6

4.5K 584 91
                                    

Laki-laki itu menggeliat pelan ketika gendang telinganya menangkap dering ponsel menyebalkan yang tak kunjung berhenti. Ingin hati membanting benda tersebut, namun ia sadar benda tipis berlambang apel itu menyita banyak tabungannya. Dengan malas tangannya meraba nakas lalu menggeser icon berwarna hijau tanpa memerhatikan namanya. Lihat saja ia akan mencaci maki orang yang berani mengganggu paginya dengan sang kekasih.

"Brengsek. Kemana otak mu menghubungi orang di pagi buta hah!? Cepat katakan urusan-"

"Hn."

'Shit.'

Laki-laki itu segera mendudukkan tubuhnya membuat selimut cokelat bergeser menampakkan dada telanjangnya. Ia menatap horor layar ponselnya yang menampilkan nama sahabat yang sialnya merangkap sebagai atasannya. Deheman pelan keluar dari bibir tipisnya sebelum menyapa ulang laki-laki di seberang sana yang ia yakini seribu persen akan memberikan tumpukan kerikil di meja kerjanya.

"Hai Sasuke, selamat pagi. Ada apa menghubungi-"

"Aku beri waktu 30 menit untuk sampai di rumah ku ..."

"Hei itu terlalu cepat." Potong laki-laki tersebut.

"Bawa pacar mu titik."

Tut.

Laki-laki itu segera bergegas mencari kaos dan celananya yang berserakan di ubin. Secepat kilat ia mengenakan pakaiannya lalu melangkah seribu menuju kamar mandi sekedar membasuh muka dan gosok gigi. Jantungnya berdegup kencang memikirkan apa yang akan dilakukan bosnya di pagi buta. Mungkinkah Sasuke akan menghajarnya atau lebih parah memecatnya.

"Sayang ayo bangun, kita punya urusan penting pagi ini," Sai menggoyang pelan tubuh kekasihnya. "bos memanggil kita sekarang juga."

"Uuh kau saja yang pergi," Ino merapatkan selimut untuk membungkus tubuhnya. "dia bukan bos ku."

"Ayolah kali ini saja. Kau mau melihat ku jadi pengangguran nanti?"

"Kau yang pengangguran bukan aku."

"Isteri dan anak ku mau makan apa nanti jika aku pengangguran?" Ujar Sai memelas.

"Bukan urusan ku."

Sai menyibak pelan selimut yang membungkus kekasihnya. "Jelas urusan mu, karena kau calon isteri ku."

"Aku tidak mau menikah dengan pria pengangguran."

"Ayolah demi masa depan ku hem. Ini juga untuk mu sayang." Bujuk Sai.

"Heehh."

Sai tersenyum manis melihat kekasihnya yang beranjak dari ranjang empuknya. Ia melangkah menghampiri wanita cantik itu dan memberikan ciuman singkat. "Aku mencintai mu Ino."

***


"Sasuke hiks hiks carikan aku papyrus hiks."

"Berhenti menangis."

Isakan pelan dari balik pintu membuat Sasuke kalang kabut. Pagi yang seharusnya dia lewati dengan bersantai nyatanya di awali dengan teriakan Sakura lalu tangisan yang sangat Sasuke tidak sukai. Sasuke pernah mendengar sedikit tentang papyrus di masa sekolah menengah, yaitu sebuah tanaman yang umumnya dijumpai di tepi lembah Sungai Nil. Haruskah ia pergi ke Mesir sekarang juga agar gadisnya- maksudnya gadis jejadian itu tidak menangis lagi.

"Sasuke hiks ..."

"Demi Tuhan Sakura, buka pintunya dan katakan dimana aku harus mencarinya!" Sasuke menggedor keras pintu kamar Sakura. "berhenti menangis dan kita akan pergi jalan-jalan oke."

Obligasi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang