*
This is original by Yojinssi
*
Perasaan yang tak sengaja hadir.
Pagi itu tidak biasanya ada seseorang yang masih tertidur di sampingnya. Eun-Rin menyunggingkan seulas senyum manis melihat wajah tampan di sampingnya. Biasanya pria itu sudah bangun sebelum dirinya, atau meninggalkannya sendirian di ranjang. Namun hari ini rupanya pengecualian. Pria itu tidur menghadap dirinya, detik ini juga.
Dia memang tampan, Eun-Rin mengakui di dalam hati. Gadis itu mengangkat tangannya ragu-ragu untuk menyentuh pipi sang empu. Hangat, dan halus. Jari-jarinya mulai bergerak menelusuri wajah damai Marcus Cho, menyentuh bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung, dan bibir merah mudanya.
"Kau sudah bangun?" suara serak khas bangun tidur menyentakkan jantung Eun-Rin. Marcus terbangun. Ia berbicara dengan kedua bola mata yang masih terpejam.
"Hm," gumam Eun-Rin. Gadis itu memeluk pinggang Marcus, mendekatkan wajahnya di depan dada Marcus. Pria itu mencium kening Eun-Rin sebagai balasan.
Sejenak Eun-Rin termenung, memikirkan perlakuannya yang semakin tidak terduga kepada Marcus. Wajahnya yang ceria mendadak datar. Bolehkah ia melakukan segalanya diluar kendalinya seperti ini? Ada apa dengannya? Apa yang telah terjadi kepadanya?
"Apa rencanamu hari ini?" tanya Marcus pelan.
"Yo-Jin ssi, dan Chae-Lim ssi mengajak saya berbelanja. Setelah itu saya ingin mengunjungi restoran Kakak saya," jawab gadis itu.
Marcus semakin mengeratkan pelukan mereka. "Sayang sekali, tadinya aku ingin mengajakmu jalan-jalan," ucap pria itu.
"Tuan terlambat satu langkah," bisik Eun-Rin. Kepalanya terangkat menatap wajah pria itu dalam jarak dekat. Pria itu juga menunduk menatap wajah Eun-Rin. Marcus menyelipkan rambut gadis itu ke belakang telinga kemudian mengusapnya lembut.
"Orang-orang mengatakan kalau melihat perempuan sehabis bangun tidur, mereka terlihat lebih cantik. Ternyata benar. Kau terlihat cantik pagi ini," kata Marcus.
Eun-Rin tidak menjawab, ia fokus memandang warna bola mata yang dimiliki Marcus. Hitam kelam. Mata yang berhasil mengintimidasinya. Mata yang memiliki sinar rembulan.
"Kau cantik," kata Marcus sekali lagi sebelum mencium bibir gadis di depan wajahnya. Eun-Rin memejamkan matanya begitu bibir dingin Marcus menyentuh bibirnya. Pria itu menyesapnya secara perlahan, melumatnya seraya menekan bibirnya sehingga Eun-Rin menenggak kepalanya memberi akses Marcus menelusuri permukaan bibirnya tanpa sisa sama sekali.
Ciuman ini amat memabukkan. Selama hidupnya, Eun-Rin tidak pernah membiarkan pria mengkhayal untuk menciumnya. Bodohnya saat ini, ia begitu menikmati setiap perlakuan Marcus kepadanya. Sejak pertama pria itu menciumnya, ia mengambil rasa ketakutan yang dirasakan oleh gadis itu, mengambil rasa malu, dan mengambil seluruh kepercayaan yang tersimpan rapi di dalam diri.
Semua yang terjadi selama ini, apakah dikarenakan hatinya yang sudah benar-benar mati?
Eun-Rin meremas lengan Marcus keras. Meminta lebih. Lebih dari ini. Apakah yang ia rasakan hanya karena suasana semata? Bolehkah dirinya yang hanya sebagai barang investasi menikmati semua ini? Pertanyaan-pertanyaan aneh mulai bergejolak tiada hentinya.
Pria itu sepertinya paham apa yang diinginkan oleh Eun-Rin. Ia mengibaskan selimut ranjang hingga terkapar di lantai apartemen. Marcus mengangkat Eun-Rin sehingga gadis itu yang berada di atasnya. Rambut gadis itu yang tergerai indah menampar pipi Marcus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Relationshit (END)
FanfictionMature Content. Lee Eun-Rin tidak membutuhkan cinta dalam hidupnya. Apa yang kini telah ia capai, lulusan universitas ternama, dan bekerja di perusahaan ternama juga adalah impiannya untuk mencapai masa depan jauh lebih baik dari sekarang. Sejak ora...