Bab 8 - Something From The Past

1K 105 7
                                    

This is original by Yojinssi

*

Perasaan yang nyaman.

Kenapa ia bisa ada di ranjang kamarnya? Eun-Rin melihat ke sekeliling ruangan kamar barunya. Ia lupa kapan bisa ada di sini, mungkin Tuan Marcus memindahkannya ketika ia tertidur. Gadis itu menoleh ke samping ranjangnya, pria itu sudah pergi. Ia mendesah pelan kemudian bangkit dari ranjangnya menuju ke luar pintu.

Keningnya berkerut samar mendengar suara yang berasal dari dapur apartemen. Ia mempercepat langkahnya melihat siapa yang berada di sana. Eun-Rin hampir terkena serangan jantung tidak menyangka kalau suara itu berasal dari gesekan antara wajan, dan spatula. Pria itu bisa memasak?

Marcus Cho yang pertama kali menyadari kalau ada seseorang yang mendekatinya. Pria itu masih menggunakan pakaian yang ia pakai kemarin, tapi wajahnya sudah segar sepertinya sudah mandi.

"Kau sudah bangun?" tanya pria itu seraya menaruh dua piring berisi granola di meja makan.

Eun-Rin mengangguk kikuk. "Tuan yang memasak ini?" gadis itu berbalik tanya. Kejutan besar melihat Wakil Direktur tempatnya bekerja memasakkan makanan untuknya.

"Ya, seperti yang kau lihat," katanya. Ia berjalan mengitari meja mendekati posisi Eun-Rin berdiri. Lagi-lagi tingkah Marcus membuat Eun-Rin menahan napas. Pria itu menyentuh rambutnya dengan lembut, dan mencium keningnya.

"Selamat pagi," bisik pria itu lembut.

"Selamat pagi..." Eun-Rin mengucapkan itu dengan suara terjepit.

Marcus melihat jam di pergelangan tangannya. "Masih pukul enam pagi. Ayo sarapan bersama," ucapnya menyuruh Eun-Rin duduk di sampingnya. Gadis itu menuruti perintah Marcus. Pria itu bahkan memberikannya air putih.

"Terima kasih," kata Eun-Rin. Gadis itu tak enak hati karena Marcus harus melayaninya seperti ini. Bagaimanapun pria itu atasannya, mungkin jauh lebih baik jikalau Eun-Rin lah yang menyiapkan sarapan untuk pria itu.

"Saya kira Tuan Marcus sudah pulang," ucap gadis itu membuka obrolan di antara mereka. Marcus hanya mengangkat bahu menanggapinya, ia memasukan sesendok granola ke dalam mulutnya.

"Aku membelikanmu pakaian kerja, aku menaruhnya di ruang tamu. Pakailah hari ini." Eun-Rin mengerjapkan matanya berulang kali.

"Apa? Tuan Marcus tidak perlu melakukan semua itu, saya-"

"Aku perlu," sela Marcus. "Membelikanmu pakaian, aku merasa perlu melakukan itu. Seseorang dilihat melalui penampilan luarnya, kalau kau memakai pakaian yang bagus, orang akan jauh lebih menghargaimu," lanjut Marcus yang tampaknya tidak ingin dibantah.

Padahal pria itu sudah memberikannya kartu yang terlalu cukup untuk membeli apa pun termasuk pakaian. Hanya saja Eun-Rin merasa belum ada waktu membeli apa yang ia butuhkan, ia masih berkutat dengan rencananya membelikan sesuatu untuk Kakaknya.

Akhirnya Eun-Rin menganggukan kepala mengiyakan ucapan Marcus. "Saya akan menerima saran Anda," ucapnya.

Mereka berdua sibuk dengan makanan mereka sampai akhirnya suara getaran ponsel di saku celana Marcus memecahkan keheningan. Pria itu mengambil ponselnya kemudian mengangkat panggilan teleponnya.

"Ada apa, An-Na?" ucap pria itu langsung.

Eun-Rin mendongak mendengar pria itu mengucapkan nama perempuan. Wanita yang datang ke kantornya waktu itu? Kekasihnya yang lain? Gadis itu pura-pura fokus mengunyah makanannya meskipun dirinya gatal karena penasaran.

Wajah Marcus terlihat serius mendengar penuturan lawan bicaranya, sesekali ia bergumam seakan menunggu lawan bicaranya melanjutkan perkataannya.

"Mengharukan sekali," gumam Marcus. "Oke, kita lanjutkan pembicaraan ini nanti siang. Kau mau gaun pernikahan yang seperti apa?"

Black Relationshit (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang