Bab 3 - Money, You're Shiny

1.4K 121 12
                                    

This is original by Yojinssi

*

Ciuman pertamaku.

Langit cerah malam ini. Penuh bintang juga. Lee Eun-Rin mengerjapkan matanya berulang kali sambil menggenggam minuman kaleng. Kini ia tengah duduk di sisi trotoar jalan, melamunkan banyak hal.

Ponselnya menyala menandakan ada pesan masuk. Teman-teman satu kantornya bertanya ia ada dimana. Karena suasana hatinya berubah tidak baik, ia membalas pesan kepada teman-temannya kalau ia tidak bisa kembali ke restoran karena ada urusan mendadak.

Eun-Rin mendesah keras, ia mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Apakah ia baru saja mengalami pelecehan? Apakah ia akan dipecat? Sebaiknya ia mengatakan kepada seseorang atau diam saja? Gadis itu memegang bibirnya yang telah dicium secara tidak hormat oleh Wakil Direktur.

Kenapa dunia melakukan ini padanya? Kau tidak bisa marah meskipun kau marah. Kau tidak bisa menangis meskipun ingin menangis. Kau tidak bisa bersikap kasar meskipun mulutmu ingin segera mengeluarkan umpatan. Kita diatur tidak jelas oleh lingkungan demi menunjukkan identitas diri yang palsu. Cara kerjanya memang seperti itu, hanya saja terasa tidak adil bagi Eun-Rin.

"Bodoh." Ia mengatakan kata untuk dirinya sendiri. Pertama, ia bertindak gegabah. Kedua, ia tidak bisa mengatakan kalau Tuan Marcus bersalah. Ketiga, ia rendahan.

Baiklah, untuk apa dipikirkan. Ia hanya perlu melupakan apa yang menimpa dirinya dan fokus bekerja. Lagipula ciuman singkat itu tidak berarti apa-apa. Yo-Jin mengatakan kalau Tuan Marcus suka bermain-main dengan para gadis, dan mungkin saja sering bermain-main dengan pegawainya. Siapa tahu ia juga melakukan perilaku yang sama kepada pegawainya kemudian melupakannya begitu saja.

Benar. Caranya seperti itu. Eun-Rin menganggukan kepala menguatkan diri. Apa pun yang terjadi hari ini, ayo dilupakan. Orang-orang tidak akan percaya dengan apa yang diucapkannya, mereka pasti memihak Wakil Direktur Marcus Cho. Pada akhirnya ia harus meninggalkan kantor itu. Sedangkan ia masih membutuhkan pekerjaan itu untuk masa depannya.

"Oke. Mari kita lupakan." Ia berdiri, dan menegakkan bahu.

Lupakan apa yang terjadi...

Lupakan. Ciuman itu tidak berarti apa-apa.

***

Tidak boleh memiliki perasaan apa pun.

"Selamat datang kembali!"

Gadis itu memutuskan untuk menemui seseorang malam itu, ia berjalan menuju salah satu restoran. Setelah ia sampai di tempat itu, ia berdiri di jendela kaca besar yang memperlihatkan orang-orang tengah menghabiskan malamnya di tempat itu. Pandangan Eun-Rin beralih pada seseorang yang tengah membersihkan meja restoran ayam, ia menggunakan baju cokelat polos, dan celemek di pinggangnya. Rambutnya acak-acakkan, berkeringat pula. Seolah ia tidak punya waktu merawat dirinya sendiri.

Eun-Rin menelan ludahnya kemudian membasahi bibir. Dengan satu tarikan napas, ia berjalan memasuki pintu restoran itu menimbulkan suara dentingan tanda ada orang yang masuk.

"Sela- oh, Eun-Rin ah!" perempuan yang dipandanginya itu Lee Hae-Ra. Lee Hae-Ra yang selalu murah senyum. Lee Hae-Ra yang cantik. Lee Hae-Ra yang baik. Dan Lee Hae-Ra yang mengorbankan masa mudanya untuk menghidupi adik satu-satunya.

"Aku lapar." Eun-Rin menduduki meja yang baru saja dibersihkan oleh Hae-Ra. Ia menaruh tasnya di atas meja.

Hae-Ra tersenyum sumringah. "Kau baru pulang kerja?" tanyanya. Dari kemarin Kakaknya selalu membicarakan tentang pekerjaan yang didapatnya. Tidakkah itu terdengar tragis? Kini Hae-Ra bekerja di restoran ayam, dan adiknya bekerja di perusahaan besar. Kakaknya tampak haus cerita, ia menginginkan agar adiknya berbagi cerita. Eun-Rin tentu tidak bisa melakukan itu. Kenapa Kakaknya tidak memahaminya?

Black Relationshit (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang