8

4.1K 561 100
                                    

Sayup-sayup kicauan burung memasuki gendang telinga Sasuke. Pria tampan itu menggeliat pelan membuat sosok di sampingnya melakukan hal sama. Ekor matanya melirik pelan setelah kesadaran mengambil alih dan menyadari tangan kirinya terasa kebas.

Ah rupanya gadis cant- gadis jejadian itu menggunakan tangannya sebagai bantal tanpa merubah sedikitpun posisi tidurnya, memeluk dirinya sampai pagi. Sasuke tersenyum tipis lalu melingkarkan tangan kanannya memeluk Sakura.

Jelaganya membingkai wajah cantik maksudnya wajah menyebalkan Sakura. Gadis itu selalu menuruti kata-katanya, selalu percaya padanya, berusaha melakukan yang terbaik untuk membuatnya senang meskipun sedikit menyebalkan.

Sasuke sangsi bahkan jika tadi malam ia meminta tubuhnya, gadis bodoh itu akan dengan senang hati tersenyum dan menuruti segala kemauannya. Ibarat kertas, maka Sakura adalah kertas putih yang masih kosong dan Sasuke adalah orang yang bisa memberikan warna apapun sesuai dengan keinginannya.

Jelaganya bergulir menatap cermat liontin Sakura. Sasuke cukup cerdas untuk mengetahui perubahan mencolok pada warna liontin bunga sakura itu. Mungkinkah ini ada hubungannya dengan potongan ingatan Sakura yang mulai muncul. Sungguh, jauh di lubuk hatinya ia ingin Sakura mendapatkan ingatannya kembali, menjadi seorang gadis pada umumnya lalu Sasuke akan mengajaknya menikah. Hanya saja entahlah, ia cukup ragu untuk rencana terakhir.

Sasuke mengeratkan pelukannya. Nyatanya ia belum siap jika Sakura mengingat apapun tentang masa lalunya. Jika boleh Sasuke minta, ia hanya ingin Sakura tetap seperti ini bersamanya sampai nanti. Gadis jejadian yang awalnya ia usir dan sangat menyebalkan nyatanya sekarang menjadi candu untuk menahannya

"S-ssuke," Sakura mengucek matanya pelan. "ini sudah pagi?" Ia kembali memeluk Sasuke dan mendusel dada bidang Sasuke. "Sasuke baunya harum, aku boleh minta sabunnya?"

"Ini bukan bau sabun tapi alami," Sasuke meletakkan dagunya di atas kepala Sakura. "tubuh ku memang sudah harum sejak lahir."

"Bagaimana caranya supaya harum seperti Sasuke?"

"Caranya?" Sasuke merasakan gesekan di dadanya akibat anggukan kepala Sakura. "Kau hanya perlu memeluk ku sepanjang hari, ketika pulang kerja, bersantai, ataupun tidur seperti sekarang."

"Setelah itu tubuh ku akan harum seperti Sasuke?"

"Belum," Tangan kanan Sasuke mengusap lamat punggung Sakura dari balik dress hijaunya. "Kita harus berbagi kegiatan panas terlebih dahulu." Bisik Sasuke

Sakura mendongak menatap wajah penyelamatnya dengan kedua pipi yang bersemu. "Seperti ciuman panas tadi malam?"

"Lebih dari itu, rasanya akan sangat enak."

"Seenak ayam goreng?"

Sasuke mendengus malas lalu meremas kuat pantat menggoda Sakura. "Tahu ah malas."

"Uhh apa yang Sasuke lakukan?!"

"Bodoh."

Sasuke mendorong tubuh Sakura hingga terlentang lantas menindihnya. "Aku akan mengajak mu jalan-jalan keliling Konoha setelah kau berhasil menidurkan adik besar mu."

"Aku tidak punya adik besar Sasuke." Sakura mengerucutkan bibirnya sebal yang langsung mendapat hadiah kecupan singkat dari Sasuke.

"Adik besar ku berarti adik besar mu juga."

"Ya sudah mana adik besar mu, sini biar ku uyel-uyel sampai tidur." Sungut Sakura sebal.

Seringai samar tercetak di bibir Sasuke. Ia lantas menggesek pelan adik besarnya di antara kedua kaki Sakura membuat si gadis memerah malu.

Obligasi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang