(6) biadab

1 0 0
                                    

    Dan setelah dua hari berlalu, barulah aku tahu kalau orang yang menjadi korban ketidak manusiawian jepang adalah sahabatku sendiri, berita itu datang dari Kang Arif ketika tidak sengaja kami bertemu di depan rumahku.

    “Emangnya Laras ga tau?” tanya Kang Arif polos, pikiranku langsung melayang entah kemana, semua gelap seketika.

    Ternyata, semua orang disekelilingku, termasuk Kang Toha, Baskara, Nenek, dan Kakek merahasiakannya dariku, mereka pasti sudah mengira apa yang akan aku lakukan apabila tahu kalau sahabatku menjadi korban ke kejian jepang dimasa itu.

    “Semua jahat!” kataku lirih kepada Kang Toha dan Baskara yang saat itu sedang bersamaku

    “Tenangkan diri laras!”kata Kang Toha lalu ia mengajak Baskara untuk pergi

    Dengan keadaanku yang sangat terpuruk kala itu, sangat sulit menerima semua kata – kata bijak, atau kata – kata masukan yang benar, yang aku inginkan saat itu hanya membalaskan walau aku tahu hal itu sangat sulit untukku, dan didengarkan walau yang aku katakana hanya sumpah serapan atau kata – kata kasar yang aku luapkan karena emosi yang tidak tersalurkan, sesekali di ‘iya’ kan karena aku juga membutuhkan masukan, ditemani untuk melewati fase berat dalam hidup, dan jangan ditinggalkan agar ada seseorang yang mehentikan jika aku melewati batas.

    “Ras, dengerin saya, semua akan pergi, waktu yang membedakannya” kata Baskara ternyata ia menolak ajakan Kang Toha Untuk Pergi 

    “Dan ketika aku pergi bas, mungkin kamu juga akan berkata seperti itu dengan mudahnya” jawabku.

    “jangan pergi, entar saya sedih.” Kata dia dengan wajah yang ceritanya menunjukan raut sedih, tapi malah jadi menjijikan.

    “Apasi bas! Gausa digituin mukanya, jadi tambah jelek”

    “Anjir dingin!” dan sekarang mukanya menunjukan raut kecewa

    “Ih Bas jelek banget! Hahaha!” 

    Tapi bagaimanapun, Baskara lah yang saat itu dan sampai sekarang paling berpengaruh pada proses penyembuhan luka batinku, dengan candaannya, dengan kata – katanya yang so bijak, dengan kesabarannya dalam menghadapi aku yang menyebalkan, dengan ke santai-an nya, dia yang membuatku tidak pernah khawatir hidup di bumi sebagai rakyat yang baru saja akan menginjak merdeka.

RASA DALAM KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang