L O V E I S A T R O U B L E D C H A I N : 0

40 7 4
                                    

"
Masalah besar bermula dari kesalah pahaman yang kecil, hal seperti ini umum terjadi.
"


"Ada apa Papa memintaku ke rumah?" tanya laki-laki bertubuh tinggi dan masker berwarna putih menutupi sebagian area wajahnya.

"Hanya merindukan anak papa, bagaimana sekolahmu boy?" Fahri balik bertanya, sedikit tersenyum dengan suduh bibir tertarik ke atas.

"Biasa saja." jawab Aro dengan mengambil posisi duduk di sebelah Fahri.

Melepaskan hampir sebagian perlengkapam sekolah, dari mulai Tas, Jam Tangan, Sepatu, dua Kaos kaki, dan jangan lupakan Dasi yang melilit cukup berantakan dileher anak -angkatnya.

Fahri terkekeh pelan, menatap penuh selidik pada Aro untuk meminta jawaban yang lebih nyaman didengar untuk ukuran pria dewasa.

"Urusan Sekolah tidak perlu dibahas di Rumah, itu berbeda. Apa, hari ini Papa akan mengajakku untuk sedikit berlatih bela diri dengan Gerber Mk.II?"

Fahri sedikit tertawa, dia hanya melemparkan satu sarung pisau tersebut dan kembali membuang wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fahri sedikit tertawa, dia hanya melemparkan satu sarung pisau tersebut dan kembali membuang wajahnya.

"Kenapa kamu dengan dady mu berbeda sekali beberapa tahun yang lalu. Dady mu yang benar benar pengecut, sedangkan dirimu? Jauh dari itu,  kenapa ini bisa terjadi. Apa, kamu anak yang seharusnya lahir dari rahim Agatha?"

Aro memutar bola matanya malas, menangkap pisau kecil tadi dan membuka sarung pelindungnya.

"Kalau Papa bertanya padaku? Itu sama sekali tidak penting. Mau siapapun yang melahirkan dan membesarkanku sampai seperti ini. Tentu saja, Papa yang paling dominan." jawab Aro dengan melihat lihat barang bagus yang Papa berikan padanya.

"Sekarang hari Senin, pulanglah. Hari ini cukup memegang dan menyentuhnya, besok hari Minggu. Kamu bisa menginap disini, dan Papa akan mengajarkan cara menggunakannya. Letakkan!" seru Fahri yang benar benar membuat Aro mati penasaran.

"Apa masalahnya dengan besok hari Selasa, mau Selasa atau akhir pekan itu saja saja." Kaluh Aro yang sama sekali tidak ingin dimundurkan.

Fahri menatap Aro dengan tatapan lain, menengadahkan tangannya menunggu barang yang baru saja dipesannya itu agar dikembalikan.

"Jika itu bukan kamu, boy. Papa tidak akan seniat ini, kamu tahu itu." Aro tersenyum penuh arti, dia berjalan mendekat pada Fahri dan mulai memeluknya.

"Aku berharap, jika dikehidupan berikutnya. Aku bisa menjadi anak kandung Papa." Fahri tersenyum, sejujurnya. Jika diposisi seperti ini.

Fahri benar benar dibuat luluh, katakan saja detik ini memang Emosional baginya.

"Bisa sekuat Papa, mencintai satu orang seumur hidup, memiliki pengetahuan banyak, dan sangat cerdas."

Cinta Adalah Rantai Masalah  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang