|Aku peduli padanya, sebagai kakak.
|Benarkan? Tidak mungkin lebih dari
|itu.~ ~ ~
TIN TINN...
Suara klakson mobil terdengar dari arah luar.Sihyeon bergegas mengambil tasnya, kemudian berlari keluar rumah. Sebuah mobil hitam sudah terparkir dengan rapi di pekarangan rumahnya.
Seorang anak laki-laki bersandar pada pintu mobil sembari melambaikan tangan menyapa Sihyeon, lengkap dengan senyuman manis khasnya."Tumben siang, Jen?" tanya Sihyeon setelah memasuki mobil.
"Hooh, kemarin main bareng anak-anak kelupaan waktu, tiba-tiba udah pagi." Jawab Jeno, lingkaran hitam terlihat di bawah matanya.
"Oh main sampai pagi. Pa-PAGI?!" Teriak Sihyeon ketika berhasil mencerna seluruh perkataan Jeno.
"LAH! LO BELUM MANDI GITU? DARI MARKAS LANGSUNG KE RUMAH GUE? GILA!" Tatapnya tak percaya.
"Ga. Gue gak jorok kayak lo. Tadi gue mandi di apartnya Hyuck."
"Terus Echan mana? Gak lo ajak?" Yeon menengok ke arah kursi belakang. Tidak ada siapapun.
"Buat apa?" Balas Jeno enteng.
"WAH parah lo, Jen! Udah numpang mandi tapi lo gak kasi tumpangan ke kampus? Benar-benar gak tau terimakasih ya." Sihyeon berkacak pinggang, menatap Jeno tak percaya.
"Bodo ah. Biasanya juga gue yang diporotin beli makan." Jawab Jeno dengan muka masam.
"Udah hukum alam itu Jen." Jawab Sihyeon terbahak-bahak membuat wajah Jeno semakin tertekuk masam.
Karena lahir di keluarga yang berada, Jeno kerap kali menjadi sasaran empuk teman-temannya untuk membelikan mereka makan. Terkadang, Chenle akan membantunya membayar jika Haechan dan Renjun kalap berbelanja.
Sihyeon merapikan rambutnya dan menyemprotkan parfum peach ke tubuhnya
"Ehm Jen, hari ini gue gimana?" Tanya Sihyeon antusias.
"Apanya?" Balas Jeno singkat.
"Dandanan gue! Gimana? Udah cantik belum?" Sihyeon duduk mendekat, mencondongkan wajahnya ke arah Jeno. Sekejap Jeno tidak bisa menyembunyikan wajah kagetnya melihat wajah Sihyeon yang mendekat secara tiba-tiba hingga ia berhasil mengontrol kembali wajahnya dan balas menatap Sihyeon.
'Cantik Yeon, manis.' Batin Jeno
"Biasa aja." Bukan Lee Jeno namanya mengatakan pujian dengan mudah. Bukan, ia hanya tidak jujur dengan hati sendiri. Seketika Sihyeon yang mendengar itu tertunduk lesu.
"Kenapa?" tanya Jeno yang menyadari perubahan raut wajah Sihyeon.
"Um, itu..." Sihyeon menunduk sambil memainkan jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise Me
Fanfiction"Semua terlihat kelam hingga ia datang bersama pelukan hangatnya." ~ Kim Sihyeon "Kita hanya tumbuh bersama, tidak lebih." ~Lee Jeno "Anugerah terindah? Ketika aku menjadi alasan ia tertawa lepas, aku t'lah mendapatkannya."~ Na Jaemin Bercerita tent...