0.32

974 145 12
                                    

Beritahu jika kamu menemukan typo🤗

***

Malam terasa sangat singkat, saat secercah cahaya kini menyembul dari celah tirai yang menutupi dinding kaca. Akan tetapi, mereka belum juga terbangun dan masih terpejam dengan damai. Bahkan, saat suara bising ponsel yang berada di atas nakas, serasa tidak terdengar dipendengaran mereka. Hanya suara dengkuran yang terdengar sangat jelas.

Akan tetapi, karena terus berdering, membuat Jihyo mulai merasa terganggu dengan itu.

"Jung, ponselmu!" Masih dengan mata terpejam, mencoba menggoyakan tubuh sang suami yang serupa dengan mayat hidup saat tertidur---tidak ada pergerakan sedikit pun. Apalagi, ponsel milik suaminya itu, terus berdering tiada henti.

"Akh! Suaranya menganggu sekali!" Jihyo sudah kesal sendiri kala Jungkook tidak meresponnya. Bahkan, dengan menyebalkan, Jungkook menarik selimut untuk menutupi tubuhnya hingga keperpotongan leher. Alhasil, tidak ada pilihan lain lagi selain ia yang melakukannya.

Padahal, ia masih ingin tertidur. Semua tulangnya serasa remuk---kantuk juga masih menyapanya tiada bosan.

"Halo, dengan Jeon Jihyo, ada yang ingin anda sampaikan pada Jeon Jungkook? Dia masih tertidur dan ini masih sangat dini," ucapnya setelah terdengar suara dari seberang sana. Sesekali, ia juga menguap---menahan kantuk yang benar-benar menghantuinya.

"Maaf mengganggu waktu kalian. Aku Yunho dan sebenarnya, aku ingin mengatakan beberapa hal pada suamimu untuk memastikannya. Akan tetapi, sepertinya tidak jadi. Katakan saja, berikan aku suvenir dari sana dan juga, seorang gadis yang bisa menjadi pendamping hidupku."

Alhasil, membuat Jihyo terkekeh sendiri. "Kau punya banya nyawa sepertinya."

Pria seberang sana kontan tertawa. "Aku hanya bercanda. Tidak perlu seserius itu dan jangan beritahu Yoomi jika aku mengatakan ini. Dia akan menggilingku."

"Ya, itu bisa diatur. Apa ada lagi?"

"Tidak ada. Maafkan aku untuk kesekian kalinya karena menganggu pagi kalian. Sampai jumpa!"

"Tidak masalah dan sampai jumpa juga." Lantas ponsel itu ia matikan saat tidak ada sambungan telepon yang terjadi. Kini, ia mengamati Jungkook dan jam beker secara bergantian yang berada di atas nakas.

Sekarang, sudah pukul delapan pagi. Keinginan untuk kembali tidur terganti dengan hal yang ingin dilakukannya di Verona. Alhasil, Jihyo kini mengamati Jungkook yang masih terlelap. "Apa dia lupa?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Akan tetapi, Jihyo lebih memilih untuk berbenah diri terlebih dahulu, sebelum menganggu tidur suami tampannya itu tanpa dosa. Dengan langkah gonta-ganti, ia kini melakukan ritual berbenah dirinya di dalam kamar mandi. Sementara Jungkook, masih tampak damai dari dalam buntalan selimut itu. Bahkan, saat Jihyo kini mengenakan bathrobe dan hendak berganti pakaian.

Jihyo sontak berkacak pinggang dengan wajah yang kesal. "Ais, kenapa dia belum bangun juga?" Karena itupun, Jihyo yang masih mengenakan bathrobe, kini mendekati Jungkook dan mencoba melakukan sesuatu.

"Jung, sudah pagi! Kau juga sudah janji untuk mengajakku berkeliling di Verona," katanya mencoba lembut sembari membayangkan bagaimana potret pemandangan Verona dari internet yang diaplikasikannya ke dalam benaknya.

"Hm, masih sangat pagi. Aku sangat lelah."

Hoh. Jihyo jadi jengkel sendiri. Lantas, dihirupnya oksigen yang baik, seraya memejamkan mata lalu menghembuskannya, sebelum memulai suatu hal yang akan mempermainkan batin dan tenaganya.

Kini, terlihat Jihyo yang berada tepat di samping Jungkook---ia dapat melihat bagaimana lekukan itu kala tertidur saat menyamping. Memang, ada lekukan kelelahan di wajah itu, tetapi Jungkook sudah berjanji kepadanya dan ia ingin menagih itu dengan caranya yang khas---mungkin akan terdengar konyol.

HIDDEN SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang