L O V E I S A T R O U B L E D C H A I N : 14

13 4 0
                                    


'
Orang tua bukan masalah besar bagi anaknya, ini berbeda. Aro membenci dady nya karena selalu berpura-pura baik padanya. Menegur, memaksa, dan memerintah padanya secara pribadi sudah menjadi jawaban semua kebencian itu ada. Satu kali orang tua tetap saja orang tua, Aro akan tetap melakukannya. Benci bukan benang panjang ataupun tombok yang memutus hubungan darah keduanya.
'

"Dady tau kamu gak belajar dengan baik hari ini." ucap Aldi yang masuk kedalam kamar anak laki-akinya tanpa mengetuk.

"Wakil Kepala Sekolah telfon dady, hari ini ulangan kamu dapet nilai 89. Ada masalah apa sampai gak bisa dapet nilai sempurna?" tanya dady nya lagi, Aro menghela nafasnya dengan sedikit terdiam.

Percuma membantah, percuma terus berdebat dengan Dady-nya. Semua akan berakhir jika Aro salah dan akan terus begitu.

"Ngapain aja kamu di sekolah? Belajar atau cuma main? Apa perlu dady buatin kartu pengunjung perpustakaan setiap hari?" Aro memutar bola matanya malas.

"Tadi malem aku gak belajar, tugas ketua osis banyak dan aku udah turutin apa yang dady mau. 89 bukan nilai yang kecil, besok aku bisa belajar lebih giat lagi." ucap Aro menjelaskan apa yang terjadi padanya.

Aro menggigit bibirnya sedikit gugup, marah dan merasa tidak dihargai semua usahanya.

Mungkin Momy-nya sama sekali tidak tahu jika selama ini Dady-nya terlalu menekan Aro. Ini hanya masalah antara laki-laki, antara Anak dan Ayah-nya.

"Mana Handphone kamu? Dady sita hari ini. Besok ulangan IPA, dady harap kamu bisa memperbaiki nilai 89 kamu di mata pelajaran IPA." Baru saja Aldi akan mengambil Ponsel anaknya, Aro langsung mengambilnya dan memasukannya pada sakunya sendiri.

"Ini handphoneku, aku beli pake uangku sendiri. Dady gak berhak sita handphone milik orang lain seenaknya." jawab Aro saat menjauhkan tubuhnya dari pergerakan Aldi yang terus ingin meraih handphonenya.

"Dady!" teriak Aro yang benar-benar sangat marah padanya.

Ponselnya terlepas, dan handphone kesayangannya benar-benar berpindak kepemilikannya.

"Ini handphone kamu, dan dady yang ngasih uang ke kamu jadi ini hak dady juga." Aldi memasukan ponselnya pada saku celana kanannya.

"Besok dady kembaliin setelah dady tahu berapa nilai ulangan kamu." Setelah mengatakan itu Aldi langsung akan berjalan keluar meninggalkan Aro yang sudah mengeratkan tangannya.

"Dady bukan ayah yang aku harapkan didunia ini." Langkah Aldi berhenti saat Aro mengatakan kalimat yang mampu membuatnya terdiam membatu.

Dengan berbalik Aldi masih dengan wajah santai sedikit datar menatap anaknya.

"Apa kamu bilang?"

"Aku benci dady selamanya!" seru Aro dengan suara cukup keras mengeluarkan amarahnya.

Sejak kecil sekali Aldi melakukan ini padanya, dan sekeras apapun Aro melakukan semuanya Aldi tidak ingin menganggap semua itu adalah kerja keras.

Aro bukan lelah, anak itu hanya ingin disetarakan. Gunakan cara yang sama pada adiknya. Lakukan tugasnya sebagai orang tua yang adil, tapi Dady-nya sama sekali tidak ingin mendengarkannya.

"Dady tahu siapa Arsya, dan dady tahu apa yang berusaha kamu ajarkan pada adikmu." Aldi merendahkan suaranya, memperhatikan perubahan wajah anaknya cukup intens.

Cinta Adalah Rantai Masalah  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang