Hello guysss☉
*****
"Kak, apa kau tahu--"
"Aku tidak tahu, kenapa?"
Lelaki itu mendadak diam saat mendapat tatapan mengintimidasi dari lawan bicaranya. Ia mempautkan kedua bibirnya sembari membiarkan netranya menilik sekitar---ruangan kerja sang kakak yang mengeluarkan aura yang membuatnya merinding.
Ia lantas menggeleng. "Tidak jadi dan abaikan saja," imbuhnya.
Jungkook lantas menghela napas. "Ya sudah, pergilah ke kamarmu! Aku bosan melihat wajahmu itu," ujarnya kelewat dingin membuat Lelaki itu---Jeon Yeon Jun sangat kesal. Hei, ia baru saja tiba di mansion ini, tetapi kenapa kakaknya itu langsung saja bosan melihat wajah tampan dirinya?
Apa ia tidak waras?
"Aku ingin di sini--"
"Bagaimana jika aku menolak kehadiranmu di ruangan ini?" Jungkook memangkas ucapan Yeonjun sembari menaikkan sebelah alisnya.
Yeonjun sontak terkekeh. "Gampang saja, aku akan tetap disini."
"Jeon Yeonjun!"
"Jeon Jungkook!"
Jungkook sungguh sangat ingin melenyapkan adiknya itu. Yeonjun kelewat keras kepala---sama dengan dirinya dan hanya Yeonjun di dalam kehidupannya yang dapat memperlakukannya seperti ini yang membuat Jungkook tidak suka akan hal itu.
Tampak Jungkook meremas rambut gelamnya dan mengabaikan presensi adiknya---memfokuskan diri pada pekerjaannya.
"Kak ...."
Jungkook tidak bergeming.
"Kak, aku ingin bicara!"
Lantas, Jungkook melirik sejenak, tetapi kembali memeriksa hasil kerja sekretarisnya. "Katakan sebelum aku enggan untuk mendengarkannya."
Kalimat itupun, membuat Yeonjun bahagia bukan main. Ia memang paham jika kakaknya itu tidak seburuk yang ia bayangkan, walau ia sebenarnya harus mati-matian meningkatkan pendiriannya akan pandangannya sendiri.
Yeonjun yang tadinya duduk di sofa mulai tertarik dengan mendekat ke arah Jungkook.
"Kak, kau itukan Kakakku yang baik hati, tidak sombong dan selalu membantu seseorang---iya aku akan mengatakannya! Tanpa basa-basi," cengirnya setelah mendapat tatapan tidak bersahabat dari sang empu.
Bukankah jika seseorang dipuji seharusnya bahagia bukan main? Akan tetapi, pria di hadapannya ini seperti tidak suka dan tidak tertarik. Benar-benar tidak normal.
Yeonjun pun menarik napas sebelum mengeluarkan lisannya, walau di sana seperti ada bebatuan yang menghambatnya keluar. "Begini Kak, bisakah aku tinggal disini hingga 6 bulan ke depan? Maksudku, aku ingin berhenti kuliah sementara waktu dan aku memutuskan untuk bekerja selama 6 bulan itu. Lagipula, aku sudah bosan berada di Barcelona seorang diri selama beberapa tahun ini. Jadi, bisakah aku melakukannya?"
"Ya, awalnya aku memang mengatakan ditelepon bahwa aku memiliki urusan kuliah di Seoul, tetapi itu hanya alibiku," tambahnya.
Jungkook sontal berhenti berkutat pada laptopnya. Seperti jika ia sedang menimbangi permintaan dan perkataan adiknya itu. Hingga akhirnya, ia menghela napas lagi. "Memangnya kau bisa? Mencari pekerjaan di sini tidak segampang yang kau bayangkan dan aku tidak bisa membuatmu menjadi karyawan di kantorku begitu saja, sebelum kau menjalani masa training terlebih dahulu," jelasnya sembari melirik keberadaan adiknya. "Bisnis tetap bisnis dan aku tidak peduli jika kau adikku sekalipun."
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN SIDE
أدب الهواةPark Jihyo, tidak pernah membayangkan jika diterimanya ia menjadi sekretaris di Jeon Corp, membuat kehidupannya makin rumit. Apalagi, masa lalu dari atasannya---Jeon Jungkook, seakan menarik dirinya untuk ikut berperan dalam kisah itu. Mungkin agak...