#Bab 41

643 133 40
                                    

Hamoka Pov

Hari ini akhirnya Mas Aryo memberiku kabar jika semua persyaratan surat-surat yang di butuhkan Zafran untuk berobat di Singapore sudah siap,bahkan sudah di kirim sama Mas Aryo.

Hubunganku dengan Zafran masih seperti ini,kami akan berkomunikasi seperlunya,sesekali membahas sesuatu yang menimbulkan emosi kami keluar,mereda lalu tenang kembali.

Entahlah akan bagaimana akhir cerita kami ini?yang jelas aku ingin melihat Zafran sembuh,aku ingin mengembalikan kepercayaan dirinya lagi,mengembalikan sosok Zafran yang dulu aku kenal.

"Jadi Abang akan berangkat ke Singapore lusa?"tanya Ziofa

"Iyah Zi,doa yaa biar semuanya lancar"balasku

Ziofa mengangguk dengan cepat,saat ini aku berada di rumahnya Zafran,ada Ibu dan Ayahnya juga.

"Terimakasih yaa nak,kami jadi merepotkanmu"ucap Ibu

"Ibu jangan bilang begitu,aku senang kok bisa bantu Ibu"balasku

"Bukan karena kamu cinta sama anak Ayah ya?"tanya Ayah sedikit menggoda

Aku salah tingkah pasti,sedangkan Zafran masih bisa bersikap santai dengan buku di tangannya,akhir-akhir ini dia sering membaca sebuah buku filosofi-filoafi kehidupan.

Ibu tersenyum,begitu juga dengan Ziofa dan Ayah,keluarga ini sangat menyenangkan,hangat dan harmonis,aku yang terlahir menjadi anak tunggal dan terbiasa hidup tanpa saudara,merasakan sesuatu yang berbeda tentu saja.

"Zaf"

"Hmm"

"Mau ke Sunyi?"tanyaku

Zafran menutup bukunya lalu beralih menatapku,aku pikir dia perlu keluar rumah sebelum dia pergi ke Singapore.

"Sopirnya mau di pake Ibu keluar nganter Zio,Ra"jawab Zafran

"Aku"balasku

"Iyah,aku kan bawa mobil,aku yang bakal mengemudi"lanjutku lagi

"Tap-"

"Sudahlah,ayo pergi"potongku

                                    ***

Disinilah kami,di dalam mobil menuju Sunyi,bukan hening yang menemani,tapi lagu-lagu indi yang bersuara di antara kami,seolah-olah setiap syairnya mewakili percakapan kami siang ini.

Hingga akhirnya kami terjebak oleh lampu merah,aku sedikit mencondongkan tubuhku untuk melihat detik yang terpajang di rambu-rambu,masih 50 detik lagi.

"Klik"

"Kok di matikan?"tanya Zafran

Aku mengangguk,lalu memberikan satu earphone pada Zafran.

"Pakai ini"ucapku

Zafran menatapku,hingga akhirnya dia mengulumkan senyum di bibirnya.

"Aku tidak bisa mengendari motor apalagi Vespa,jadi kita dengerin musik pakai ini di dalam mobil saja"ungkapku

"Iyah"balas Zafran

Tak terasa gelap pun jatuh
Di ujung malam menuju pagi yang dingin
Hanya ada sedikit bintang malam ini
Mungkin karna kau sedang cantik-cantiknya

Lalu mataku merasa malu
Semakin dalam ia malu kali ini
Kadang juga ia takut
Tatkala harus berpapasan di tengah pelariannya

Di malam hari
Menuju pagi
Sedikit cemas
Banyak rindunya

Aku tersenyum,begitu juga dengan Zafran setelah kami bersenandung bersama,dulu kami bisa menikmati moment seperti ini diatas Vespanya,sekarang kami menikmati moment ini dalam dalam mobilku.

Zafran Pov

"Kamu-"

"Iyah Zaf,katamu aku tidak boleh takut mencoba semua kopi selagi masih di Indonesia"potong Hara

"Iyah,tapi kopi hitam biasanya-"

"Aku ingin seperti dia Zaf"potong Hara lagi

"Setiap kali aku menikmati kopi hitam,aku ingat kamu,kamu yang selalu jujur dan percaya diri"lanjutnya

"Rasanya pahit di ujung lidah,setelah menyentuh tenggorakan,rasanya manis,kemudian akan meninggalkan jejak pahitnya,tapi tetap saja bisa di nikmati"ungkap Hara

Detik berikutnya aku melihat Hara menuangkan sedikit kopi hitamnya ke piring kecil alas dari cangkirnya,sungguh!setahun aku tak bersamanya,ternyata Jogja bisa merubah Hara menjadi seperti ini.

"Ra-"

"Minum kopi hitam enaknya dari piring kecil ini Zaf"lagi-lagi Hara memotong kalimatku

"Apa kamu berpikir jogja merubahku?"lanjutnya bertanya

Dia seperti bisa membaca pikiranku,aku pun mengangguk pelan,"mungkin iya"jawabku

"Bukan Jogja yang merubahku Zaf,tapi Kamu!"balas Hara

Lalu Hara menyeruput kopi hitamnya dari piring kecil itu,mungkin saking cantiknya dia,jadi tetap saja terkesan manis.

"Gusti juga merubahmu"ucapku

Entahlah aku yakin jika Hara bisa menikmati kopi dengan cara seperti itu karena Gusti,Hara yang bercerita jika Gusti juga seorang barista kopi,sama sepertiku.

"Kenapa Gusti?"tanya Hara

"Karna setahun ini dia bersamamu,dia dekat dengan kamu"jawabku

"Iyah,mungkin jika tidak ada Gusti setiap hari aku akan menangis,aku tidak bisa tersenyum apalagi tertawa bersama Jogja"balas Hara

"Gusti yang selalu mendengarkan ceritaku tentang kamu"lanjutnya

"Apa dia mengataiku brengsek atau bajingan?"tanyaku

Hara tersenyum,"Tidak"jawabnya

"Justru Gusti mengejekku bodoh karena masih merawat luka"lanjutnya

"Sebenarnya keputusan kamu itu simpel,akunya saja yang ribet dan suka sesuatu yang rumit"ungkap Hara lagi

"Maksud kamu?"tanyaku

"Kamu hanya ingin menghilang dari hidup aku Zaf,harusnya aku turuti kemauanmu itu,tapi tidak bisa kan?aku malah tetap setia dengan kenangan bersamamu,aku tetap senang memandang jam pemberianmu,aku tetap merasa nyaman mendengar lagu-lagu indi yang kamu kenalkan padaku"jawab Hara

Jantungku berpacu,jika dulu aku sulit menemukan Hara yang jujur dan bicara gamblang perihal perasaannya,kali ini aku justru melihat Hara yang jujur dan tegas dalam menceritakan tentang perasaannya.

"Aku mencintaimu Ra,tapi aku tidak ingin menahanmu tetap bersamaku"ungkapku

"Kamu bebas memilih"lanjutku

"Jadi kalau aku memilih Gusti,kamu terima?"tanya Hara

Aku menatap Hara dengan tajam,meyakinkan dia melalui kedua bola mataku.

"Mungkin tidak,tapi aku akan mencobanya"jawabku

"Dasar brengsek"ucap Hara mengumpat

#tbc,,,
Selamat malam,sudah di wakilkan sama Hara!jadi sudahlah jangan mengumpat pada Bang Zafran yak???

Kopi SunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang