Bab 14: Festival Bulan November ✔

9 2 0
                                    

Oktober 2015

Selama satu minggu, kampus Rire diliburkan karena ada suatu kegiatan. Untuk itu Rire menyempatkan pulang. Dua hari kemudian, Rire berkunjung ke rumah Randi.

"Assalamu'alaikum," ucap Rire. Pintu rumah Randi tampak terbuka. Biasanya yang akan muncul pertama kali adalah Randi, sebab kamarnya paling dekat dengan pintu masuk. Namun, kali itu muncul Azran menyambutnya, "Wa'alaikumussalam. Eh, Rire. Kapan kamu datang?"

"Dua hari yang lalu, Pak. Kampus masih libur, jadi Rire bisa pulang sebentar."

"Oh, gitu. Masuk dulu, Re. Randi lagi mandi."

"Iya, Pak. Nggak apa-apa. Rire tunggu di sini aja."

Rire pun duduk di kursi yang menghadap pintu. Tidak lama menunggu, terlihat Randi menuju ke kamarnya dengan mengenakan handuk berwarna putih. Tampak badannya sedikit basah.

Randi tersipu saat tahu bahwa Rire sudah menunggunya. "Sebentar, ya," ucapnya lalu masuk ke kamar.

Rire juga merasa tersipu, pertama kalinya ia melihat Randi yang hanya mengenakan handuk usai mandi. Setelah Randi berpakaian, ia pun menemui Rire. Keduanya tersenyum, merasa sangat senang bisa bertemu lagi. Keduanya duduk bersisian di dalam rumah. Cerita demi cerita mulai terangkai.

Randi lalu teringat satu hal yang ingin ia sampaikan pada Rire, "Re, dari sanggar baru, kami dipilih untuk tampil lomba festival."

"Oh, iya? Kapan?"

"Insya Allah bulan depan. Tahu nggak di mana?"

"Di mana?"

Randi lalu memberitahu bahwa lomba festival itu nantinya akan diadakan di kota tempat Rire kuliah.

"Beneran?" tanya Rire merasa begitu senang, artinya bulan depan keduanya bisa bertemu lagi.

"Hehehe, iya. Makanya dari kemarin-kemarin aku sibuk latihan terus. Aku jadi pemain akordeon," jelas Randi.

Setelah bercerita panjang, Rire lalu mengambil sesuatu dari tasnya, sebuah benda yang terbungkus kertas kado. "Buat kamu, Ran. Maaf baru bisa ngasiin sekarang. Anggap aja hadiah ulang tahun, ya."

Randi menerimanya. "Boleh aku buka sekarang?"

"Boleh."

Randi pun membukanya. Isinya sebuah baju kaos berlengan ¾ berwarna merah dan hitam.

"Moga kamu suka, ya," ucap Rire.

Randi tersenyum padanya. "Kenapa warna merah hitam?" tanyanya.

Rire pun menjawab, "Kamu kan suka warna merah, kalau aku suka warna hitam, jadinya aku pilih ini. Ada paduan warna yang kita suka."

[]

Pukul lima sore, Rire tiba di rumahnya. Sebuah chat masuk di ponselnya. "Makasih, Re, bajunya. Aku senang."

Rire tersenyum lalu membalas chat itu. Menurut Rire, setelah lama mengenal Randi, laki-laki itu sangat sulit mengucapkan terima kasih secara langsung, padahal bagi Rire ucapan terima kasih itu sangat penting meski seringkali dianggap remeh.

Salahku Menempatkan Cinta [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang