitahu Jungkook tentang ini. Oh, ayolah ia sudah berjanji kepada tuan Jeon untuk merahasiakan ini dari Jungkook tapi mulutnya sudah sangat gatal untuk memberitahu nya. Untung saja ia langsung bungkam. Dilihat Jungkook menatap nya bingung sambil memincingkan mata nya.

"Ayah Yuri? Ada apa?" Tanya Jungkook.

Mingyu cepat-cepat menggeleng dan mengalihkan padangan nya ke arah Jungkook. "Tidak ada apa-apa.."

"Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku? Apa hubungan nya dengan ayahku dan ayahnya Yuri?"

"Lupakan saja. Aku hanya bercanda tadi.."








***

Tbc.

Love MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang