💐 Bab 21 💐

2.8K 474 22
                                    

"Bapak juga nggak tau siapa yang nyuruh mereka, Yud. Yang pasti, kemarin siang ada beberapa laki-laki yang teriak-teriak di depan rumah kamu nyariin kamu. Pas tau kalau kamu nggak ada, mereka marah dan mulai ngehancurin pintu serta halaman rumah kamu."

"Iya... tampang mereka itu loh, Yud, udah kayak preman pasar aja."

Perhatian Yudha yang awalnya terpusat ke pak Arif langsung mengarah ke bapak-bapak pemilik warung kopi, tempat dimana ia dan pak Arif berada saat ini. Sesuai dengan permintaan Elisa agar ia berkepala dingin dalam menyelesaikan masalah yang kini sedang dihadapinya, makanya Yudha baru menemui pak Arif di rumahnya setelah pukul 9 pagi. Dan, di sinilah mereka berada saat ini, di warung kopi kecil yang terletak di seberang jalan dan langsung mengarah ke rumah Yudha yang tampak tak layak lagi dihuni itu.

"Mereka orang sini atau pendatang, pak?" pertanyaan tersebut Yudha tujukan kepada pak Arif yang duduk di seberang meja kecil di depannya. "Lagi pula, saya nggak ngerasa punya masalah sama orang lain, sampai orang itu nggak punya hati dan tega merusak rumah saya."

Pak Arif tersenyum prihatin. Tak dikatakan pun ia sudah tahu jika pria muda di depannya itu adalah orang yang tidak suka mencari masalah. Selain baik kepada orang-orang di sekitarnya, pak Arif juga tahu jika Yudha adalah tipe orang yang lebih banyak mengalah andai di hadapkan dengan satu masalah. Jadi, jika ada orang yang ingin mencari masalah dengannya, maka sudah pasti orang itu mempunyai niat yang tak baik kepada pria yang akhir-akhir ini sering digosipkan oleh ibu-ibu penggosip karena memiliki hubungan dengan kakak dari pemilik perkebunan luas yang ada di desanya.

"Mereka bukan orang sini, Yud." jawab pak Arif setelah memperhatikan ekspresi Yudha yang tampak jelas sedang memendam amarah dalam hatinya itu.

Yudha pun kembali terdiam setelah mendengar jawaban dari pak Arif. Jika memang orang yang menghancurkan rumahnya itu bukan berasal dari desanya, maka Yudha sendiri jadi merasa bingung dibuatnya. Pasalnya, seumur hidupnya Yudha belum pernah sekali pun mencari masalah dengan siapapun. Jangankan dengan orang dari luar desa, dari desanya sendiri saja Yudha selalu menghindari yang namanya masalah.

Dan, situasi yang tengah di hadapinya saat ini mau tak mau membuat Yudha harus memeras otaknya guna mencari siapa saja yang sudah tanpa sengaja ia singgung perasaannya. Lalu, sejauh yang bisa Yudha ingat, hanya dua orang yang memiliki kemungkinan bertindak di luar batas kepdanya. Orang tersebut adalah mantan kekasih dan juga tuan tanah yang merupakan suami dari mantan kekasihnya itu.

Salah memang jika menuduh orang tanpa dilengkapi dengan bukti. Namun entah mengapa Yudha tak bisa mengenyahkan kedua orang tersebut sebagai orang yang pantas dicurigai.

"Ngomong-ngomong, Yud, apa yang bakal kamu lakukan selanjutnya?" pak Arif bersuara saat dilihatnya Yudha tampak termenung di depannya. "Kalau kamu mau, nanti bapak bisa ngumpulin beberapa laki-laki di desa kita untuk bantuin kamu benarin rumah." imbuhnya lagi sambil menatap prihatin pria malang yang sudah lama ditinggal oleh kedua orang tuanya itu.

"Makasih sebelumnya, pak." Yudha menjawab sungkan. Beberapa detik kemudian ia menambahkan, "Tapi, bukan maksud saya buat nolak kebaikan bapak. Cuma, sebelum nemuin bapak tadi, Elisa sudah menghubungi orang yang katanya bisa bantuin saya benarin rumah saya yang sudah seperti kandang ayam itu."

Segaris senyum terbentuk di bibir pak Arif saat pendengarannya yang masih tajam mendengar dengan jelas saat Yudha hanya menyebutkan nama dari wanita yang baru beberapa bulan terakhir tinggal di desanya. Jika biasanya Yudha akan menggunakan kata 'ibu' ataupun 'mbak', maka kali ini jelas berbeda.

Hal tersebut juga semakin memperkuat dugaan pak Arif jika hubungan antara Yudha dengan wanita yang berasal dari kota itu sudah melibatkan hubungan asmara di dalamnya. Tentu saja pak Arif senang mengetahui jika Yudha telah menemukan tambatan hatinya. Tapi, pria paruh baya itu juga tak bisa menutupi rasa cemas yang ia rasakan dalam hati. Rasa cemas yang timbul karena ia takut jika Yudha dibicarakan yang tidak-tidak oleh orang-orang yang tak menyukainya.

Elisa Nauvali [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang