0.41

896 136 21
                                    

Sebenarnya, hari ini Mylan harus berada di bandara untuk mengambil penerbangan ke Amerika. Akan tetapi, ia merasa tidak tenang saat bayangan Jihyo yang terus berputar di kepalanya. Alhasil, ia menunda semua pekerjaan di Amerika dan memilih tinggal di Seoul dengan waktu yang belum ditentukan. Dengan alasan lain, ia ingin cuti dari pekerjaannya sebagai publik figur.

Manajernya pun sangat terkejut mendengar keputusan sepihak dari Mylan. Bahkan, telah tersebar di media massa. Alhasil, tidak ada alasan lain untuk menolak permintaan sang aktor yang saat ini, berada di rumah kakak perempuannya.

Dengan tampang kebingungan, mengedarkan pandangan untuk menemukan eksistensi dua wanita yang berada di rumah ini, tetapi ia tidak menemukannya. Hingga, ia mendengar sebuah perbincangan di bagian belakang. Alhasil, Mylan menuntun kedua kakinya ke tempat itu.

Dengan raut senangnya. Namun, ia tidak tahu, jika sesaat dirinya tiba, ia melihat keseriusan diwajah kedua wanita yang tengah berbincang.

"Ak--aku akan meninggalkan Seoul. Entah, kapan aku akan kembali ke kota ini."

"Apa? Meninggalkan Seoul?" Mylan mengatakannya dengan mendelik. Sembari mendekat dan membuat dua wanita itu langsung menoleh.

"Mylan?" ucap Myonsoo memanggil untuk memastikan dan Jihyo hanya mengamati Mylan yang terus mendekat dengan keterkejutannya.

Myonsoo langsung berdiri, diikuti dengan Jihyo yang terlihat lesu. 

Mylan hanya tersenyum, saat sang kakak memanggilnya, lantas ia kemudian mengalihkan tatapannya pada Jihyo. "Kau mau pergi? Maksudku, kenapa kau harus pergi di saat seperti ini?" tanyanya dengan ekspresi yang sama pada sebelumnya.

Jihyo hanya tersenyum simpul. "Aku tidak ingin merepotkan kalian dan juga, ini sudah menjadi keputusanku. Berlama di sini, aku malah terus larut dalam kesedihan itu." Pun, ia mengangguk karena apa yang ia katakan memang benar. "Aku bukannya lari dari sebuah masalah yang menjebakku, Mylan. Apa yang kau pikirkan mengenai itu, tidaklah benar. Hanya, sama seperti yang dia katakan padaku yang membutuhkan waktu untuk memahami semuanya, aku juga membutuhkannya. Bahkan lebih banyak ruang."

"Dengan cara ini, aku pasti bisa memahami pemikiran dari dirinya. Jikapun, akhir dari kisah ini bermakna hubunganku dengannya harus berakhir, aku akan mencoba memahami itu," tambahnya. Ia yang membelakangi Mylan juga Myonsoo, kini menghapus bulir air matanya. Lantas, berbalik dengan senyum yang terus terukir.

Tanpa memikirkan apapun lagi, Mylan langsung mendekat---meraih tubuh Jihyo untuk didekapnya. Memberikan sandaran agar Jihyo tidak bersikap seolah kuat. Menyadarkan Jihyo di mana ia saat ini, membutuhkan sandaran untuk menumpahkan segala tangisnya.

"Jihyo, bisakah kau menyuruhku untuk menghajar Jungkook? Aku akan melakukannya. Bahkan, aku akan membunuhnya, karena berani membuatmu terluka seperti ini. Sebagai te--teman, aku tidak bisa melihatmu seperti ini," kata Mylan dengan kedua bibir yang bergetar. Myonsoo yang melihat tindakan adiknya, merasa terkejut. Manalagi, ia memang sangat mengenal adiknya yang keras kepala. Kenapa bisa mendadak lunak dengan seorang wanita?

Di dalam dekapan itu, Jihyo menggelang lirih. "Jangan melakukan apapun. Kumohon! Jika kau melakukannya, itu sama saja jika kau …." Jihyo tidak menyelesaikan ucapannya lagi. Ia tidak sadarkan diri dalam dekapan itu. Sontak hal itu, membuat Mylan dan Myonsoo mendadak khawatir.

"Kak! Kumohon hubungi dokter! Aku akan membawa Jihyo ke dalam kamarnya!"

Myonsoo mengangguk. Tanpa menyia-nyiakan banyak waktu, ia langsung merogoh ponselnya. Mencoba menyimbangi langkah dengan kaki panjang Mylan yang saat ini---membawa Jihyo dalam gendongannya---menuntun dirinya ke dalam kamar.

"Jika kau tidak baik-baik saja, aku bersumpah akan membunuh Jungkook di detik itu juga, Jihyo!" batin Mylan dengan rasa khawatir yang memuncak.

HIDDEN SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang