Special Chapter [02]

5.5K 524 71
                                    

The First Meet

2014

Sehun memasukkan kedua tangannya ke saku mantel hitam yang ia kenakan. Matanya menerawang jauh pada sungai Han yang diselimuti kegelapan dan kesunyian. Wajar saja, saat ini sudah lewat tengah malam, dimana orang-orang memilih tidur nyenyak dikasur empuknya daripada berkeliaran dini hari seperti yang dilakukan Sehun saat ini.

Ini bukan pertama kalinya Sehun menyelinap keluar dorm sendirian tanpa diketahui member lainnya. Andai saja mereka tahu, bisa dipastikan mereka akan mengomel dan memarahi Sehun karena telah berpergian sendirian tanpa ditemani manager atau salah satu dari mereka. Mengingat status mereka sekarang adalah seorang selebriti papan atas, kita tidak tahu bahaya apa yang sedang mengancam diluaran sana.

Walaupun tahu yang dilakukannya bisa membahayakan dirinya sendiri, Sehun tetap pada pendiriannya. Pergi menyelinap keluar dorm dan pergi berjalan-jalan menikmati udara malam dan suasana tentram menenangkan yang tidak bisa ia dapatkan ketika sudah memulai aktivitasnya sebagai idol.

Sehun tidak pernah menyesal waktu mudanya dihabiskan dengan berlatih dan berlatih keras. Sehingga hasil kerja kerasnya kini terbanyarkan, Sehun akhirnya berhasil masuk line debut setelah bersaing dengan banyak trainee berbakat lainnya. Sehun selalu bersyukur bisa bergabung dengan member lainnya. Walaupun kadang ia ingin merasakan kebebasan seperti anak laki-laki pada umumnya yang bisa bermain sepuasnya tanpa beban.

Sehun menggosok kedua tangannya, merasakan angin malam semakin menusuk kulitnya. Setelah berdiri selama tiga puluh menit disana, Sehun memutuskan untuk berbalik, hendak kembali ke dorm. Ia tidak boleh berlama-lama disini, bisa-bisa Suho menyadari jika Sehun menghilang.

"Hiks, hiks."

Baru saja beberapa langkah berjalan, Sehun dikejutkan dengan suara tangisan seseorang. Terdengar rapuh juga menyedihkan. Didalam benaknya, Sehun berpikir keras. Orang gila mana yang menangis saat tengah malam seperti ini? Apalagi suasana disekitar sungai Han sepi, tidak ada seorang pun disana selain Sehun seorang.

Sial, Sehun merasa bulu kuduknya meremang sekarang.

Suara tangisan yang tadinya terdengar pelan kini semakin kencang, sepertinya tidak jauh dari tempat Sehun berdiri. Sehun mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru berusaha mencari darimana asal suara tangisan itu. Hingga matanya terhenti pada pohon besar. Sehun mendongak kearah atas pohon dan seketika menghembuskan napas lega begitu tidak mendapati apapun di atas sana.

Sehun percaya bahwa hantu itu tidak ada. Maka dari itu Sehun memilih mendekati sesuatu dibalik pohon tersebut.

Dahinya mengerut dalam begitu mengetahui sesuatu dibalik pohon besar itu ternyata seorang wanita. Wanita itu sedang memeluk lututnya, isak tangis masih terdengar darinya membuat Sehun sedikit iba. Padahal tadinya ia hendak meninggalkan wanita itu, tapi hati kecilnya berbisik tidak tega untuk meninggalkan wanita itu sendirian dimalam hari, ditambah suasana yang mencekam.

Sehun berjongkok, menyamai tinggi wanita itu. Matanya menelisik penampilan wanita didepannya yang masih terisak pelan, tak menyadari keberadaan Sehun. Sehun melepas mantelnya kemudian menyampirkannya pada pundak ringkih wanita itu untuk menghalau angin malam yang makin berhembus kencang, mengingat dia tidak memakai pakaian tebal.

Merasakan sentuhan Sehun, wanita itu mendongak menatap Sehun terkejut dengan mata sembabnya. Bercak air mata masih tercetak dipipi mulusnya. Hidung mancungnya memerah, begitu pula matanya. Secara keseluruhan wanita itu mempunyai fitur wajah yang rupawan, walaupun saat ini terlihat sedikit pucat dan berantakan. Namun tampaknya hal itu tidak mengurangi kecantikannya.

Entah ada angin apa, tangan Sehun terangkat menyentuh pipi wanita itu. Menghapus jejak air mata disana. Sentuhan tiba-tiba Sehun sukses membuat wanita itu menegang, Sehun bisa merasakannya. "Siapa namamu?" Mata tajam Sehun mengunci netra wanita itu.

"Kim Jisoo, namaku Kim Jisoo." Cicit Jisoo sembari menunduk, tak kuasa menatap manik mata Sehun. Dalam hati ia merutuk, bisa-bisanya dia bertemu dengan seorang public figure disini. Apalagi orang itu juga memergoki Jisoo sedang menangis meraung-raung. Walaupun pria itu tidak mengenalnya, tetap saja sangat memalukan ketika orang asing memergokinya sedang menangis.

"Sehun-ssi, maafkan aku." Ucap Jisoo gugup.

"Untuk apa minta maaf padaku?" Sahut Sehun tenang. Pria itu masih mempertahankan posisi jongkok di depan Jisoo sehingga membuat wanita itu tidak tenang berhadapan dengan makhluk tampan dengan sejuta pesona seperti Oh Sehun.

Jisoo mengangkat kepalanya, balas menatap Sehun tepat dimanik matanya. "Tangisanku tadi pasti mengganggumu." Jisoo meringis malu.

"Tadinya kukira ada seseorang yang mau mencoba bunuh diri disini." Cetus Sehun asal disambut tawa dari Jisoo. Wanita itu tertawa kencang padahal ucapan Sehun sama sekali tidak lucu baginya. Walaupun begitu, Sehun ikut tersenyum tipis melihat Jisoo bisa tertawa setelah beberapa waktu yang lalu dihabiskan untuk menangis. "Aku tidak tau apa yang membuatmu menangis. Mungkin kau sedang menghadapi kesulitan. Tapi, seberat apapun rintangan yang kau hadapi, jangan berpikiran untuk bunuh diri." Sehun mengangkat sudut bibirnya usil, menikmati ekspresi kesal Jisoo yang malah terlihat lucu dimata Sehun.

"Yak! Sudah kubilang aku tidak memiliki niatan untuk bunuh diri." Kesal Jisoo berhasil membuat Sehun tertawa. "Hidupku masih berharga, aku juga tidak mau mati sia-sia seperti itu." Lanjutnya dengan bibir melengkung ke bawah.

"Baguslah." Sehun tersenyum tipis. "Setelah kau merasa tenang, sebaiknya kau cepat pulang ke rumahmu. Tidak baik seorang wanita berada diluar selarut ini."

Sehun kembali berdiri dan mulai berjalan meninggalkan Jisoo seorang diri disana. Sehun tersenyum tipis ketika mendengar langkah seseorang sedang berlari dari arah belakangnya.

"Sehun-ssi!" Jisoo memegang lengan Sehun begitu berhasil sejajar dengan pria itu. Sehun menghentikan langkahnya dan menatap Jisoo yang masih mengatur napasnya. "Terima kasih." Ucap Jisoo tulus.

Sehun masih diam tak menanggapi. Jisoo yang bingung dengan reaksi Sehun pun mengikuti arah pandang Sehun yang tertuju pada tangannya yang masih memegangi lengan Sehun. Menyadari tindakan lancangnya, Jisoo segara melepaskan tangannya dan sedikit menjauh dari Sehun.

"Ah, maafkan aku Sehun-ssi. Aku tidak bermaksud lancang. Sekali lagi maafkan aku." Jisoo mengatupkan kedua tangannya didada panik. Takut Sehun merasa tidak nyaman dengan sikapnya tadi.

Sehun menetralkan ekspresinya. Pria itu mengusap belakang lehernya tidak nyaman menyadari ada perasaan aneh bergelenyar didadanya ketika tangan mereka tidak sengaja bersentuhan tadi. Sehun berdeham sebelum berucap, "Kau banyak meminta maaf hari ini."

Jisoo terkekeh kecil. "Ah? Iya juga."

Keheningan mulai melanda mereka. Hanya derap langkah kaki dan bunyian serangga yang menemani perjalanan mereka. Sehun fokus dengan jalanan didepannya sedangkan Jisoo beberapa kali mencuri pandang ke arah Sehun. Ia sungguh tidak tahan dengan keheningan ini. Tapi melihat Sehun tidak berniat membuka topik pembicaraan, Jisoo pun ikut menutup mulut sampai mereka tiba di persimpangan dekat asrama Jisoo.

"Sehun ssi, mantelmu." Jisoo bersiap melepas mantel milik Sehun sebelum ditahan oleh Sehun. Jisoo menatap Sehun bingung.

"Pakai saja. Kembalikan mantel itu ketika kita bertemu suatu saat nanti." Sehun tersenyum sembari mengusak rambut Jisoo. Tanpa menunggu respon Jisoo, Sehun kembali melanjutkan langkahnya hingga punggungnya menghilang dikegelapan malam.

Sepeninggal Sehun, Jisoo memegang kedua pipinya yang entah kenapa terasa panas, padahal di negaranya sudah memasuki musim dingin.

Apa itu artinya Sehun juga berharap bisa bertemu dengan Jisoo suatu saat nanti? Ia masih terdiam untuk beberapa saat hingga kesadaran mulai menamparnya. "Apa yang kau pikirkan Jisoo-ah? Kau tidak mungkin bisa bertemu lagi dengan pria itu. Dia sangat sibuk." Jisoo menggelengkan kepala akan pikiran bodohnya dan mulai memasuki asramanya secara diam-diam agar tidak ketahuan penjaga karena telah menyelinap keluar tanpa ijin.

TBC

Not Easy | Hunsoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang