Si Penarik Perhatian

300 31 3
                                    

Hal yang wajar adalah ketika kamu mulai menduduki bangku kuliah dan menyukai cowok-cowok ganteng yang berada di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal yang wajar adalah ketika kamu mulai menduduki bangku kuliah dan menyukai cowok-cowok ganteng yang berada di sana. Entah itu ketua BEM, ketua himpunan, ketua tingkat, kakak tingkat, atau si mahasiswa berprestasi. Mengagumi mereka cukup wajar untuk kau alami ketika sedang duduk di bangku perkuliahan. Bukan pula hal memalukan atau aib yang harus kau sembunyikan. Setidaknya itulah yang ada di pandanganku.

Bukan hal yang asing melihat teman-teman perempuanku yang lain sering kali tiba-tiba saja membentuk sebuah lingkaran kecil di tengah tempat yang luas. Hanya untuk memastikan pembicaraan mereka tidak terdengar orang banyak, setelah itu waktu tampak berjalan dengan cepat. Bersama dengan banyak seri yang sudah kami lewati membicarakan si pangeran tampan kampus. Siapapun itu yang memenuhi standar pangeran tampan versi kami.

Berlebihan, ya?

Maaf, tapi bukan hanya kami para kaum hawa saja yang menjalani hal itu. Hal yang sama pun berlaku untuk para kaum adam. Jadi, jangan malu jika ternyata kalian mengalami hal yang sama. Terutama jika kalian baru saja menduduki bangku kuliah.

Karena seolah tahun ajaran baru adalah saat di mana setiap orang mulai tebar pesona. Entah itu senior ke junior, junior ke senior, atau ke sesama teman. Kalian tidak bisa menampik fakta itu, apalagi berusaha untuk menghilangkannya.

Itu sebuah tradisi - ralat, budaya.

"Perasaan cowok-cowok di kelas kita udah makin baikan, deh." Aku menggumam ketika melihat deretan cowok di kelasku mulai menempati bangku terdepan dan kepala mengangguk-angguk antusias setiap kali dosen kami menjelaskan.

"Lagi semangat, kali. Biasa, masih awal-awal." Lestari, di sampingku, membalas bisikanku. Selagi aku mengangguk menyetujui.

Aku berniat kembali fokus mendengar penjelasan di depan. Jika saja lengan Tari tidak menyikutku, maka aku kembali mendekatkan tubuh kami. Sehingga Lestari bisa kembali berbisik di samping telingaku, "Ru, nanti nebeng, ya. Motor gue di bengkel."

Aku menaikkan kedua alis, "Serius? Tadi berangkat sama siapa?"

"Minta si Ata jemput. Kalau punya pacar harus ada gunanya, Ru." Tari menaik turunkan alisnya membuatku terkekeh geli.

"Oke, mau sekalian ngajakin Naomi." Balasku.

"Lho, mau ada apa?"

"Siang ini kita ada rapat, Tari."

Tari mengerjap sesaat mengingat, kemudian ber-'oh' ria kala sudah berhasil mengingat rencana rapat kami sore ini, "Oke, deh."

Pembicaraan kami kembali harus terinterupsi ketika satu cowok mengangkat tangan tinggi-tinggi kala pertanyaan dari dosen tertuju pada kami.

Malam & Mahesa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang