Yeheyy, kembali lagi. Kali ini jarak apdetnya melebar (bulan ini banyak deadline kampus, dan aku masih butuh gelar, so) dan sampe akhir bulan aku banyak ikut mentoring dan kelas nulis (hopefully bikin tulisanku lebih waras), tapi nggak papa lah ya, aku nggak akan ninggalin setelah udah jalan 11 tahun sama kelen /ehe
---
Segala sesuatu punya penggantinya. Itu prinsip yang kuterapkan dalam hidup, termasuk ketika hubunganku dan Rico berakhir.
Jadi, sebenarnya wajar-wajar saja kalau dengan berakhirnya hubungan kami, posisi kosong itu sudah kembali terisi. Aku belum dapat orang yang pas sih, dan bukannya mau buru-buru, tapi setelah Rico mengusulkan double-bulshit-date ini, perasaanku sedikit campur aduk, seperti nggak terima dan nggak ikhlas.
Kesal, tapi di sisi lain fakta itu membuatku terusik. Aku yakin ini bukan karena aku masih punya rasa. Kalaupun masih, yang tersisa hanya kebencian dan penyesalan untuk diri sendiri. Rasanya aku kalah sama orang seperti dia. Apa semudah itu posisiku tergantikan?
"Kita mungkin mantan, tapi nggak ada salahnya kan kalau—"
Kalimat Rico berhenti begitu ketukan pintu terdengar. Perhatian kami teralih ke arah yang sama selagi dia lebih dulu merespons, "Siapa?"
Derit kecil terdengar, dan tak lama kepala Abi muncul dari sela pintu. "Maaf. Tadi saya tanya ke waiter, katanya ada Vonna di sini."
Percayalah, belum pernah sesenang ini aku menyambut kedatangan lawan jenis, apalagi Abi. Segera aku meluruskan punggung, mengangkat tangan untuk mengisyaratkan kehadiranku. "Hai, Bi."
"God help, Von. Gue nyariin lo malah di sini." Abi geleng-geleng, perhatiannya teralih pada Rico. "Boleh masuk nggak?"
"Masuk aja, santai." Rico tersenyum dan berjalan menjauh dari sofa. Begitu Abi masuk, dia mulai menjelaskan, "Tadi Vonna jatuh. Heels-nya patah, kakinya keseleo."
"Di nikahan orang makanya jangan lomba lari, Von." Abi mungkin mau melucu, sayangnya ini bukan waktu yang pas. Dia berjalan mendekat, memunguti patahan sepatuku. Sesaat kami sempat bertukar tatap, dan kusadari Abi seakan mencoba menunjuk Rico dengan gerakan matanya.
"Tabrakan sama waiter tadi," kataku cepat. Aku bukan pembaca pikiran sih, hanya saja dari cara Abi melirikku, kupastikan ada hal aneh yang dia pikirkan tentangku dan keberadaan Rico sekarang, dan semua itu salah besar.
"Mau ke rumah sakit aja?" tawarnya.
Aku langsung menggangguk. "Lo yang antar dan temanin, kan?"
"Nggak mungkin juga gue tinggalin. Atau mau sama orang lain perginya—aw! Nggak usah nyubit sih!"
Aku berdecak sebal, menjauhkan tanganku karena Abi meringis begitu. Jangan sampai dia berpikir untuk menolak mengantarku karena ada Rico di sini. Speaking of the devil, entah mataku salah lihat atau bagaimana, sejak tadi dia diam. Dan karena suara Abi tadi, Rico jadi melempar tatapan ke arah kami dengan cara yang tak bisa kujelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something's Wrong With My Ex (✓)
Genç Kız Edebiyatı[PINDAH TAYANG KE INNOVEL] Cinta pertama bukan hanya membuat Vonna buang-buang waktu 11 tahun lebih, tapi makan hati. Tak cuma menjalani hubungan yang entah ke mana arahnya, Rico ternyata berengsek. Setelah satu tahun tidak bertemu, keduanya kembali...