O7.

21 4 0
                                    


Situasi menjadi sangat panas sepanjang hari itu. Agensi yang mempekerjakan Waksa pun kewalahan untuk menanggapinya terutama ketika Aji dan Waksa berada di bawah agensi yang sama.

Kenyataan tentang Waksa dan Aji yang berteman dekat pun membuat berita ini sulit di sangkal begitu saja.

Disisi lain Waksa yang tadi pagi ingin berangkat kerja segera mengurungkan niatnya tersebut ketika mengetahui rumor ini.

Pagi tadi ketika ia ingin melihat media sosialnya, ia melihat berita ini terpampang jelas disana. Saat ini Ia masih sangat tidak menyangka tentang apa yang telah terjadi di hadapannya ini.

Ia pun merasa sangat shock dan juga pusing mendadak. Ia masih bingung harus bagaimana lagi. Semua perasaan yang datang secara bersamaan sulit sekali ia kendalikan.

Ia kecewa terhadap dirinya karena dulu pernah meminjam kepada temannya itu dan masih belum mampu mengembalikan uangnya tersebut.

Ia marah ke dirinya sendiri karena tidak bekerja lebih keras agar bisa menghasilkan lebih banyak uang.

Ia kaget akan perbuatan teman yang ia percaya itu. Ia sedih karena orang tuanya yang akan mengetahui berita ini.

Ia takut jika ia memberitahukan apa yang terjadi sebenarnya tidak akan ada orang yang akan percaya terhadap perkataanya itu. Ia khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Perasaannya saat ini terasa abu - abu (tidak jelas atau tidak tau yang pastinya seperti apa). Ia pun memutuskan untuk mendekam di kamarnya seharian penuh.


Bocil

Aa
Aa Aksaaa
OI
WOI AA
P
P
P

BANGUN ASTAGA
KELUAR ELAH A

Ntar aja cil
Aa masih mau tidur.

Dicariin Bunda
BANGUN ASTAGA
KALO GAK BUKA PINTU, AKU DOBRAK YA


"BANG BUKA NGAK PINTUNYA. AKU DOBRAK YA." Teriak Daniel dari luar kamar Waksa


Bocil

Berisik astaga cil
Kan aa udah bilang kalo aa mau tidur
Tolong bilang Bunda ya jangan nungguin aa

JANGAN MACEM MACEM LOH A
KELUAR SEKARANG ELAH
JANGAN BIKIN BUNDA PANIK ASTAGA.


"AKU ITUNG SAMPE 3 YA, KALO ABANG NGAK BUKA AKU DOBRAK PAKSA." Teriak Daniel.

"SATUU.."

"DUAA.."

"TIIG-" Teriak Daniel pun terpotong ketika Waksa membuka pintunya.

"Ok ada apa?" Tanya Waksa dengan wajah datar.

"Keluar atuh bang, itu dicariin Bunda sama Ayah." Jawab Daniel.

"Iya iya." Balas Waksa sambil keluar dari kamarnya.

Daniel pun mengikuti Waksa dari belakang.

"Ada apa Bun?" Tanya Waksa ketika sudah sampai di ruang tamu.

"Kamu.. Ayuk makan dulu a." Ajak Freya (Nama Bundanya Waksa Daniel)

"Ayuk sini temenin Ayah makan." Ucap Bagas (Nama Ayahnya Waksa Daniel) sambil menyungging senyumnya.

Kedua orang tuanya sudah mengetahui kabar yang sedang menimpa anak sulungnya itu. Mereka takut bahwa Waksa melakukan hal - hal yang aneh dan juga melukai dirinya.

Mereka memang merasa sedih dan kaget tentang berita tersebut akan tetapi mereka lebih takut jika anak sulungnya ini menyakiti dirinya sendiri.

Waksa makan disamping Ayahnya. Selama ia makan, ia memikirkan apa yang harus ia lakukan dan berkata apa kepada orang tuanya.

Ia tahu bahwa kedua orang tuanya ini telah mengetahui tentang berita tersebut dan juga mereka pasti merasa sedih serta khawatir.

Ia merasa semakin sedih ketika kedua orangtuanya ini menutupi rasa sakit mereka. Lalu Ia melihat adiknya yang masih berumur 13 tahun itu.

Daniel memang masih berumur 13 akan tetapi Daniel dapat bersikap sangat dewasa terhadap apa yang sedang terjadi di hadapannya ini.

Waksa semakin sulit menelan makanan yang ada di mulutnya itu ketika memikirkan semua yang sedang terjadi ini.

"Sa.. Makanannya enak gak?" Tanya Bagas.

"Enak kok yah." Jawab Waksa dengan senyum yabg ia paksakan.

"Baguslah, nanti temui ayah di teras ya." Ajak Bagas.

"Iya yah." Jawab Waksa.

Bagas pun menaruh piring kotornya di tempat cucian, lalu Freya pun menyuci piring tersebut. Daniel kembali ke kamarnya. Dan Waksa pun makan di ruang tamu sendirian.

Waksa pun makan dengan perlahan, selama ia mengunyah makanannya waktu seakan - akan berjalan sangat pelan. Selama ia makan, Waksa menahan air matanya.

Setelah selesai makan, Waksa menaruh piring kotornya di tempat cucian lalu mencucinya.

Waksa pergi ke teras rumahnya dan menemukan kedua orangtuanya duduk di kursi menghadap ke depan rumah.

"Oh Aksa, duduk disitu nak." Panggil Bagas.

"Iya yah,"
"Ada apa ya yah manggil Aksa?" Tanya Waksa.

"A.. kamu udah tau kan Bunda sama Ayah bakal ngomongin tentang apa?" Ucap Freya dengan hati - hati.

"Huft.." Hela Waksa.
"Udah Bun. Bunda sama Ayah mau ngomongin tentang berita itu kan?" Jawab Waksa.

"Iya nak, Tapi sebelum itu Kamu gimana sa?" Tanya Bagas.

"Aku? Aku gak papa kok yah." Jawab Waksa dengan senyum yang ia paksakan lagi.

"Ayah sih emang agak kaget tadi tentang hal itu. Tapi ayah khawatir tentang keadaan kamu sa. Kamu ngak papa kan? Jangan macem - macem loh sa." Tanya Bagas untuk memastikan jawaban dari Waksa.

"Tenang yah, aku gak papa kok. Aku juga gak bakal aneh - aneh kok. Maaf ya..." Jawab Waksa.

"Gak usah minta maap a. Bunda tau kok a' kayak gimana. Janji ama Bunda ya jangan bohong sama Bunda kalau ada apa - apa." Ucap Freya.

"I..iya Bunda." Jawab Waksa.
"Maaf ya kalau Aksa malah ngecewain kalian. Maaf ya Aksa udah bikin Ayah Bunda malu. Maaf ya Aksa harusnya bisa hati - hati. Maaf ya harusnya Aksa lebih kerja keras lagi. Maaf ya ha-." Ucapan Waksa dipotong karena Bagas dan Freya memeluknya.

Ketika mereka berpelukan, air mata mereka segera membasahi pipi mereka. Lalu Daniel pun ikutan berpelukan.

Mereka semua sangat tidak menyangka bahwa banyak sekali masalah yang datang kepada keluarga itu.

Dimulai dari penyakit, perekonomian, sekolah, pekerjaan, dan bahkan lingkungan sekitar. Mereka menangis menumpahkan semuanya disana.

Terasa sesak rasanya ketika menahan semua tangisan mereka. Terasa sakit ketika mereka berpura - pura kuat padahal mereka sama - sama tau bahwa mereka sangat hancur didalam.

Bagas dan Freya merasa sangat bersyukur karena yang Atas telah mendatangkan dua orang anak yang telah membantu banyak serta mendatangkan kebahagiaan untuk mereka.

.
.
.

'Maaf Yah, Bun. Maaf Aksa masih bohong bahwa Aksa gapapa. Maaf Aksa sudah ngelibatin kalian sampai seperti ini. Aksa bakal nyelesain ini semua kok tenang aja😊'-Waksa

IT'S DESTINY (hyungwonho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang