LA ( 6 )

23 3 0
                                    

Frey ? Siapa dia ? Apakah masih ada yang ingat ?

" Halo Clar. "

Mendengar dua kata itu, langsung membuat Clara menganga. Walaupun mereka sudah putus, namun tetap tidak menyimpan rasa dendam. Namun, sedikit canggung jika mereka harus ngobrol bareng lagi.

" Oh ya ? Ini Frey ? "

" Iya ini aku, gimana kabarnya ? "

Tangan Clara masih gemetar mendengar suara Frey. Sampai ia sulit berkata.

" E .. baik kok. Kamu gimana kabarnya ? Tante Vea ? "

" Semua baik kok. Kamu masih inget sama mereka ? "

Gimana gak inget ? Pacaran aja udah 5 tahun, pasti ia akan ingat sampai sekarang.

" Hehe, masih inget kok. "
Dengan nada nyaring, disertai dengan senyuman saat Clara mengatakan hal itu.

" Kalau sama hubungan kita dulu masih inget gak ? "

Clara tersontak kaget dengan pertanyaan dari Frey. Sudah 2 bulan berlalu, namun kenangan mereka sudah 5 tahun. Pasti Clara sangat rindu hubungan yang dulu.

" Halo ? Clar ? Kamu gak papa kan ? "

" Em, iya gak papa kok. "

" Maaf ya Clar, soal dulu. Aku tau aku salah banget, tapi ... "

Belum selesai berbicara, Clara menyela nya.

" Em, Frey. Kalau mau bahas yang lalu-lalu, aku gak mau. "

" Eng, engga kok. Please, jangan dimatiin dulu teleponnya. Aku mau kasih tau sesuatu. "

Clara menghela nafas ...

" Yaudah, kamu mau bilang apa ? "

" Aku mau ke luar negeri. "

APA ? KELUAR NEGERI ?! Memang, Clara dan Frey saat ini sudah kuliah dan tinggal skripsi mereka, jadi wajar jika sudah bersiap untuk kehidupan mereka Namun, ini adalah hal yang berbeda !

Clara sangat kaget mendengar hal itu. Tak kuat rasanya, Clara langsung mematikan telepon tersebut. Handphone nya jatuh di pangkuannya. Air mata mengalir setetes. Sudah sangat lemas Clara mendengar hal itu.

" Ha .. halo ? "

Sepotong kata yang diucapkan Frey sebelum Clara mematikan ponselnya.

Sedih, hancur, kecewa, sekarang semua menjadi satu di hati Clara. Ia hanya menganga, menangis, dan membayangkan kenangan mereka dulu.

Frey yang selalu mengajaknya jalan, Frey yang amat sayang, Frey yang sangat berharga di mata Clara. Namun, semua itu terhapus kan hanya dengan beberapa detik saja.

Tidak seperti biasanya Clara seperti ini. Ia anak yang ceria, selalu tersenyum, namun kembali dengan rasa sedih.

Clara tersadar, ia meninggalkan Jhome di ruang tamunya. Ia langsung menghapus air matanya, mengambil napas, membuangnya, begitu seterusnya. Ia langsung menuju ruang tamu.

" Loh mah ? Jhome dimana ? "

" Jhome tadi pulang. Kamu sih lama banget, Jhome pulang dulu deh. " Jawab mama Clara.

" Hah ? Beneran mah ? Jhome pulang gara-gara Clara lama ? " Tanya Clara.

" Enggak, Jhome pulang soalnya papanya udah di bandara. Jadi, buru-buru dia. " Jawab papa Clara.

Fiuhh ..

" Tapi, kamu kok juga lama banget tadi teleponannya ? Sama siapa ? " Tanya mama Clara.

Clara keringat dingin. Ia bingung harus menjawab apa. Keluarganya sudah meminta Clara untuk menjauhi Frey, namun tetap saja. Hati Clara yang sangat baik ditambah kenangan mereka yang tak terlupakan, menjadi alasan Clara tidak menjauhi Frey.

" Yaudah ya mah, Clara ke kamar dulu ya mah, pah. " Ucap Clara. Dan dijawab dengan anggukan oleh papa dan mama Clara.

Clara duduk di tepi tempat tidurnya. Ia melamun tentang percakapannya dengan Frey tadi.

Namun tiba-tiba ada suara getaran ponsel Clara.

" Ouoohh ouooh ooo ouoohh ouooh ooo ouoohh ... "

Tak lama, Clara pun mengangkatnya. Ia tak melihat nama yang ada di ponselnya itu, ia langsung mengangkatnya saja. Karena ia sedang melamun dan hanya mengingat Frey, ia pun melampiaskannya pada teleponnya itu.

" Udah ya Frey, aku bilang jangan bahas masalah kayak gitu lagi. Aku tau kamu mau keluar negeri. Dan emang aku masih belum bisa lupain kamu, tapi please jangan ungkit masalah ini lagi. "

Namun ternyata, ada suara lain di ponselnya itu.

" Clar ? Are you okey ? Siapa Frey ? Kok kamu maki aku ? "

Hah ? Suara Jhome ? Clara langsung sadar bahwa itu telepon dari Jhome. Ia langsung menghapus air matanya, menghentikan suara isaknya, dan cepat-cepat membalas telepon itu.

" Loh ini Jhome ya ? Ada apa ya ? Maaf aku kira orang lain. "

" Clara, kamu gak papa kan ? Kamu tiba-tiba langsung berubah suaranya.
Tolong, cerita ke aku ada apa ini sebenarnya ? "

" Eng, enggak kok. Enggak kenapa-kenapa. Aku kira orang lain tadi. "

Jhome menghela nafas ..

" Clar, aku gak tau yang sekarang terjadi sama kamu. Sekarang kamu istirahat, tenangin diri, besok aku kesana. "

Clara terharu. Ia akhirnya menemukan pria yang dicarinya selama ini. Sangat peka terhadap hal ini.

" Makasih Jhome, udah mau nenangin aku. Maaf aku kira orang lain, aku langsung jadi ngegas ke kamu. Aku minta maaf banget. "

Setetes air mata mengalir, namun Clara langsung menghapusnya. Takut isak tangisan, juga akan menggiring.

" Iya, gak papa. Aku tau perasaan kamu sekarang. Tidur, istirahat. God bless you. "

" Okey, bye Jhome. "

Clara menutup telepon tersebut. Ia merasa sangat tenang mendengar suara Jhome. Pacar yang dipersatukan oleh orang tuanya justru berjalan lancar. Namun, tidak ada yang tau, kerikil masalah juga bisa jadi datang.

Clara mengambil selimutnya, dan sudah siap untuk istirahat, walaupun matahari masih terbit, ia tetap ingin istirahat agar lebih baik lagi untuk jiwa dan raganya. Namun, baru beberapa detik memejamkan mata ia terbangun lagi.

Ia memandang handphone nya yang terletak di meja sebelah kanannya. Ia mengamatinya terus-menerus.

" Thank you Jhome. "
Ucap Clara dalam hati usai melihat handphone nya. Ia memejamkan mata, dan lama-lama ia tertidur.

*****

Maaf ya baru up, soalnya tugasnya numpuk banget. Oiya aku juga udah upload cerita baru, judulnya " The Color Of Our Friendship "

Jadi, yang gak suka tentang percintaan, bisa baca. Karena cerita itu khusus untuk persahabatan.
Thank youu ❣️

Vote & komen
💗
Maaf kalau ada typo ...

Beautiful Piano Lessons Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang