7: Brain Freeze

2K 439 167
                                    

Jadi, gimana ekspresi Abi? Apa bakal ....

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Percayalah, hal dadakan yang enak itu hanya tahu bulat.

Tahu sendiri, kan, pada umumnya hal dadakan hanya mengganggu rencana awal dan membuat semuanya berantakan.

Menyadari ini sekarang telat banget, karena lebih susah menarik kata-kata daripada narik uang dari ATM. There's no turning back. Kalimatku sudah didengar Rico, Sarah, juga Abi.

Ini benar-benar di luar rencanaku. Abi juga nggak tahu apa-apa. Kalau nanti dia menyanggah dan bilang ini hanya kebohongan bodohku, habis sudah semuanya.

"Belum selesai makan, kan?" tanya Abi. Dia menempati kursi di sampingku, dengan santai duduk dan tersenyum pada Rico dan Sandra. "Gue nggak ganggu kan ikut nimbrung sekarang?"

"Santai." Rico menggeleng, ekspresinya langsung berubah ramah. "Kayaknya dulu gue pernah lihat elo di sini. Selain pas di nikahan kemarin, maksudnya."

"Pas dulu lo sering jemput Vonna kayaknya." Abi menimpali, nada bicaranya terdengar sedikit menggantung. "Sekarang supirnya ganti jadi gue."

Seketika aku menoleh memandangi Abi, sementara dia hanya membalasku dengan cengiran jahil. Meski begitu, kakinya di bawah meja menyenggol heels-ku, seperti memberi isyarat yang sejujurnya aku sendiri nggak paham. Pilihanku sekarang hanya mengikuti Abi. Demi harga diri dan kebodohan dadakan tadi.

"Kamu sering ke sini, Ko?" tanya Sarah, dan Rico mengangguk. Alih-alih memandangi Sarah, matanya masih terarah padaku dan Abi. "Gue ketinggalan kabar banget. Congratulation, both of you. Udah berapa lama?"

"Thanks, Bro," balas Abi, menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya kemudian "Belum ada setahunan sih, tapi Nyokap gue kayaknya demen banget sama dia."

Bohongnya Abi ini jauh banget, astaga! Aku menahan diri untuk nggak bereaksi berlebihan. Mengikuti alur adalah pilihan terbaik saat ini.

Sebenarnya aku pernah bertemu Tante Onya beberapa bulan lalu, tapi sudah pasti nggak dikenalkan sebagai pacar. Malah ibunya Abi sendiri yang bilang, "Kalau cewek kayak kamu jadin pacarnya Abi betulan, Tante malah syok, sejak kapan dia belajar santet. Dia tuh dari dulu game aja terus diurusin. Dikira hape bisa diajak nikah kali."

Yah, kalau ngobrol sama ibunya, nyablaknya Abi nggak akan mengejutkan.

Tetap saja, ucapan tadi mengada-ada. Namun, melihat keterkejutan Rico yang kemudian dia sembunyikan dengan anggukan sok paham memberi kepuasan tersendiri untukku. Selama pacaran, Rico memang beberapa kali bertemu ibuku, tapi aku hanya pernah bertemu dengan neneknya. Jadi aku nggak tahu apa aku termasuk calon mantu yang disukai orangtuanya atau tidak. Dulu aku mengira orangtuanya sudah nggak ada, tapi kalau kata neneknya, orangtua Rico tinggalnya jauh dan masih hidup. Sayangnya Rico nggak pernah membahas apa pun soal itu.

Something's Wrong With My Ex (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang