💐 Bab 20 💐

2.9K 478 31
                                    

Langit sudah mulai gelap saat mobil yang dikendarai Elisa berhenti tak jauh dari rumah Yudha berada. Meski jalanan dimana ia memberhentikan mobilnya saat ini cukup gelap, akan tetapi halaman rumah Yudha yang biasanya disinari cahaya lampu masih bisa terlihat jelas dari tempatnya berada saat ini. Hal itu pula lah yang membuat kening Elisa seketika berkerut dalam.

Pemandamgan halaman rumah sang kekasih yang terlihat berbeda di matanya itu membuat Elisa langsung menahan tangan Yudha yang baru saja hendak turun dari mobilnya. Untungnya, saat Elisa menoleh sekilas ke kursi penumpang bagian belakang, dilihatnya Bening masih terlelap dalam tidurnya. Karena itulah dengan perasaan yang cukup lega Elisa berkata, "Jangan turun dulu, Yud. Kayaknya ada yang nggak beres yang terjadi di rumah kamu selama kita pergi."

Bingung dengan perkataan wanita yang masih memegang lengannya, Yudha langsung memfokuskan pandangan ke arah rumah yang ditempatinya selama hidupnya.  Matanya memincing tajam saat dilihatnya halaman rumahnya itu tampak sangat berantakan dan pintu bagian depan rumahnya terbuka lebar. Entah apa yang sudah terjadi, yang bisa Yudha pikirkan saat ini hanyalah jika ada orang yang sudah mengacak-acak serta memaksa masuk ke dalam rumah peninggalan kedua orang tuanya itu.

Marah, itulah yang tergambar jelas dari ekspresi yang ditampilkan wajah Yudha saat ini. Hingga pria itu bahkan mengepalkan tinjunya erat-erat.

"Buat malam ini sebaiknya kamu sama Bening nginap dulu di tempat aku, Yud. Besok pagi, baru kamu ke sini lagi untuk bertanya dengan pak Arif mengenai apa yang sebenarnya terjadi." Elisa memberikan saran yang dianggapnya paling tepat. Saat dilihatnya pria yang duduk di sampingnya itu masih terdiam, Elisa kembali menambahkan, "Kalau kamu menuruti emosi kamu sekarang pun percuma, Yud. Selain kita nggak tau siapa orang yang sudah berani mengacak-acak rumah kamu, takutnya kita malah asal tuduh aja nanti. Tenangkan diri kamu dulu. Nanti, setelah kita tau penyebab rumah kamu keliatan nggak layak buat ditempati begitu, barulah kita bisa ngambil tindakan tegas."

Barulah setelah mendengar nasehat dari wanita yang saat ini menggenggam lembut tangannya itu, Yudha bisa sedikit menenangkan diri. Setelah menghela napas panjang beberapa kali, Yudha pun bisa merasakan ketenangan mulai menyelimutinya.

Meski begitu, Yudha tak bisa menghentikan dirinya untuk memikirkan mengenai siapa orang yang sudah membuat rumah yang selama ini ia tempati tampak bagaikan diporak porandakan oleh badai yang dahsyat. Otaknya masih terus berpikir, mencoba menerka siapa saja orangnya yang bisa berbuat seperti itu padanya. Mengingat selama ini Yudha tak pernah merasa membuat masalah dengan orang lain, rasanya sangat mustahil jika ada orang yang berniat jahat padanya.

Namun, begitu ingatannya mengarah kepada dua orang yang selama beberapa tahun terakhir bisa dibilang memiliki masalah dengannya, Yudha pun tak dapat mengelak untuk mengarahkan kecurigaannya kepada kedua sosok tersebut. Pikirannya terus menghubungkan kejadian yang terjadi padanya yang disebabkan oleh kedua orang yang selalu membawa masalah padanya itu.

"Jangan dulu menyimpulkan hal-hal yang belum bisa dipastikan kebenarannya, Yud." seakan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh kekasihnya, Elisa mencoba menarik pria di sampingnya itu dari pikirannya yang entah berkelana kemana. Ia tak ingin pria yang dikenalnya sangat sabar itu terpancing amarah hanya karena satu masalah yang belum jelas keadaannya. "Tenangkan dulu pikiranmu. Dan kalau yang kamu pikirkan saat ini terbukti benar, maka kita serahkan saja masalah tersebut ke pihak yang berwajib untuk menyelesaikan semuanya."

"Tapi tetap saja aku nggak bisa tenang, El." kekesalan Yudha terpancar jelas dari raut wajahnya. Saat ia menoleh ke arah adiknya yang untungnya tak terusik oleh keadaan sekitarnya, dengan suara yang coba diredam Yudha berkata, "Siapa pun orangnya yang sudah merusak rumah peninggalan kedua orang tuaku, mereka pasti mempunyai maksud yang nggak baik. Aku takut kalau nanti malah Bening yang yang jadi sasarannya."

Elisa Nauvali [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang