Part 18. Dua Pangeran

3K 219 21
                                    

Lelaki yang hebat bukanlah ia yang mampu meluluhkan jutaan hati wanita, melainkan ia yang mampu bertahan dengan satu wanita dan mampu menjaganya
-🦋Love with Innocent Girl🦋-

✿✿✿

"Mama!" teriak Icha dari atas tangga membuat Mama Andira lalu menoleh ke arahnya.

"Ada apa, Sayang? Bangun-bangun udah teriak aja, untung jantung Mama gak copot tadi," kekehnya menatap Icha yang tengah menyeringai senyum manis miliknya.

Icha mendudukkan bokongnya di atas kursi kosong yang tak jauh darinya. "Ma, Aqsha kok gak ada di kamarnya, Ma?"

"Aqsha tadi pagi pulang mau siap-siap sekolah, katanya nanti ke sini lagi kok. Kenapa? Kamu suka sama Aqsha, ya? Nanti Devano mau dikemanain?" goda nya berhasil membuat wajah sang anak bersemu merah.

"Ih, Icha gak suka Kak Devano ataupun Aqsha tahu, Ma," lirihnya menutupi kedua pipinya yang berwarna merah serupa kepiting rebus.

"Assalamu'alaikum." Terdengar suara berat dari ambang pintu sontak mereka menoleh.

"Wa'alaikumussalam. Sini masuk, Nak," jawab Mama Andira lembut.

"Loh, Ma. Kok pintunya gak ditutup, sih? Lihat, tuh, ada maling masuk ke rumah," ejek Icha lalu menyantap sepotong roti dengan selai cokelat tentunya.

Aqsha menjewer telinga Icha pelan lalu mengacak-acak rambutnya, membuat Icha berteriak memekikkan telinga. "Aqsha! Mama, Aqsha ngeselin, nih!"

"Lo duluan. Gue kasih salam bukannya jawab malah ngatain gue maling," sahutnya.

"Kalian ini masih pagi udah berdebat aja. Aqsha udah makan belum?" tanya Mama Andira dibalas gelengan dan kekehan dari sang empu.

Mama Andira meraih sepotong roti, mengolesinya dengan selai cokelat dan menyodorkan pada Aqsha yang tengah duduk di samping kanan Icha.

"Makasih, Ma," ujar Aqsha meraih sepotong roti dari tangan Mama Andira.

🦋

"Pelan-pelan, setan! Kalau ngajak mati jangan sama Icha, dong. Icha masih mau hidup tahu!" pekiknya lalu memukul helm Aqsha membuat sang empu tertawa.

"Sampai," katanya pelan.

"Besok lagi ogah Icha bareng sama Aqsha. Lihat, nih! Masa rambut Icha berantakan kayak gini. Tanggung jawab pokoknya!" kesalnya menatap ke arah lain.

Aqsha meletakkan helm fullface miliknya lalu mendekati sang gadis yang tengah mengerucutkan bibir beberapa centimeter. "Gue rapiin."

Hanya dengan tangan kekar miliknya namun, berhasil membuat rambut Icha kembali rapih meski tak serapih awalnya. Keduanya menjadi pusat perhatian membuat Icha merasa malu. Berbeda halnya dengan Aqsha yang justru mengabaikan sekitarnya.

Aqsha menarik tangan Icha lembut lalu menggandengnya melewati kerumunan siswa yang juga tengah memarkirkan motor miliknya.

"Aqsha, Icha malu," akunya menutupi kedua pipinya dengan kanan kirinya.

"Nunduk," titah Aqsha.

Icha menurut. Ia terus menundukkan kepala hingga ia tak menyadari ia telah sampai di depan kelasnya.

"Udah nunduknya, Natasha. Udah sampai," bisik Aqsha.

Bahkan, ia tak menyadari Aqsha telah melepas genggamannya. Namun, tanpa sengaja iris matanya mendapati sang senior tengah menatapnya murka. Ia terdiam menatap punggung sang senior yang menjabat sebagai pacarnya itu hingga benar-benar hilang dari penglihatannya.

[✔️] Love with Innocent GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang