L O V E I S A T R O U B L E D C H A I N : 15

23 5 3
                                    

'
Tegas, pemberani, datar, dingin, menyeramkan, sangat sulit ditebak adalah ciri-ciri orang rapuh didalam. Mereka menggunakan wajah palsu dan menggunakannya terus menerus karena lelah.
'




"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Fari dengan sedikit bingung saat melihat Aro berjalan mendekatinya dengan kantung mata sangat jelas.

Aro berjalan dengan sedikit menguap. Menggaruk kepalanya dengan wajah sangat mengantuk.

"Dady memaksaku belajar tadi malam, dan ponselku kembali nanti sore. Hari ini aku mendapat nilai 100 diujian IPA agar ponselku bisa kembali," adu Aro dengan mengambil duduk disofa milik ayahnya.

"Tadi malam dady marah besar hanya karena aku mendapat nilai 89. Aku mendapat masalah besar dan kembali bertengkar. Apa aku harus seperti ini terus? Aku lelah ayah," sambung Aro kembali melanjutkan ucapannya.

Aro memasang tubuhnya agar bisa beristirahat dengan nyaman, menghiraukan Fahri yang masih melihatnya dengan tatapan sangat serius.

"Dadymu melakukan itu semua?" Aro mengangguk dengan kedua matanya yang menutup hampir tertidur.

"Awalnya aku kesini untuk belajar mendalami senjata yang ayah belikan padaku kemarin lusa. Tapi kedua mataku terasa berat, bolehkan sekarang aku hanya tidur dan mendapat hari libur saja?" Fahri terkekeh dengan berjalan mendekat pada Aro untuk melepas tas yang masih menempel pada tubuh anak itu yang sudah Fahri anggap sebagai anaknya sendiri.

"Luruskan kakimu, ayah akan melepaskan sepatu dan kaos kakimu agar tidurmu lebih nyenyak. Sofa disini sangat nyaman, kamu bisa tidur siang disini. Akan ayah ajarkan sesuatu yang lain agar kamu tidak mendapat tekanan lebih banyak dirumahmu," ucap Fahri dengan suara sangat serius, namun Aro hanya bisa tertidur dengan cepat dan mendengkur halus sebagai sahutan dari Aro yang mampu membuat Fahri sedikit tersenyum.

Fahri mengelus puncak kepala Aro dengan pelan, menyisir halus rambutnya dan tersenyum cukup lembut.

"Dulu saat kau masih kecil, kau sangat membenciku, dan kenapa sekarang kau selalu datang saat orang tua aslimu memarahimu dan mengadu padaku. Ini aneh, aku musuh dadymu dan kau menganggapku sebagai ayah?" gumam Fahri dengan mengelap keringat Aro dengan telapak tangannya.

"Tidurlah dengan nyeyak, akan ayah ajarkan apa yang dadymu tidak ajarkan padamu. Akan ayah buat kamu benar-benar seperti ayah dan tidak ada satu orangpun yang bisa mencegahmu," Fahri berjalan menjauh, menaruh tas, sepatu dan juga kaos kakinya untuk di sofa yang lain.

Fahri mengambil duduk dimeja yang biasa membuatnya sibuk, terus menatap pada Aro yang sedang tertidur cukup nyenyak membuatnya merasa mendapat energi lebih.

Tanpa disadari, Fahri benar-benar termakan mainannya sendiri. Niat awal hanya akan membuat rumah tangga Aldi hancur dengan membuat Aro membenci Aldi  justru Aldi membuat api itu sendiri dengan memperlakukan Aro dengan tidak wajar.

Jangan salahkan Fahri jika dirinya nekat untuk melakukan hal gila, mengambil Aro dari Aldi selamanya hanya langkah awalnya saja.

"Aldi, kau berusaha mengusikku lagi heh?" Fahri memutar bola matanya malas.

"Berhenti disitu atau kau akan kehilangannya dia selamanya Dirgantara," sambung Fahri berbicara dengan dirinya sendiri.

Anak matanya masih melirik Aro yang terlihat sangat nyaman dengan tidurnya.

Fahri sampai tidak bisa memikirkan apa saja yang Aldi katakan pada Aro sampai anak berusia Limabelas tahun terus saja merasa tertekan oleh ayah kandungnya sendiri.

Cinta Adalah Rantai Masalah  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang