9. KAK IYAN BERTAMU

575 70 3
                                    

Aku berada di kamar. Makanan ringan, minuman, dan buku-buku pelajaran sudah ada di hadapan mata berjejer rapi di meja belajar. Panggilan videocall dari Yuni masuk. Kuangkat segera dan dia terlihat masih berselimut tebal di atas tempat tidur.

"Eh, Ukhti!" Dia langsung sewot melihat penampilanku. Sudah seperti Kak Iyan saja pemahamannya mengenai kata 'ukhti' yang berarti saudara perempuan dalam bahasa Arab.

"Tumben belum bangun?" Aku mengejeknya.

"Iya nih males, soalnya aku belum nulis matematika juga jadi makin males mau belajar. Kamu udah?"

"Sama, aku juga belum!"

"Kamu kan deket tuh sama Kak Iyan, bisa dong dimanfaatin dikit," ledeknya lantas tertawa. "Atau sama kak Angga aja, La. Kamu kan deket juga dan dia kayak suka sama kamu gitu!"

Benar. Hingga saat ini Yuni masih menyangka bahwa Kak Angga menyukaiku. Padahal mana ada cowok keren itu menyukai gadis seperti aku.

"Bisa-bisa di-bully semua cewek seantero jagat sekolah aku!" sindirku pada kejadian beberapa minggu ke belakang.

Yuni tertawa. Kami terus berbincang ringan sampai grup kelas terdapat chat uluk salam dari wali kelas kami. Ada pemberitahuan bahwa pelajaran libur sementara sebab guru-guru sedang rapat mengenai sistem belajar. Aku mengembuskan napas lega juga sedikit kecewa sebab sudah menyiapkan beberapa camilan malah tidak jadi belajar.

"Sekarang aku harus ngapain? Ke pondok aja deh!" Aku beranjak dari kursi belajar. Namun, panggilan telepon membuatku kembali duduk.

Kak Iyan menelepon tetapi saat diangkat malah dia mematikan kembali sambungan teleponnya. Aku segera membuka WhatsApp yang mana ada pesan darinya muncul.

[Kalo seandainya lo jadi pacar gue mau gak?]

Aku mendadak seperti linglung. Mataku berulang membaca pesan itu tapi tetap saja tak berubah. Jantung pun berdetak kencang seolah itu terjadi secara nyata, bukan virtual via WA. Aku memukul pelan dada untuk menghentikan debar aneh itu. Kak Iyan sedang mengigau kah atau kenapa?

[Salah kirim. Sorry.]

Aku mengelus dada. Menyadarkan diri bahwa Kak Iyan memang suka ceroboh. Mungkin sekarang perempuan yang dimaksud akan menerima cinta Kak Iyan lalu mulai hari ini cowok itu tak lagi jomlo. Kok dadaku sedikit sesak, ya?

[Lo lagi ada masalah, kan? Sini cerita ke gue!]

[Gak ada.]

[Bohong banget. Gak apa-apa kali curhat aja gak usah sungkan.]

[Emangnya tau dari mana aku ada masalah?]

[Dari foto profil lo. Katanya kalo foto profil cewek gak ada, berarti dia lagi frustasi dan banyak masalah.]

[Sok tau.]

[Gue berusaha memahami lo sejauh ini.]

Aku tidak segera mengetik balasan. Kak Iyan selalu membuatku bingung dengan pesan-pesan singkatnya.

[Di rumah lo ada siapa, Neng?]

[Om Rusda.]

[Gue sama Diki ke sana. Tunggu aja.]

BERAWAL KARENA TYPO (PART MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang