L O V E I S A T R O U B L E D C H A I N : 11

22 6 2
                                    

'
Ada yang salah tapi bukan kesalahan, dan ada yang baik tapi tidak menyenangkan. Sesimple itu perasaan gue ke orang itu.
'

"Gue anterin pulang?" tanya Adnan yang melihat Aurora terlihat cukup lama menunggu seseorang.

Aurora yang sedang duduk disamping Pos Satpam dekat Gerbang sedikit terkejut.

Dengan sedikit menggigit bibir bagian dalamnya, Aurora kembali melihat Ponsel ditangannya.

"Supir jemput hari ini, lain kali aja mungkin." Aurora menjawab dengan suara yang sangat pelan.

Berusaha menormalkan detak jantungnya yang mulai melompat-lompat.

"Jam setengah Lima sore. Supir lo beneran mau jemput, hari ini mendung. Menurut prediksi cuaca hari ini bisa aja hujan." Adnan menawarkan bantuannya sehalus mungkin.

Hari ini memang akhir minggu, bisa saja akan hujan lebat karena sudah sangat mendung. Dan, untuk tawaran tumpangan dari Adnan memang tidak seburuk itu.

Jika dipertengahan hujan, Adnan akan menepi. Tapi jika menunggu terlalu lama di Sekolah justru menjadi masalah besar itu menurut Adnan pribadi.

"Makasih, tapi Supir gue udah berangkat Limabelas menit yang lalu. Lo kalo mau pulang, pulang aja. Gue justru khawatir kalo lo yang kehujanan hari ini." Adnan tersenyum sangat tipis.

"Akhir minggu pulang hujan-hujanan, gue gak akan diomelin bunda. Ya, walaupun gue dapet sedikit masalah juga si." jawab Adnan dengan nada tidak masalah, wajahnya sedikit tersenyum melihat Aurora yang terlihat tidak sekhawatir tadi.

"Senyum lo bagus." ucap Adnan tiba-tiba. Aurora total membeku dengan wajah terdiam.

Adnan yang sedang memperhatikan Aurora terdiam dengan wajah lucu benar-benar membuat Adnan sedikit tersenyum.

"Gue duluan." ucap Adnan dengan nada yang sama, Auorra memgangguk dengan sedikit membuang wajahnya agar tidak memperlihatkan wajah memerah karena malu.

"Ya. Hati-hati dijalan." Adnan mengangguk dengan memasang Helm dikepalanya dan mulai menjauh dari area sekolah untuk pulang ke Rumahnya.

Sedikit-sedikit Aurora mulai tersenyum sangat lebar, dengan tidak bisa menghilangkan wajah berbinar-binarnya dan melompat-lompat sangat bahagia.

"Sumpah, Adnan." ucap Aurora dengan bermonolog dengan dirinya sendiri.

"Kenapa gak dari Kelas tujuh lo ngajakin gue pulang bareng, Astaga!" sambung Aurora dengan sedikit keluhan.

"Harus tiga tahun dulu, lo mau ngomong sama gue?" lirih Aurora dengan suara sangat pelan.

Aurora masih melihat punggung Adnan yang mulai menjauh, namun tiba-tiba suasana menjadi sangat menyebalkan.

"Sakit ya?" tanya Deval yang sudah disamping Aurora dengan wjaah sedikit tersenyum miring meledeknya.

"Ist." Aurora berdecit kesal.

"Lo gak tahu apapun, jadi gak usah banyak omong." Deval memutar bola matanya malas.

"Enak ya jadi Azura, bisa pulang bareng terus sama Adnan." celetuk asal Deval yang membuat Aurora seperti kehilangan kesabaran.

"Hm."

Dengan suawa tawanya, Deval kembali berbicara yang membuat Aurora kalah lagi.

"Kayaknya lo masih kurang berjuang." Aurora menaikan bahunya tidak perduli.

Cinta Adalah Rantai Masalah  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang