Kembali lagi bersama mas mantan. Jeda updatenya segini-segini aman kan ya?
-
"Kakinya lurusin dulu aja. Jangan terlalu banyak digerakin."
Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, aku hanya bisa menurut, mencoba untuk tidak mengeluarkan suara-suara aneh karena nyeri dan dinginnya es yang menyentuh kulit sementara Rico mengompres pergelangan kakiku. Ujung dress-ku sedikit dinaikkan karena kotor.
Somehow it feels weird having him close to me in this position. Not to mention, this situation also suck. Menghadiri pernikahan orang kok aku malah sial begini?
Aku berusaha nggak terlalu memikirkan apa-apa kecuali kakiku, sialnya pori-poriku seolah membuat siaga, memandangi Rico dari sudut mata sambil pura-pura memalingkan kepala ke arah lain.
Beruntung—walaupun aku nggak mengerti kenapa bisa—Rico berhasil membawaku ke belakang dan meminjam satu bilik sepi untuk ditempati tanpa membuat orang lain datang. Tinggal kami berdua di sini, setelah waiter mengantar keperluan yang Rico minta.
"Sekarang mendingan?" tanyanya.
"Lumayan." Sengaja aku menjawab cuek. Yah, karena dikompres begini rasanya sudah lebih baik, sekalipun sakitnya belum hilang. Aku juga nggak mungkin merusuh di acara pernikahan orang. Kejadian ini saja sudah memalukan. "Kamu balik aja, Ko. Aku nggak perlu ditemanin."
"Yakin?" Alisnya terangkat, seakan-akan mencoba membuatku ragu.
Situasi seperti ini memang nggak enak dijalani sendirian, hanya saja bersamanya berdua juga bukan opsi yang lebih baik. He's not supposed to be here anyway. Lagian kok bisa-bisanya ketemu dia, dan di acara begini pula?
"Kamu kan nggak bisa ke mana-mana dulu, Von." Rico melanjutkan, lantas menunjuk stiletto heels merah milikku di dekatnya.
Keseleo bukan hal baru bagiku, tapi ini pertama kalinya sepatuku sampai patah sebegitunya. Bahkan jika kakiku tidak celaka, dipastikan aku nggak akan bisa berjalan seperti biasa dengan sepatu tinggi sebelah.
Lagi pula, memangnya kalau dia ada di sini bisa membuat stiletto-ku menyambung?
"Kamu udah makan?" tanya Rico lagi. Random banget pertanyaannya.
Tetap dengan kecuekanku, aku menggeleng. "Nggak usah. Tadi juga aku lagi nunggu diam ...."
Kurapatkan mulut sesaat. Tunggu, sebentar. Ada yang kurang.
Abi! Astaga, iya! Aku harus menghubunginya. Jangan-jangan dia sibuk mencariku di luar sana.
Buru-buru aku meluruskan punggung, mencoba meraih tasku di meja. Sayangnya tanganku kurang panjang, dan bergerak lebih dari ini berefek langsung pada kakiku yang mode rewel. Kalau saja nggak ada Rico, aku bisa-bisa teriak, bukan cuma meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something's Wrong With My Ex (✓)
Chick-Lit[PINDAH TAYANG KE INNOVEL] Cinta pertama bukan hanya membuat Vonna buang-buang waktu 11 tahun lebih, tapi makan hati. Tak cuma menjalani hubungan yang entah ke mana arahnya, Rico ternyata berengsek. Setelah satu tahun tidak bertemu, keduanya kembali...