7

4.1K 600 75
                                    

Mobil hitam itu melaju cepat membelah jalanan Konoha. Jantungnya berdegup kencang ketika terbesit pikiran tentang kakak atau bahkan ibunya memergoki keberadaan Sakura. Tidak, Sasuke tidak akan membiarkan siapapun mengusik kehidupan Sakura. Tidak satupun.

Lampu mobilnya menyorot seorang perempuan yang berdiri di depan pagarnya. Ah, pikirannya terlalu penuh sesak dengan gadis jejadian hingga ia melupakan pagar otomatisnya yang tidak akan membiarkan siapapun memasuki rumahnya. Onyx itu menajam berusaha mengenali siapakah gerangan si penunggu gerbang rumahnya, jika tidak penting Sasuke akan mengusirnya detik itu juga.

"Ya Tuhan ibu."

Sasuke segera mematikan mesin mobilnya, dengan tergesa ia keluar dari mobil dan menghampiri sang ibunda tercinta. "Apa yang ibu lakukan di sini."

Tas branded berlogo LV itu melayang menimpuk kepala Sasuke membuat si bungsu mengaduh pelan. "Dasar anak nakal, sejak kapan rumah mu di pasang beginian hah?!" Mikoto menjewer telinga kanan Sasuke dan menyeretnya hingga sampai pada mobil hitam anaknya. "Kau harus pulang malam ini."

Sasuke melirik sekitar. Sedikit bersyukur karena kompleks perumahan sekitar sepi, bisa jatuh imagenya jika ada yang melihatnya dalam kondisi seperti ini. "I-ibu tunggu-"

"Tunggu apa?! Kau mau ibu menyewa ekskavator untuk menghancurkan rumah mu sekarang juga?"

"Bukan begitu, aku hanya-"

Mikoto melepaskan jewerannya. "Hanya apa?" Mikoto melipat kedua tangannya dengan tas branded masih menggantung. "sudah cukup kau bertingkah menjengkelkan seperti ini."

"Ibu, aku hanya belum siap bertemu ..."

Mengabaikan perkataan Sasuke, Mikoto dengan cepat merogoh tas dan mengeluarkan ponselnya. "Halo Yamato, bawakan ekskavator ke rumah Sasuke sekarang juga."

"Maaf nyonya, toko sudah tutup dan saya sedang ngopi dengan Kakashi."

"Katakan berapa juta yen ..."

Sasuke mendesah pelan. Ibunya tidak akan pernah sekalipun main-main dengan kata-katanya. "Oke aku pulang."

"tidak jadi Yamato, kau bisa menikmati kopi mu sampai pagi."

Tut.

"Ayo pulang. Ibu sudah memasak makanan kesukaan mu, mungkin sekarang sudah dingin jangan khawatir ibu akan memanaskannya kembali."

Mikoto melangkah pelan ke dalam mobil Sasuke, meninggalkan si pemilik mobil yang masih menerawang jauh ke dalam rumahnya.

'Sakura tidak apa-apa ku tinggal?'

'Kau harus mengajaknya bodoh, dia belum makan malam.'

'Dia bisa makan sendiri kan?'

'Masak saja belum bisa, kau suruh makan apa dia? Ikan di Aquarium mu?'

'Aku hanya sebentar.'

Mikoto menurunkan kaca pintu depan. Sebelah alisnya terangkat naik melihat anak bungsunya bengong seperti kesambet arwah jalanan. "Sasuke ayo cepat."

"Hn."

***


"Ayo masuk sayang," Mikoto menatap iris hitam Sasuke yang nampak ragu. "meskipun tidak pernah bicara, ibu tahu ayah mu selalu merindukan mu. Bukankah kau anak kebanggaannya?"

"Itu dulu." Batin Sasuke miris.

"Sampai sekarang kau tetap menjadi kebanggaannya." Mikoto tersenyum lembut, tangan kanannya mengusap pelan lengan Sasuke berusaha menyalurkan keyakinan pada putra bungsunya. Mikoto membuka lebar pintu rumahnya, langkah anggunnya meninggalkan Sasuke yang masih termenung.

Obligasi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang