[2]

133 29 237
                                    

"kecewa itu sederhana, disaat kau lebih memilih bersamanya. Dan aku disini menahan gejolak rasa itu. Namun saat ini semua masih tak apa, tapi esok siapa yang tau."
.
.
"Adara Hanum Avicenna"

BEL pulang sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Namun Dara masih sibuk membereskan buku-buku yang berserakan di meja para guru. Itu adalah hukuman yang diberikan pak Abdul. Tapi ia tidak sendirian, ada Binca yang duduk tak jauh dari Dara.

"Masih lama gak, Dar?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari benda pipih di tanganya.

Namun Dara tak kunjung menjawab pertanyaan Binca, membuat gadis itu penasaran apa yang dilakukan Dara.

"WOIII!!! LO NGAPAIN DISITU? MAU BUNUH DIRI? NGAPA? LO BOSEN IDUP? HA??! Teriak Binca dari bawah tangga

Namun Dara tak kunjung bergeming, membuat Binca kembali berteriak. "GUE GAK JUAL KACANG DAR, GUE LAGI NGOM-"

"Diem elah. Sini deh, daripada lo teriak-teriak gajelas kaya tadi." potong Dara cepat

"IYA JUGA YAA DAR, KOK OGEB LO PINDAH KE GUE!"

"Lo kalo teriak lagi, gue loncat nih." ancam Dara

Tanpa aba-aba Binca pun langsung lari menuju ke arah Dara dan dengan cepat memeluk sahabatnya itu, takut-takut bahwa apa yang Dara ucapkan akan terjadi.

"LO KENAPA SIH BIN?!" dara berusaha melepaskan pelukan Binca tapi ia malah kembali mengeratkan pelukannya. "Stop jan drama napa, gue lagi sedih ini."  ucap Dara yang masih berusaha agar bisa terlepas dari pelukan sahabat labil nya ini.

"Lo jangan akhiri hidup lo disini Dar, gue tau lo kesel kan temenan sama gue yang labil gini sifatnya. Tapi pliss jangan loncat, gak etis banget. Ayoo kita cari yang lebih etis dari jendela buluk ini."

Seketika dara membulatkan matanya, dan menjitak kepala Binca cukup keras.

Pletakk!!

"Aww shhh sakith, Gila lo ya!" rintih Binca seraya mengelus bekas jitakan Dara.

"Alhamdulillah sadar."

"Gue kenapa, Dar?" tanyanya seraya melanggarkan pelukan.

"HUUUAA TUHAN. AKU KENAPA, KENAPA AKU BERBEDA, SEHARUSNYA ORANG DI SEBELAHKU INI YANG BERBEDA!!!" teriak Binca lagi

"Kok gue makin pengen loncat sih."

Namun kali ini Binca tidak menggubris omongan Dara, ia masih syok dan bingung. Dengan terus menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Kita ngapain disini, Dar?" tanya Binca bingung

"Nyari kutu" jawab Dara asal

"Ooo terus dapet, gak?"

"Nih lagi gue makan,lo mau juga?"

"Gak, lo mah aneh kutu dimakan. Kalo gak mampu beli sari roti ngomong neng."

"Sendirinya aja aneh."

"Hah? Apa Dar? Lo ngomong apa?"

Sebenarnya Dara sedang sangat berusaha manahan isak, namun Binca malah kembali berulah membuat ia mendadak kesal dan mengalihkan fokusnya ke sahabatnya itu. Binca ini memang tidak tau kondisi dan situasi.

PHILOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang