07- BELLE

24 7 0
                                    

|Aku ingin menggenggamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Aku ingin menggenggamnya.
|Tak bisakah kini semesta memihakku?

Aku akan melindunginya.|
Apa kini semesta mengijinkanku?|

~ ~ ~

Hiruk pikuk suara klakson mobil sahut menyahut di tengah kemacetan kota. Dua gadis yang tengah duduk manis di dalam taksi berulang kali melirik jam tangannya. 20 menit lagi, film mereka akan dimulai.

"Aaa.. eonni, apa kemacetan ini akan segera berakhir?" Tanya Onda menatap Sihyeon cemas.

Mereka sudah memesan tiket bioskop secara online melalui salah satu aplikasi yang tersedia, sayang jika harus terbuang mengingat waktu yang tersisa tidak banyak.

Sihyeon mengarahkan pandangannya keluar jendela mobil. Taksi yang mereka tumpangi tidak bergerak sedikitpun sejak 15 menit yang lalu, dan ia tidak yakin akan sampai tepat waktu jika harus menunggu lebih lama.

"Pak, berhenti disini saja ya. Ini uangnya, terimakasih." Sihyeon menyerahkan sejumlah uang, lalu membuka pintu taksi.
Onda duduk terdiam menatap Sihyeon, tidak mengerti kenapa Sihyeon bergegas ingin meninggalkannya.

"Ayo! Jangan lupakan tasmu." Ujar Sihyeon gemas.

"A-ah iya!" Sahutnya.

Dengan cepat Onda mengikuti langkah Sihyeon menepi ke atas trotoar. Sihyeon kembali memeriksa jam tangannya. Waktu yang tersisa 15 menit, sedangkan bioskop masih 2 blok di depan.

Tanpa memberi aba-aba, ia menggenggam pergelangan tangan Onda kemudian mengajaknya berlari.

"Eh, oenni! Kenapa tiba-tiba?" Protes Onda ketika dirinya hampir saja jatuh tersandung.

"Ayolah lebih cepat, Onda! Dan maaf untuk yang tadi." Ujarnya, masih berlari. Onda menghela napas pasrah.

Kini, mau tak mau Onda harus menyamakan cepat langkah kakinya dengan Sihyeon. Panas terik matahari tidak menghalangi kedua gadis ini untuk menghabiskan waktu libur bersama.

Jangan ragukan Sihyeon, ia sudah menyiapkan list liburan mereka dengan sangat teliti, dipastikan hari ini akan menjadi liburan mereka yang berkesan, juga melelahkan.

Langkah kaki mereka terhenti di depan gedung sebuah mall. Dengan napas tersengal, Sihyeon melemparkan senyuman kearah Onda, kemudian menggandeng tangannya berjalan memasuki mall.

Tepat ketika mereka mendudukan diri di kursi bioskop, film pun dimulai.

~ ~ ~

"Sudahlah berhenti menangis, akan aneh jika dilihat orang." Sihyeon tertawa pelan, kemudian memberikan beberapa lembar tisu untuk Onda.

"Huhuu.. tapi itu terlalu tragis, eonni! Bagaimana aku tidak menangis?" Ujarnya membela diri.

Wajar jika Onda menangis mengingat akhir cerita yang dialami tokoh utama, ia ditinggal oleh seseorang yang menjadi alasannya hidup, layaknya oksigen. Tanpa oksigen? Yap! Kematian. Cerita dengan akhir mengenaskan....

Promise MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang