“Saya tidak menemukan cedera apapun dalam otaknya,” Kabuto menyerahkan hasil CT Scan ke tangan Sasuke. “kemungkinan besar amnesia yang di deritanya akibat trauma atau pecandu berat alkohol dan obat-obatan.”
Sasuke hanya menatap sekilas Kabuto lalu beralih pada hasil CT Scan Sakura. Sungguh ia tidak peduli, tujuannya ke sini semata-mata karena Sakura mengalami kejang dalam pingsannya.
“Dalam kasus amnesia normal, dia berada dalam fase kekosongan memori.” Kabuto menegakkan tubuhnya. “Jika gadis itu mampu melewatinya, kemungkinan besar kepingan memori di otaknya akan muncul dengan sendirinya. Hanya saja ...”
Sasuke mendongak menatap Kabuto.
“sebagian besar dari mereka akan kehilangan jati dirinya yang sekarang untuk sementara waktu. Anda harus bersiap jika kemungkinan itu terjadi Sasuke-sama.”
Sasuke mengusap lembut punggung tangan Sakura. Pikirannya melayang pada obrolan bersama Dokter Kabuto. Jika Sakura kehilangan jati dirinya, maka ia akan kembali mengajarinya dari awal.
Gadis ini bersama masa lalunya begitu membingungkan untuknya. Ia yakin sepenuh hati bahwa Sakura bukanlah manusia biasa sepertinya. Pandangannya melembut ketika melihat napas teratur dari Sakura. Sejenak senyum tipis terukir di bibirnya, kali ini Sasuke sangat yakin dengan keputusannya.
“Sasuke-kun.” Tepukan lembut di pundak kanannya membuat Sasuke menoleh, ah ia bahkan tidak menyadari kehadiran sang ibundanya. “Ibu membelikan mu makanan, makanlah selagi masih hangat.” Mikoto meletakkan paper bag cokelat di atas nakas. “Kau harus tetap sehat untuk menjaga Sakura-chan.”
Sasuke mengangguk samar. “Ibu ayo pulang, hari sudah malam.”
“Tetaplah di sini menjaga Sakura-chan.”
Sasuke beranjak berdiri. “Tidak masalah ada suster yang berjaga.”
“Tidak perlu Sasuke-kun, ibu sudah menelepon Zetsu tadi.”
“Tapi bu bagaimana jika–”
Mikoto mengedipkan sebelah matanya. “Kau seperti tidak tahu ibu saja.”
“Baiklah biarkan aku mengantar ibu ke bawah,” Onyx hitamnya menatap tegas sang ibunda. “tidak ada penolakan.” Pemuda tampan itu lalu melangkah pelan meninggalkan ibunya yang pasti akan menyusulnya.
“Dasar anak itu,” Tangan kiri Mikoto mengusap sayang surai merah muda Sakura. “baiklah Sakura-chan ibu pulang dulu ya, cepat sadar Sasuke menunggu mu.”
Setelah mengantar sang ibu tercinta Sasuke bergegas kembali ke kamar inap Sakura. Ia bahkan belum sempat untuk sekedar mengganti bajunya. Tangan kanannya menggeser pintu kamar inap Sakura. Iris hitamnya melebar ketika tidak mendapati sosok Sakura di atas bangsal.
Sepatunya melangkah tergesa menuju kamar mandi, dengan gerakan kasar ia menggeser pintu kamar mandi dan tidak menemukan sosok yang dicarinya. Tanpa pikir panjang Sasuke segera berlari menuju resepsionis di lantai tujuh.
“Kau melihat ada orang yang masuk atau keluar dari kamar nomer 712?”
Dengan pipi bersemu si perawat menjawab. “Maaf tuan–”
“Dasar tidak berguna.”
Sasuke segera berlari menyusuri lorong rumah sakit tanpa menunggu jawaban lebih lanjut. Onyx nya dengan awas memindai sekitar berharap menemukan sepucuk merah muda. Tanpa terasa langkah kakinya telah sampai di dasar lantai rumah sakit. Napasnya memburu, jelaganya dengan cepat memindai tiap sudut lobby rumah sakit. Ya Tuhan kemana lagi ia harus mencari gadis bodoh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obligasi [✓]
RomanceBagimana kisah jungkir balik dunia Sasuke melewati berbagai keanehan yang perlahan mengusik kehidupannya Disclaimer @Masashi Kishimoto