DK

226 14 0
                                    

"Dokyeom? A... A... Aku mencintaimu." ucapku sambil terbata-bata.

"Sssst, kau tidak boleh banyak berbicara, (y/n). Aku juga mencintaimu." Dokyeom duduk di bangku yang telah tersedia di samping ranjang ku.

"Apa kau sudah makan? Aku suapkan ya." Dokyeom mengambil bubur rumah sakit yang tidak enak menurutku itu.

"A... A... Aku... Tidak ingin... Makan." ucapku menolak.

"Kau harus makan. Aku tidak ingin melihat kekasihku terbaring sakit seperti ini. Aku mohon sekali saja." pinta Dokyeom dengan puppy eyes yang membuatku mau tidak mau harus menuruti keinginannya.

Aku makan disuapi oleh Dokyeom. Ia menyuapi ku dengan pelan dan sangat telaten.

"Sudah selesai." Dokyeom merapihkan nakas tempat meletakkan bubur tadi.

"(y/n), kau harus cepat sembuh. Kau harus cepat sehat dan kembali menjadi Yoon (y/n) seperti dulu lagi. Nanti saat kita menikah dan mempunyai anak perempuan, aku yakin anak kita pasti secantik dirimu. Kalau anak kita laki-laki, aku juga yakin dia pasti setampan diriku." Dokyeom tertawa terbahak dan aku hanya tersenyum.

Dokyeom selalu saja seperti ini. Dia berusaha membesarkan hatiku agar sembuh, tanpa ia tau bahwa waktuku sudah tidak lama lagi.

"Dokyeom..." ucapan ku terpotong oleh ucapan Dokyeom.

"Jangan banyak berbicara. Biar aku yang banyak berbicara untuk menghibur dirimu." Aku lagi-lagi hanya mengangguk pelan.

Dokyeom bercerita banyak sekali pada malam itu. Ia ingin sekali menikah denganku dan memiliki sepasang anak,  apalagi kami memang sudah bertunangan.

°

-Author POV-

Malam harinya...

"Ap... Ap... Apakah benar, Eommonim?" tanya Dokyeom sambil memegang dinding rumah sakit.

"Iya, Dokyeom." jawab Ibu mu sambil menangis meratapi dirimu.

"(y/n)..." Dokyeom jatuh terduduk dilantai rumah sakit sambil menangis terisak-isak.

🐎

"Dokyeom? Untuk apa kau selalu kesini sambil menangis?" tanya seseorang membuat Dokyeom menoleh.

"Aku rindu padanya." jawab Dokyeom sambil menghapus air matanya.

"Kalau kau selalu seperti ini, (y/n) tidak akan tenang disana."

"Myungho, jawab pertanyaanku. Bagaimana caranya agar aku bisa melupakan kenangan bersama (y/n)?" tanya Dokyeom pelan sambil menahan tangisnya.

"Dokyeom-ah, dengarkan aku. Kenangan ada bukan untuk dilupakan, kenangan ada bukan untuk dihilangkan, tapi kenangan ada untuk disimpan sebagai memori yang paling berharga." jawab Myungho menenangkan hati Dokyeom.

"Jika kamu datang kesini lagi, jadilah Dokyeom yang seperti dahulu. Dokyeom yang ceria agar (y/n) bisa bahagia juga melihatmu dari sana." saran Myungho dijawab anggukan mantap oleh Dokyeom.

🐎

Seventeen Imagine With You || SELESAI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang