💐 Bab 24 💐

2.6K 524 62
                                    

Kedua mata Mala tampak sayu. Sudah semalaman suntuk ia tak sanggup memejamkan mata demi menjaga sang putra semata wayang yang justru hanya menatap hampa langit-langit yang seluruhnya berwarna putih tersebut.

Melihat anaknya yang terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit membuat Mala tak ingin beranjak kemana pun juga. Sang anak yang tak lagi memiliki semangat untuk melanjutkan hidup tersebut menyakiti hati Mala dengan sangat. Meski dokter mengatakan anaknya sekarang baik-baik saja setelah tersadar akibat kecelakaan mobil yang dialami, dimana anaknya itu mengemudi dalam keadaan mabuk, Mala bisa melihat dengan jelas jika tubuh yang tampak bugar itu tak memiliki jiwa di dalamnya.

Entah bagaimana lagi Mala harus menasehati anak satu-satunya yang ia miliki itu agar mau menjalani kehidupan yang seolah tampak tak lagi berarti di matanya. Sebab, semenjak Elisa memutuskan untuk kembali bersama kekasih barunya, Alvin seolah kehilangan arah. Dan, keadaan tersebut semakin diperparah semenjak Citra juga memutuskan untuk keluar dari hidup anaknya itu.

Lelah, hanya itulah yang Mala rasakan saat ini. Usianya yang tak lagi muda membuatnya merasa tak mampu lagi melihat kondisi anaknya seperti ini. Jangankan untuk makan, bahkan sudah lebih dari seminggu terakhir Alvin mengunci mulutnya rapat-rapat dan tak mau berbicara dengan siapapun juga.

Sekarang ini banyak sekali kata 'seandainya' yang terus berputar dalam benak Mala. Ia tak bisa mengatakan jika dirinya menyesal karena telah memaksa Alvin untuk berpisah dari wanita yang dia cintai. Hanya saja melihat kondisi Alvin yang bagaikan mayat hidup saat ini, Mala merasa bersalah. Andai ia tak terus mencampuri kehidupan Alvin, saat ini anaknya itu pasti tak akan berada dalam keadaan yang hanya membikin hatinya pedih saat melihatnya.

"Sebaiknya mama pulang saja dulu. Istirahat sebentar di rumah dan biar giliran papa yang jagain Alvin."

Mala menoleh ke arah suaminya yang entah sejak kapan telah berdiri di sisinya. Ia merasa sangat bersyukur karena pria yang telah berpuluh-puluh tahun menjadi suaminya itu tetap berada di sisinya meski ia kerap melakukan kesalahan. "Mama nggak tega ngeliat Alvin kayak gini, pa." ucapnya dengan suara serak.

Hutama juga merasakan hal yang sama. Orang tua yang mana yang tega melihat anaknya bagaikan mayat hidup, yang hanya berbaring dan tak sedikit pun bersuara. Keadaan yang tak menyenangkan seperti ini tentu saja tak pernah Hutama harapkan untuk terjadi. Sebagai seorang ayah tentunya ia ingin melihat anaknya bahagia menjalani kehidupannya.

Tapi siapa yang bisa menebak jalannya takdir. Meski Hutama tak mengelak jika sikapnya yang lebih banyak diam saat istrinya terus menerus mengatur kehidupan anak mereka, Hutama tentu saja menyadari bahwa apa yang mereka alami saat ini sudah merupakan guratan takdir yang telah ditorehkan oleh sang pemilik takdir itu sendiri. Sebagai manusia kita memang bisa berencana, akan tetapi penentu akhirnya telah dipegang oleh Tuhan yang maha kuasa.

"Papa udah coba hubungin Citra? Siapa tau aja dengan kehadiran istri dan juga calon anaknya, kondisi Alvin bisa sedikit membaik."

"Semenjak pergi dari rumah, nomornya Citra sama sekali nggak bisa dihubungi, ma. Bahkan saat papa tanya sama kedua orang tuanya, mereka juga belum tau bagaimana keadaan Citra saat ini. Istrinya Alvin itu seakan-akan sengaja menghilang tanpa memberitahu dimana dia tinggal." Hutama menjawab pertanyaan istrinya sambil menatap wajah putranya yang sepertinya begitu tenggelam dalam lamunanya. "Tapi, papa sudah minta orang untuk mencari keberadaan Citra sekarang ini. Dan berdoa saja, semoga nggak lama lagi kita bisa segera bertemu dengannya." tambahnya lagi seraya meminta Tuhan untuk mengabulkan doanya dalam hati.

Mala memberikan anggukkan. Wanita paruh baya itu kemudian kembali terdiam dengan mata yang terus menatap wajah tampan putranya yang tampak sekali sudah lama tak diurus itu. Setelah membisu selama beberapa menit, tiba-tiba saja kening Mala berkerut saat satu pemikiran melintas di benaknya.

Elisa Nauvali [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang