Lelah

42 15 0
                                    

 

          

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          

Lestari agaknya merasa ada yang aneh akhir-akhir ini. Awalnya ia tidak tahu, pun memilih abai lantaran tugas kuliah dan belum lagi keadaan organisasi yang ia geluti yang membuatnya tidak mempunyai waktu senggang selain malam. Sebab awal ia berpikir bahwa mungkin ia dan teman sekamarnya itu hanya sama-sama lelah terkait kesibukan masing-masing. Lantaran menyadari perubahan yang ditampakkan Aruna akhir-akhir ini padanya.

Ya, mereka memang punya kesibukan masing-masing dan hanya bertemu di malam hari. Untuk makan malam bersama kemudian kembali fokus mengerjakan tugas sebelum kembali tidur.

Namun agaknya perubahan yang ditampakkan oleh gadis bersurai sebahu itu tidak bisa benar-benar diabaikan lantaran selepas mereka dari kantin tadi, Aruna tiba-tiba saja meninggalkannya tanpa sepatah kaca dengan raut wajah kecut seolah akan marah barang disenggol saja.

Aruna mendiamkannya.

"Ru, ada masalah apa, sih?" Lestari pada akhirnya mengalah. Langsung bertanya tanpa basa-basi saat keduanya tiba di kosan bersamaan.

"Ada masalah apa?" Aruna balik bertanya, meletakkan kunci motor dan melepas jaketnya untuk disampirkan di balik pintu. Tanpa melirik atau memedulikan Lestari yang tengah menatapnya bingung.

Lestari mengeram setengah gemas, "Kalau ada masalah ayo sini duduk dulu. Diomongin baik-baik. Nggak usah saling diemin gini. Childish banget tau, nggak? Kita sudah dewasa. Nggak seharusnya gini. Kalau bisa diomongin baik-baik, kenapa nggak? Sudah mau seminggu aku perhatiin kamu beda banget."

Aruna menghela napas, pada akhirnya menatap balik Lestari sama-sama bingung, "Justru itu, aku malah bingung sama kamu nanyain apa. Karena memang nggak ada apa-apa," kilahnya.

"Tadi kenapa kamu tiba-tiba langsung beda waktu aku saling ganggu sama Mahesa?" Lestari tersenyum puas, menarik satu sudut bibirnya manakala ekspresi Aruna langsung berubah. Gadis itu bahkan menghentikan kegiatannya selama sepersekian detik manakala melepas jam tangan yang hendak diletakkan di atas rak buku.

"Jadi ini masalahnya?" Lestari maju. Mendudukkan diri di samping ranjang seraya mengamati Aruna yang nampak menyerah dengan kepala tertunduk dan helaan napas panjangnya.

"Bukan itu," ucap Aruna masih mengelak, "pokoknya bukan itu."

"Ru," Lestari mendongakkan kepalanya, menatap Aruna lekat kendati tidak dibalas hal yang serupa, "kamu itu sahabatku, Ru. Sudah berapa lama sih kita bareng? Ya meskipun baru mau dua tahun, tapi kita hidup satu atap, Ru."

"Aku paham banget dan ngerasa banget kalau kamu berubah," Lestari melanjut, "cara kamu balas chat aku, cara kamu ngomong sama aku, dan cara kamu perlakukan aku selama ini," menjeda beberapa detik tanpa berpaling dari Aruna, Lestari menghela napas panjang sembari melanjut, "semuanya beda, Aruna."

"Kelihatan banget, ya?" Lestari dapat melihat samar satu sudut bibir Aruna yang menarik di balik helaian rambutnya, "Padahal aku sudah susah payah biar nggak begitu kelihatan. Ternyata masih ketahuan."

Malam & Mahesa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang