L O V E I S A T R O U B L E D C H A I N : 08

17 4 1
                                    

'
Sebenarnya Angin membawa debu saat pergi, satu masalah terus terjadi saat waktu terus berjalan. Memaksakan berhenti bukan solusi, lagipun jika menjalani adalah takdir, siapa yang harus disalahkan disini.
'

"Kak Deval tahu gak, tadi Tasya duduk nunggu Kak Deval sama Kakak cantik dong!" ucap Tasya masih dengan Cup besar berisi Popcron miliknya ditangan.

Dengan posisi yang sama lain tempat, Deval membawa Mobil malam ini. Mengajak Tasya mengendarai Motor akan sulit jika dijalan Tasya mengeluh mengantuk.

"Anak kecil dilarang bohong, bisa aja nanti malem tidurnya ngompol gara-gara keseringan bohongin Kakaknya."

Tasya masih tidak habis fikir dengan Kakaknya, didunia ini menurut Tasya kecil orang yang paling menyebalkan adalah Kak Deval.

Selain tidak mudah percaya, Kakaknya juga selalu tidak bisa diajak bercanda seumurannya. Terlalu menyebalkan untuk ukuran Tasya yang hanya ingin menang sendiri.

"Kak Deval gak pernah asik, kalo aja Kakak cantik tadi yang jadi Kakak-nya Tasya pasti seru. Bisa jalan-jalan bareng, makan diluar bareng, main bareng, berangkat ke Sekolah dianterin. Gak kaya Kak Deval, Kak Deval datar banget hidupnya. Tasya sampe gak selera sama Kak Deval." Deval mendengar protesan adiknya benar-benar dibuat tersedak dengan ludahnya sendiri.

Apa ada anak kecil yang seharusnya tahu ABCD justru mengeluh hal seperti ini?

Mustahil sebenarnya, tapi tidak jika itu adalah Tasya adik dari Deval yang satu ini.

"Kamu di Sekolah diajarin apa aja? Kenapa bahasa kamu kemana-mana Dek, gak baik loh anak TK ngomong kaya gitu. Nanti nilai Sekolah kamu gak bisa dapet A gimana dong? Diomelin Momy baru tahu, Dady pasti marah sama kamu gak dibeliin mainan gara-gara gak dapet nilai sempurna." balas Deval yang sekarang dengan mengemudi Mobilnya.

"Kata siapa? Orang Teacher Tasya yang ngajarin, kalo di Sekolah belajar Nulis sama Hitung, di Rumah juga belajar kok. Belajar itu dimana aja Kak Deval." Dan sekarang, Tasya yang menasihati Kakaknya yang umurnya bahkan terpaut cukup jauh darinya.

Deval sedikit kewalahan, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kamu gak macem-macem kan sama Kakak tadi?" tanya Deval sedikit khawatir. Sebenarnya fikirannya tidak sejauh yang dibayangkan.

Singkatnya, jika Tasya mengatakan hal diluar nalar. Mungkin saja Orang tadi akan menilai jika Adiknya sedikit tidak waras.

Anggap saja, Anak kecil yang sedang berpura-pura menjadi sok dewasa.

"Kak Deval dari dulu gak pernah percaya sama Tasya, pertanyaannya pasti 'Tasya bikin masalah kan sama orang lain?' Jangan gitu Kak, gini-gini Tasya calon predikat peringkat satu loh di TK." Rasa-rasanya Deval ingin memukulkan kepalanya pada Kaca yang cukup tebal sekarang ini.

Menabrakkan Mobil pada pohon atau sejenisnya, atau bahkan hal lain yang lebih Ekstrim agar Adiknya lebih menjadi ank kecil yang lucu.

Sayangnya semua itu hanya Khayalan semata, Tasya akan tetap menjadi Adiknya yang cukup lucu, menyebalkan, merepotkan, dan menyulitkan bagi Deval. Itu kesimpulannya.

"Kamu ngomong apa aja sama Kakak cantik tadi pas Kakak tinggal ke Kamar Mandi?" tanya Deval dengan bahasa yang lebih disaring lagi.

Cinta Adalah Rantai Masalah  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang