tidak ada yang salah dalam hubungan yang saling menguntungkan
yang salah adalah mereka yang berusaha mempermainkan takdir
nencoba bermain dengan guratan abadi yang tak kasat mata
manusia boleh berencana
namun tentu kehendak tuhan adalah mutlak
Co...
Hai apa kabar Ciee masih nungguin two wife update Tapi g mau like ni Coment dong 😜 Pencet bintang itu g ada satu detik loh hehe
Yaudah
Selamat membaca
.
.
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sejak kejadian semalam Jungkook tidak lagi menjawab telepon atau membalas pesan dari Remi. Dia selalu saja mereject bahkan diabaikan begitu saja. Remi berusaha mencari Jungkook ketika tiba di sekolah. Dia tidak langsung menaruh tasnya di kelas. Langkahnya menuntun pada kelas yang saat ini sangat ramai di lorongnya. Tiba-tiba saja langkah kakinya menjadi berat. Beberapa pasang mata menatap sinis padanya. Remi hanya menunduk ngeri apalagi melihatnya. Remi mengenalnya sangat. Itu Inha, senior yang pernah membullynya.
Tatapannya tak lagi santai. Dia tersenyum sinis menatap Remi dengan lipatan tangan di depan dada bersama teman-teman yang lain. "Kau berani menginjak kelasku, hm!?"
Namun, Remi tak mengindahkan sedikitpun ucapan Inha. Sedikit saja berjinjit Remi dapat menangkap seluruh isi kelas dari kaca jendela. Matanya bergerak mencari seseorang yang tak ditemukan.
"Hei, kau tuli! Aku berbicara padamu!" Bentak Inha mendorong bahu kiri Remi dengan tangan kanannya. Remi mundur selangkah.
"Ma-maaf, aku hanya mencari Jungkook sunbaenim." Ucap Remi gagap. Tatapannya menunduk saja ke bawah.
"Memang kau ini siapa, hah? Rupanya kau sudah berani mendekati Jungkook. Kau harus tau diri Remi! Kau itu hanya pengemis yang dipungut! Meskipun sekarang kau tinggal bersama keluarga kaya raya, tetap saja kau pengemis! Tidak akan pernah setara dengan kami!"
PLAK!!
Satu tamparan mendarat tepat dipipi Remi. Panas dan perih. Remi terisak tangis. Masih saja dirinya lemah berhadapan dengan Inha. Lagi-lagi Inha membuat lorong menjadi ramai seketika, seperti sedang menonton pertunjukan. Dia membuat keributan lagi. Bahkan, dengan kasarnya Inha akan menjambak rambut Remi lagi seperti dulu.