#Bab 49

629 134 21
                                    

Hamoka Pov

"Papa dan Mama mu sudah di Jogja kan?"tanya Ayah

"Iyah Yah,nanti di jemput sama Pak Bagyo,sopirnya Papa"jawabku

Sekarang aku dan Ayah sudah berada di Bandara Adi Sucipto Jogja,setelah hampir 6 jam kami melakukan perjalanan udara dari Singapore.

Sepanjang perjalanan kami banyak berbincang tentang banyak hal,tentang ilmu kedokteranku,tentang bisnis yang di jalani Ayah,juga tentang Ibu dan Zafran,bahkan Ayah bercerita sedikit tentang Ziofa.

Aku baru tahu,jika Ayah adalah anak angkat dari Kakek Neneknya Zafran,Vanesha Najwa dan Iqbaal Ramadhan,kisah mereka ternyata lebih rumit dan pelik,sempat tidak mendapat restu dan mencoba menjalin hubungan bersama orang lain.

Kadang untuk apa kita mengeluh tentang persoalan hidup?padahal tanpa kita sadari,banyak hal dan masalah orang lain yang lebih berat daripada yang kita hadapi saat ini.

Mungkin jika tidak ada manusia yang patah hati,seorang seniman musik tidak bisa menciptakan sebuah sajak hingga menjadi lirik sebuah lagu.

Lagu sedih tercipta dari sebuah kenyataan hidup yang di alami dari beberapa orang,entah itu si penciptanya atau orang lain yang bercerita.

"Non Ocha"

Aku tersenyum ketika Pak Bagyo melambaikan tangan dan memanggilku.

"Ayah,itu Pak Bagyo"kataku

Ayah tersenyum,lalu kami berjalan bersama,Pak Bagyo segera membantu kami untuk membawa beberapa barang.

"Papa sama Mama di rumah kan?"tanyaku

"Iyah Non,mereka sudah menunggu Non Ocha sama Pak Fawas"jawab Pak Bagyo.

                                   ***

Sesampainya aku di rumah,Papa dan Mama menyambut kami,bahkan tak hanya mereka,tapi Mbak Marni dan Danu juga,ah rasanya aku sudah rindu mereka.

"Bu dokter apa kabar?"tanya Mbak Marni

"Alhamdulilah baik Mbak"jawabku

"Danu,kamu sudah besar yaa sekarang?"lanjutku

"Aku kan makan banyak,seperti pesan Bu dokter waktu itu"jawab Danu begitu polos,dia anak tunggalnya Mbak Marni,keponakannya Gusti yang masih berusia 7 tahun.

"Bagaimana perjalanannya Pak?"tanya Papa,setelah Ayah sudah duduk di ruang tamu.

"Alhamdulilah semua berjalan lancar"jawab Ayah

"Waaah suasana Jogja sangat nyaman yaa"lanjut Ayah

"Iyah,makanya putri saya memilih Jogja"jawab Papa

Melihat mereka berbincang aku merasa senang,aku hanya menjadi pendengar di antara mereka,sedangkan Mama bersama Mbak Marni ada di belakang,menyiapkan makanan untuk kami.

"Kamu sudah mengabari Zafran?"tanya Ayah

"Ah iya,belum Yah"jawabku

"Kabari dia,dia pasti sedang mencemaskanmu"balas Ayah

Akhirnya aku berpamitan,keluar dan duduk di teras depan rumah,mencoba menghubungi Zafran.

Hingga beberapa menit kemudian sebuah video terhubung,aku bisa melihat wajahnya.

"Hai,aku sudah sampai di Jogja"kataku

"Syukurlah,Ayah dimana?"tanya Zafran

"Ada di dalam sedang berbincang dengan Papa"jawabku

"Gusti ada di situ?"tanya Zafran lagi

Aku tersenyum,lagi-lagi Zafran masih merasa Gusti adalah saingan terberatnya,padahal sudah aku katakan puluhan kali pada dia,jika Gusti hanyalah temanku.

"Dia di situ yaa?"tanya Zafran tak sabar

"Tidak ada,dia tidak ada di sini,mungkin sedang bekerja"jawabku

"Kamu tidak ada niatan menemui dia hari ini kan?"tanya Zafran

"Dia bekerja di Loko,sebuah cafe dekat stasiun,hanya sepuluh menit dari rumahku,tapi tidak sekarang,aku capek Zaf"jawabku

Aku melihat Zafran mengulum senyum,ah rasanya aku sudah rindu dengan dia,semalam aku masih bersamanya,kami hampir tidak tidur,menghabiskan waktu bersama sepanjang malam di atas bangkar tempat tidur di rumah sakit.

Bermain rubik,ular tangga,hingga kartu,semua itu yang membawa Ziofa dari Indonesia,sengaja dia bawa untuk hiburan Zafran ketika bosan di rumah sakit katanya.

Lalu aku mendengarkan cerita Zafran yang sudah rindu Sunyi,rindu Rumah Senja dan Rumah Baca,dia juga bercerita tentang rasa rindunya pada mesin-mesin kopinya.

"Zaf,nanti kita lanjut lagi yaa?aku mau ke dalam,Mama sudah memanggil untuk makan bersama"ucapku berpamitan

"Iyah,I miss you babe"jawab Zafran

"Miss you to"balasku

Lalu Zafran memberikan ciuman secara virtual,lucu sekali!mulai hari ini aku dan dia akan memulai cerita baru,aku di Jogja dan dia di Singapore.

Aku sadar ini tidak akan mudah bagi kami,tapi Ibu meyakinkan kami semua akan mudah jika kami saling percaya dan mengerti.

Zafran Pov

"Lingga bagaimana kabarnya Uncle?"tanyaku saat Uncle Javas berada di ruang inapku,bergantian dengan Ibu.

"Dia baik,dia juga menitipkan salam untukmu"jawab Uncle

Aku tersenyum,Lingga adalah cucunya Nenek yang sama persis dengan Nenek,suka dengan dunia psikolog dan bisnis,saking dia mengidolakan Nenek,Lingga mati-matian mendapatkan beasiswa sama seperti Nenek dulu.

"Zaf"

"Iyah"

"Beberapa kali Uncle bertemu dengan Pinkan"ungkap Uncle

"Pinkan?"tanyaku

"Iyah Pinkan,mantan kekasihmu"jawab Uncle

"Dia beberapa kali datang ke Oneby,lalu menyapa Uncle,Uncle juga sempat melihat dia wara-wiri di sebuah gedung televisi,bukankah dia sudah punya karier di Amerika?"tanya Uncle Javas

"Aku tidak tahu,aku tidak sempat menanyakan soal karier dia"jawabku

"Kamu masih berhubungan?"tanya Uncle

"Dia datang ke rumah,lalu menawarkan diri sebagai teman"jawabku

"Hati-hati,jangan biarkan mantan datang untuk merusak hubungan yang sekarang ada,kamu tahu kan?wanita itu pakai hati?"ucap Uncle Javas

Aku mengangguk mengerti,aku tidak begitu memperdulikan Pinkan,toh sekarang aku di Singapore,dan dia di Indonesia.

#tbc,,
Selamat malam,happy reading,,,

Kopi SunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang