4

565 106 27
                                    

Hendery dan Lucas mengambil cuti di hari Sabtu secara bersamaan.

Betapa Hendery kesal ketika Ningning dan Xiaojun mencercanya dengan segudang pertanyaan dan menggodanya tentang ia yang akhirnya menerima ajakan kencan dari seorang alpha.

Jangan lupakan Lucas yang memperparah suasana dengan mengumbar jika mereka akan pergi kencan ke Disneyland Hongkong, salah satu tempat kencan favorit pasangan muda.

Sial, brengsek, Lucas menyebalkan. Hendery tidak henti-hentinya mengumpat sambil menatap Lucas yang berjalan disampingnya dengan tampang berlagak cool dan menggoda para wanita yang melewati mereka. Apa-apaan kedipan menjijikan itu?

"Jika tujuanmu mengajakku kesini hanya untuk membuatku melihat caramu menggoda wanita," Hendery mendesah lelah. "Terimakasih banyak, brengsek."

"Kau cemburu?" Lucas terkekeh penuh ejekkan. Namun tangannya meraih tangan Hendery, menggandengnya, meremasnya dengan lembut. "Aku kesini tentu untuk kencan denganmu."

Hendery tidak menarik tangannya dari genggaman Lucas. Ia lebih memilih memperhatikannya dalam diam, merasakan hangatnya tangan Lucas yang ternyata sedikit lebih besar dibanding telapak tangannya.

Ia merasakan getaran yang aneh dari kulitnya dan kulit Lucas yang bersentuhan. Nafas Hendery memburu, pipinya terasa memanas. Ia meneguk ludahnya ketika ia menatap wajah Lucas yang tersenyum dan berbicara—Hendery tidak dapat menangkap apa yang Lucas bicarakan.

Lucas tidak melepaskan pegangannya pada Hendery. Tangan Hendery digenggamannya sangat terasa pas dan nyaman. Hendery bagaikan magnet untuknya, pemuda bersurai raven tampak tidak menyadari Lucas memperhatikannya, ia lebih bersemangat dengan wahana taman bermain yang sudah lama tidak ia kunjungi.

Terkadang secara tidak sadar, dengan nada kekanakan ia menunjuk wahana yang ia ingin coba dengan Lucas, dengan senyum lebar, bebas dan lepas.

Hendery benar-benar manis, dan Lucas tidak bisa menolaknya.

Sang caramel akan tersenyum dan mengikuti kemana langkah Hendery mengajaknya. Terkadang celotehan Hendery dibalas dengan jawaban jahil Lucas, membuat mereka adu mulut untuk sesaat.

Lucas menyukainya.

Hendery tidak seperti kebanyakan omega atau beta yang ia kencani. Mungkin karena Hendery adalah soulmate-nya? Lucas tidak tahu jawaban dari perasaannya sendiri. Namun yang ia tahu, Hendery bisa membuatnya tertawa lepas karena tingkahnya.

Tangan yang lebih kecil darinya, berbalut dengan kulit seputih susu dan jari yang panjang. Betapa ia tidak ingin melepas Hendery dari genggamannya. Berdekatan dengan Hendery sesuatu yang baru namun menyenangkan. Lucas menyukai segalanya, aroma Hendery yang lembut membuat Lucas semakin menikmati harinya.

"Oh, kembang api!" Hendery memekik girang. Tangannya menunjuk pada langit yang dihiasi kembang api.

Mereka menghentikan langkah mereka pada jembatan. Hari sudah larut, tidak ada satupun diantara mereka yang menyadari betapa cepatnya waktu berlalu. "Bisa kita lihat dulu kembang apinya sebelum pulang?"

Lucas tersenyum akan pertanyaan Hendery. "Tentu saja."

Untuk kesekian kalinya di hari ini Lucas tidak bisa melepaskan pandangannya dari paras Hendery. Betapa cantiknya bola mata hitam jernih yang memantulkan cahaya dari kembang api. Betapa manisnya senyuman yang menghiasi wajah Hendery.

Lucas menahan dirinya untuk tidak menyentuh wajah itu. Ia membawa kepala Hendery untuk menyandar pada pundaknya. Namun tidak hanya itu, Lucas mulai menggosokkan rambutnya pada wajah Hendery.

"Hei!" Hendery yang sadar apa yang dilakukan Lucas langsung mendorongnya. "Kau menandaiku dengan baumu?" Hendery menggeleng tidak percaya. "Kau—jangan bodoh!"

Lucas mendengus mengabaikan ucapan Hendery. "Terlalu banyak alpha yang menaruh mata padamu. Setidaknya jika baumu sepertiku maka mereka akan menjauh."

Hendery menggerutu, tangannya menjauhkan kepala Lucas dari wajahnya. Walaupun sebenarnya percuma karena bau tubuh Lucas sudah menutupi dirinya.

Entah kenapa aroma ini menghangatkan, nyaman, dan membuat Hendery merasa aman.

"Hendery." Lucas menyandarkan kepalanya pada kepala Hendery, matanya melihat pada kembang api yang menghiasi langit malam. "Hiduplah denganku."

Hendery terdiam. Ia menatap Lucas dengan alis berkerut. Pikirannya tidak dapat berpikir dengan jernih, senang dan kesal. "Tunggu." Hendery merasa tenggorokannya tercekat. "Kau—mau menjadikanku sebagai mate-mu?"

Lucas mengangkat sandaran kepalanya pada kepala Hendery. Ia tidak menatap Hendery, ia terlalu takut. Rasa takut akan penolakan oleh belahan jiwanya. "Allow me to court you, Hendery." Ia menoleh pada Hendery. "Aku menginginkanmu."

Hendery merasa napasnya semakin berat. Matanya melebar, kepalanya menggeleng dengan pelan. "Tidak." Ucapnya kaku, sangat lirih. "Tidak, aku tidak bisa."

Lucas menarik nafas dalam. Ketika ia melihat raut wajah Hendery, sakit dan bingung, sangat menohok hati Lucas. Dengan lembut ia membawa wajah Hendery mendekat dengan wajahnya, menyentuhkan pucuk hidungnya dengan hidung bangir Hendery.

"Aku mencintaimu." Lucas berbisik pada bibir Hendery, membiarkan napas mereka saling bersahutan. "Aku mencintaimu." Lucas mengulanginya. "Aku menginginkanmu."

"Lucas—dengar," Tangannya berusaha mendorong pundak Lucas. "Aku tidak bisa menjadi omega dari siapapun." Nafas Hendery semakin menderu. Ia menggeleng. "Aku membenci alpha, kau alpha."

"Dengar, aku Lucas, bukan alpha." Ia mengelus pipi Hendery, mengecupnya dengan kilat. "Jangan lihat aku sebagai alpha. Lihat aku sebagai Lucas—"

"Lucas, aku tidak bisa." Hendery memejamkan matanya erat dan menggeleng. "Alpha, atau soulmate, aku tidak bisa! Tidak bisa!" Ia menggeleng semakin kuat. Lucas menghela nafas, ia menjauhkan wajah mereka. "Jadi aku mohon—"

Lucas terkejut ketika Hendery mendorongnya dengan kuat, melihat pria bersurai raven itu mundur menjauhinya. "Hendery!"

"—aku mohon jangan membuatku seperti ini."

Dibawah langit malam berhiaskan kembang api yang indah, Hendery dengan langkah bergetar meninggalkan Lucas yang terlalu takut menahannya, terlalu takut akan penolakan lagi.

To be continued...

The Exception Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang