TSF°°PART TWO•••2-1'

5 2 0
                                    

~THE SERIES FANTASY~


    Arvi merebahkan tubuhnya diatas kasur yang empuk. Pikirannya terus terfokus dengan lelaki yang bertemu didepan RS dan di mall. Dia seperti pernah melihat lelaki itu tapi entah dimana, dia juga berpikir bahwa orang itu seumuran dengannya. Ia takut jika apa yang dikatakan oleh adiknya, siapa lagi kalau bukan Claurien Arvany Jezlyn akan menjadi kenyataan. Kemudian dia meraih buku bercover hitam dengan hiasan emas dipinggir nya serta tulisan abjad cina yang sedikit ia mengerti walaupun belum terlalu mahir. Ia mengusap pelan buku novel yang sudah diterjemahkan oleh pamannya dengan bahasa Indonesia dibawah tulisan abjad itu. Arvi belum sempat melanjutkan cerita itu sejak kejadian kemarin, bukan karena apa-apa hanya saja dia sedikit ragu untuk membacanya sejak perkataan Arva selalu  terngiang di otaknya. Dengan mantap dia duduk dikursi belajarnya dan mulai membukanya dengan perlahan. Namun, entah cahaya emas dari mana tiba-tiba cahaya itu membuat seorang Arvi menutup matanya dengan perlahan.

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

   Disebuah ruangan gelap Arvi tergeletak dengan bajunya yang masih sama seperti saat dia membuka buku itu, celana jeans setengah paha dan kaos oblong kedodoran dengan rambut hitam yang ia ikat asal-asalan. Diruangan itu hanya gadis itu saja, perlahan Arvi mengerjapkan matanya. Setelah terkumpul semua nyawanya ia baru menyadari jika dirinya sudah tidak lagi berada didalam kamarnya lagi. Perlahan dia berdiri dan memandang ruangan gelap yang tak ada ujungnya.

  " Permisi? Hallo? Annyeong?? Apa ada orang disana?!" Teriak nya sembari berjalan meraba-raba sekitarnya. Arvi tidak merasa takut sama sekali jika dengan hal seperti ini. Malah ia akan lebih penasaran jika tidak mencari tahu diruangan itu. Entah kenapa kakinya yang hanya memakai kaus kaki putih itu terasa sakit seperti habis diikat atau diiris dengan pisau dan benda tajam lainnya. Sehingga dia berjalan dengan tertatih-tatih.

   'Apa aku sudah mati karena membuka buku itu?' pikir Arvi sembari terus mencari-cari sesuatu disekitarnya. Dan ya, setelah beberapa menit berjalan dalam kegelapan akhirnya gadis itu menyentuh sebuah dinding yang terbuat dari batu. Tangan kecilnya terus meraba dinding itu hingga dirinya merasakan tekstur dinding kayu. Ia yakin jika itu sebuah pintu,ia mencari knop tapi dia langsung terjatuh karena rasa sakit dipergelangan kakinya.

  " Ah... Mana sih knop pintunya?" Gerutunya yang sudah tidak tahan dengan warna gelap ,Arvi merasa seperti orang buta dan menahan kakinya yang tarasa sangat sakit.

  Setelah berusaha keras akhirnya dia menemukan sebuah logam melingkar, dengan perlahan dia menariknya dan saat itulah dia melihat keluar sana. Arvi terkejut saat melihat disana juga sama gelapnya,hanya saja tidak segelap ruangan sebelumnya. Disana ada penerangan dengan obor yang menempel disetiap dinding. Dengan langkah pelan dia mengambil salah satu obor disana dan segera mengecek kakinya. Betapa terkejutnya Arvi melihat kaki sebelah kanannya yang terluka dengan darah mengalir sedikit, ia yakin jika luka itu ia dapatkan dari sebuah ikatan tali tambang. Rasa sakit itu masih bisa ia tahan,tapi sekarang pertanyaannya 'siapa yang berani menculiknya?'.

   " Huft!!! Aku dimana sih? Kok serasa asing banget ya???" Gumamnya sembari terus berjalan tertatih menyusuri lorong itu. Disana banyak sekali belokan-belokan yang membuat Arvi sedikit bingung. Tapi, dengan insting yang tajam ia melalui setiap belokan dengan yakin walaupun dia cukup pesimis.

   Ia menyentuh dinding lorong yang terbuat dari batu yang kasar. Disana suasana sangat sepi sampai nafasnya sendiri pun ia bisa mendengarnya. Arvi terus berjalan dengan keinginan hatinya meski beberapa kali dia terjatuh dan terduduk hanya sekedar untuk mengelap darah yang mengalir dikakinya. Setelah itu gadis itu kembali bangkit dan melanjutkan langkahnya barangkali menemukan jalan keluar agar bisa kembali kerumah neneknya.

Dream World FANTASY (MODE REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang