Janjiku Kini

132 19 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, Mahesa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, Mahesa. Apa kabar kamu sekarang? Ah, aku pikir aku tidak perlu menanyakannya lagi karena kamu pun sudah terlihat baik. Bahkan lebih baik dari terakhir kali kita bertemu.

Tidak banyak yang aku ingat malam itu. Atau barangkali aku yang enggan untuk mengingat setiap detiknya. Kendati tentu saja rasa sakitnya masih terasa sampai sekarang. Cukup aku ingat garis besarnya saja, bahwa ternyata kamu memang tidak menginginkanku sebanyak aku menginginkanmu.

Kamu bilang bahwa kamu tidak sebaik itu, kamu bilang bahwa kamu tidak bisa memberikan apa yang aku mau yang mana itu adalah hubungan tentang dua pihak yang saling berjuang satu sama lain. Aku masih bisa menerimanya. Jika alasanmu hanya itu, aku bisa kembali membujukmu dan menyadarkanmu bahwa ada satu hati yang tulus mencintaimu di sini. Dan kita punya alasan untuk bersama.

Sungguh kamu tidak perlu hal-hal yang mahal untuk membuatku bahagia. Kamu tidak perlu menyewa pesawat pribadi ataupun memesan satu tempat duduk di sebuah restoran mahal untuk kita makan malam romantis. Mahesa, aku juga perempuan yang realistis. Aku tahu bahwa kita berdua hanyalah orang biasa yang tidak mampu melakukan hal-hal fantastis.

Kamu sering membawaku ke tempat-tempat yang sederhana. Hanya memutar-mutar Yogyakarta, duduk di Malioboro dengan makanan yang masing-masing kita beli dengan uang sendiri, katamu hanya ingin menyegarkan pikiran lantaran pusing dengan tumpukan angka di kampus, jangan juga lupakan perkara es krim yang sering kita nikmati bersama di depan minimarket. Setelah itu, malam berlalu begitu saja dengan semua obrolan yang jauh dari kata penting dan serius.

Tapi, sungguh. Hanya begitu saja aku bahagia.

Aku senang ketika kamu membawaku keliling kota. Tidak dengan mobil mewah, tapi dengan motor matic milikmu atau milikku. Menikmati bagaimana angin semilir menyinggahi kita dengan pemandangan gemerlapnya lampu dan suara dengungan motor yang menjadi pengantar untuk kita. Saat itu tidak lupa kamu atau aku akan menyenandungkan sebuah lagu yang sedang kita dengar akhir-akhir itu. Ataupun bagaimana kamu menceritakan tentang keluargamu di rumah, tentang adik-adikmu yang sangat kamu kasihi dan kamu banggakan.

Saat itu juga, kamu tidak luput menanyakan bagaimana kondisiku.

"Dingin, Ru?" begitu tanyamu dengan sorot mata penuh kekhawatiran. Jika pun aku menggeleng, kamu tetap tidak peduli. Melepas jaket kelabu milikmu untuk dipakaikan pada tubuhku.

Malam & Mahesa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang