Bab 9: Momen Festival Budaya ✔

19 3 2
                                    

Keaktifan Randi di sanggar seni ternyata membuahkan hasil. Ia terpilih mengikuti lomba Festival Seni Budaya Melayu sebagai pemain musik dalam vocal group bersama Farid dan beberapa teman lainnya. Sedangkan bagian vokal yaitu Fayra, Devisya, dan tiga orang lainnya yang berasal dari sekolah lain yaitu Leni, Tasya, dan Indy.

Rire juga terpilih mengikuti kegiatan itu, yang mana tergabung dalam tim berbalas pantun. Dua teman yang membersamainya adalah Achi dan Fajri. Ketiganya kerap mengikuti lomba berbalas pantun.

"Cieee, emang jodoh kali, ya," ledek Farid pada Randi saat mengetahui bahwa Rire juga mengikuti festival. Farid lalu berkata lagi, "panggil Ayah-Bunda cocok, kan?" Randi tertawa mendengar candaannya.

[]

Desember 2014

Kota mereka terpilih menjadi tuan rumah kegiatan festival. Kegiatan itu diadakan selama satu minggu. Selama itu, peserta kegiatan akan tinggal di sebuah rumah yang dijadikan sebagai tempat karantina. Segala keperluan dipersiapkan di sana, mulai dari makanan, tempat tidur, kamar mandi, dan lainnya.

Malam itu diadakan acara pembukaan di stadion kota. Setiap perwakilan kontingen dari masing-masing kota menggunakan pakaian Melayu. Akhir acara itu dimeriahkan pesta kembang api yang disaksikan banyaknya orang-orang yang berkumpul.

[]

"Far," panggil Randi pada Farid saat mereka baru saja tiba di tempat karantina, "aku lupa bawa baju ganti, nih."

"Yah, kok bisa lupa, sih? Masa tidur pakai baju Melayu gini?"

"Kamu nggak ada bawa baju lain?"

"Nggak ada. Besok pagi baru ke rumah ambil barang-barangku," jelas Farid. Mau tidak mau Randi tetap menggunakan baju Melayu di badannya. Ia duduk di kursi yang ada di depan rumah sambil memainkan ponsel. Ia masih belum mengantuk, padahal malam sudah cukup larut.

[]

Di dalam kamar, Rire mengemas isi tasnya yang sudah sedikit acak. Ia mendapati baju kaos berlengan panjang berwarna hitam dengan tulisan New York, salah satu baju kesukaannya. Ia lalu menuju kamar mandi dan mengganti pakaian. Saat kembali lagi ke kamar, Farid lalu memanggilnya, "Bunda, Bunda. Tuh, Ayah nggak bawa baju ganti."

Rire mendelik. Dipanggil dengan sapaan demikian tentu membuatnya malu. Namun, satu hal yang menjadi atensinya, yang dimaksud Farid pasti adalah Randi. "Kenapa nggak bawa?" tanya Rire.

"Lupa katanya."

"Dia di mana sekarang?"

"Lagi duduk di depan," jawab Farid sambil menunjuk dengan dagu.

Rire beranjak ke depan. Dihampirinya Randi yang duduk sendiri sambil memainkan ponsel. Benar seperti kata Farid, baju Melayu masih terpakai di badannya.

[]

Randi terkejut saat Rire tiba-tiba muncul dan berdiri di dekatnya. "Hei, Re," sapanya.

"Kamu lupa bawa baju ganti?" serang Rire. Tebersit omelan di sana.

Randi hanya terkekeh. Setelah itu Rire masuk ke dalam rumah, lalu datang lagi dengan membawa sebuah baju.

Salahku Menempatkan Cinta [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang