-i'm not ready✨

630 72 3
                                    

Semenjak makan malam telah usai. Yeri lebih memilih ke rooftop untuk menghabiskan waktunya. Ini adalah spot favoritnya setelah kamarnya sendiri. Akhir-akhir ini ia sering kesini membawa buku sketsa dan juga alat gambarnya. Seperti kalian tahu tentang Yeri yang sangat menyukai menggambar ataupun melukis.

Malam yang begitu tenang dengan suhu yang  begitu hangat ikut menyelimuti. Ditambah dengan bintang-bintang yang tak terlalu nampak dan juga bulan yang terlihat agak sedikit redup menghiasi langit malam. Tidak lupa musik klasik yang selalu ia dengar melalui headphone berwarna ungu miliknya. Hal kecil yang menurut Yeri membuatnya begitu tenang dan merasa nyaman.

"Boleh kami bergabung bersama mu?". Yeri lantas terkejut karena seseorang yang menyentuh pundaknya dengan lembut.

"YAKK... bisakah sehari ini saja aku tidak terkejut seperti ini? Sungguh membuat jantungku tidak sehat". Yeri lalu menghentikan musik yang ia dengar sejak tadi dan juga menggantungkan headphone yang ia gunakan dilehernya.

"Bukan salah kami noona, ini salahmu, siapa suruh tidak peka". Heachan lagi-lagi ingin membuat sebuah pertengkaran kecil dengan Yeri. Sebelum itu terjadi, Jaehyun lantas melerainya lebih awal.

"Sudah-Sudah ini salahku, jangan lagi bertengkar. Apa kalian tidak kasihan melihat appa dan juga eomma yang selalu melihat dan juga mendengar kalian bertengkar karena hal kecil? Kalian sudah bukan anak kecil lagi yang harus ditegur setiap saat". Kalimat yang diucapkan Jaehyun tadi memang benar. Haechan dan juga Yeri berhasil dibuat diam dan merasa bersalah.

Buku sketsa yang ada dihadapan Yeri membuat atensi Jaehyun jatuh pada buku itu. Lalu mengambil dan melihat hasil gambar adik perempuannya itu. "Wahhh, ternyata gambarmu begitu bagus dan juga keren". Haechan yang dibuat penasaran pun lalu berdiri di sebelah Jaehyun.

"Jinjja? Ini gambarmu noona? Waaa daebak". Haechan tidak percaya, benar-benar tidak percaya jika sang kakak yang menggambarnya.
"Yaaa, tentu saja". Yeri yang menyombongkan dirinya.

"Hmmm... akhir-akhir ini oppa sering melihatmu menggambar atau melukis. Apa itu jadi hobi barumu?". Jaehyun tahu. Bahkan tanpa Yeri memberikan jawabannya. Tetapi ada sesuatu hal yang ingin ia cari tahu.

"Ayolah oppa, bukan kah kau sangat tahu jika aku sangat menyukai hal-hal yang berbau seni apalagi jika hal itu sudah mengusik tentang  menggambar atau melukis, dan juga bermain musik". Yah, Jaehyun berhasil memancing Yeri masuk ke topik pembicaraannya.

"Aku tahu pasti, lalu bagaimana dengan bermain musik yang kau maksud tadi? Kapan kamu mulai bermain dan juga menunjukkan bakatmu itu kepada kami lagi?". Ada sedikit rasa was-was yang Jaehyun rasakan. Hal yang ia katakan ini berkaitan dengan hal-hal sensitif yang akan mengubah mood Yeri.  "Hmmm, untuk itu—, tunggu sebentar".

Yeri lalu pergi meninggalkan mereka berdua dengan raut wajah sedikit bingung namun juga begitu penasaran.

Apakah Yeri akan menunjukkan bakatnya lagi? Bermain biola dihadapan mereka? Apakah ia sudah sembuh?

Tidak membutuhkan waktu lama, Yeri datang dengan membawa sebuah buku sketsa yang ukurannya agak besar dibandingkan yang tadi. "Tadaaa, ini aku dengan biola kesayanganku. Yah, aku menggambarnya sendiri. Cantik bukan?". Jaehyun sedikit terkejut. Sejujurnya bukan ini yang ia harapkan. Tapi sebuah alat musik, biola favoritnya yang harusnya ia bawa.

"Hmmm, sangat cantik, gambar ini persis dirimu yang sedang bermain biola". Jaehyun yang mengusap rambut hitam nan panjang milik Yeri. Sekarang Jaehyun merasa cukup untuk mencari tahu. Dengan jawaban yang masih sama, jika sang adik perempuannya ini masih enggan untuk memainkan biola kesayangannya.

Namun terlintas dalam pikirannya...
"Lantas sampai kapan?"

"Ayolah noona, bukan ini yang Jaehyun hyung maksud. Ia ingin kau membawa biola favoritmu, maksudku memainkan biola favoritmu itu dihadapan kami". Haechan dengan nada yang pelan tapi sedikit menekan. Sangat sensitif hingga membuat Yeri diam tak bergeming. Lantas di detik berikutnya Yeri menanggapi perkataan Haechan.

"Aku masih dalam usaha untuk hal itu. Jika kalian tahu, sekarang ini aku sudah mulai memainkannya lagi. Sooyoung imo menyarankanku sedikit demi sedikit untuk membiasakan diri. Pertama dia menyarankanku untuk bermain di tempat yang sunyi, tenang dan mampu membuatku nyaman seperti danau tempat Camping favorit kita. Dan yah aku sudah melakukannya beberapa minggu ini dan itu cukup berhasil. Lalu, dia menyarankanku untuk bermain dihadapan cermin agar percaya diriku kembali. Namun cara ini sedikit tidak berhasil, karena aku belum siap melihat diriku untuk memainkannya lagi. Setiap aku melihat diriku dihadapan cermin, seperti aku tidak pantas memainkannya walaupun sangat ingin sekali pun. Lalu saran Soyooung imo yang harusnya juga kulakukan yaitu memainkannya dihadapan orang-orang terdekatku. Sudah ku pastikan cara tesebut itu tidak akan berhasil jika cara kedua saja pun gagal". Yeri dengan tatapan kosong. Jika kalian tahu, Yeri sangat ingin bermain seperti dahulu namun jika ia memaksa akan berakhir dengan menyakiti dirinya sendiri.

"Baiklah jika kau tak bisa dengan saran kedua imo, bagaimana jika mencoba saja dengan saran ketiganya. Noona bisa bermain dihadapan kami tanpa harus menerima kritik sedikit pun. Benarkan hyung?". Haechan benar-benar membujuk Yeri dengan sedikit paksaan. Yeri tidak suka dipaksa, ini akan menyakitinya.

"Sudah kukatakan, aku belum bisa Haechan. Belum siap. Kumohon mengertilah". Yeri yang nampak kesal dengan suara napas yang memburu. Ada sesak yang ia rasakan saat ini.

Apakah adik kesayangannya ini tidak mengerti? Atau pura-pura tidak mengerti?

"Tidak noona, kau pasti bis—". Jaehyun berhasil menghentikan Haechan dengan mengenggam tangannya kuat. Semacam kode untuk berhenti memaksa Yeri untuk memainkannya.

"Sudahlah, Yeri pasti akan bermain untuk kita, hanya saja waktunya belum tepat. Benarkan Yer?". Namun tetap saja kode itu tidak dapat Haechan mengerti.

"Tapi kau harus cepat sembuh noona, aku ingin kau cepat se—-". Yeri sudah tak tahan.

"KAU TAK PERNAH MERASAKANNYA HAECHAN, RASANYA TERSAKITI DENGAN TRAUMA MASA LALU". Amarahnya lepas tanpa ia sadari. Merasa dirinya berlebihan, Yeri bergegas membereskan barang-barangnya kemudian pergi meninggalkan mereka yang masih betah berdiri di rooftop itu.

"Sudah kukatakan Kim Haechan, sampai tadi aku memberimu kode. Jangan memaksanya seperti itu. Dia masih terlalu sensitif dengan hal itu". Nasehat Jaehyun. Lantas pada akhirnya mereka berdua memutuskan untuk turun dari rooftop tersebut.

Brukkk

Itu suara dari kamar Yeri. Mereka berdua segera mendekati pintu kamarnya. Tak lama ayah dan ibu mereka juga ikut mendekat.

"Sayang, Yerimiee, are you okay princess?". Suara Junmyeon yang sedikit cemas dengan masih mengetuk pelan pintunya. "A-aku butuh se-ndi-ri appa".

Sakit. Seperti ada yang menyumbat di rongga dadaku. Cukup aku saja yang merasakannya. Ini sakitku tak perlu kubagi dengan kalian.

🌻🌻🌻

Hi! I'm back😊
Maaf yah baru bisa update lagi. Soalnya baru ada waktu untuk sempatin update🙂.

Jangan lupa vote dan komennya yahh!!!
Happy reading

See u next part🌻

Author, 4 September 2020

Beautiful Soul • KyrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang