# then tell them you hate me and dated me just for laughs. so, why do you call me and tell me you want me back?
—
Malam ini Eric harus terjaga karena suara ketukan pada pintu utama rumahnya yang mengganggu, terlebih saat ini jarum panjang sudah menunjuk pada angka dua belas tepat. Ia butuh tidur, tapi seseorang di luar sana seakan tak membiarkannya untuk beristirahat.
Eric berdecak, memilih beranjak dari kasurnya yang nyaman hanya untuk mengintip dari jendela di sebelah pintu besar tersebut. Kepalanya sedikit condong, mencari-cari siapa tamunya pada tengah malam ini.
Tuk! Tuk!
Hingga tanpa pemuda manis itu sadari, ujung sebuah sekop sudah mengetuk-ngetuk kaca jendela. Mengalihkan atensinya dari taman rumahnya ke arah sosok jangkung dengan jaket denim membalut tubuhnya.
Kedua mata Eric membola, menyadari siapa orang yang saat ini masih setia mengetuk-ngetuk kaca rumahnya dengan sebuah sekop. Lantas tanpa membuang waktu, ia berlari kecil menghampiri kenop pintu. Ketukan berpindah kembali ke pintu kayu tersebut, membuat diam-diam pemuda dengan marga Sohn itu berdecak kesal.
Pasti mabuk lagi, pikirnya sembari menekan kenop yang membuat pintu utama rumahnya itu terbuka. Membiarkan sosok jangkung itu masuk dengan sempoyongan, beserta sebuah sekop dan sekuntum mawar layu digenggamannya.
"Aduh," Eric meringis pelan kala tanpa sengaja sosok itu menabrak dinding ruang tamu. "Kebiasaan banget, sih," gumamnya sembari menarik salah satu lengan orang itu untuk ia kalungkan pada pundaknya.
Tubuh jangkungnya limbung beberapa kali, membuat Eric nyaris ikutan kehilangan keseimbangan dan berakhir terjerembab. Pemuda manis itu menghela nafas berat begitu seseorang yang mabuk itu sudah berhasil ia taruh di sofa.
Baru juga Eric akan berbalik untuk mengambilkan selimut, pergelangan tangannya sudah digenggam sebelum pada akhirnya ditarik hingga tubuhnya kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat di atas pangkuan pemuda jangkung itu.
"Eric..," desis pemuda itu sembari melingkarkan lengan panjangnya pada pinggang Eric.
Eric mendengus keras. "Merepotkan sekali, kak Younghoon seharusnya tidak datang ke rumahku!" Tubuhnya berbalik, menghadap ke arah pemuda mabuk itu, Kim Younghoon. "Kak Younghoon, berhenti seolah-olah kita masih memiliki hubungan, oke? Aku muak." Belum juga sempat Eric bangkit, tangan yang lebih tua sudah menekan tengkuknya.
Cup.
Bau alkohol jelas tertangkap indera penciumannya yang terlalu sensitif akan hal seperti itu, membuatnya memberontak meminta Younghoon segera menjauhkan bibirnya dari bibir ranum milik Eric. "Kak!"
Nyatanya, percuma saja. Alih-alih menghentikan ciumannya, tangan pemuda itu malah makin menekan tengkuk Eric untuk memperdalam ciuman mereka dan menarik salah satu tangan Eric lalu ia taruh di bahunya.
"Eric..., kakak sayang kamu. Eric sayang kakak juga 'kan?" racau Younghoon sembari menatap sayu lurus tepat pada iris legam Eric.
Yang lebih muda menegang, benar-benar tidak suka wajah memelas dari sang mantan kekasih di hadapannya itu. Lantas tanpa bisa ia tahan, tubuhnya secara perlahan didorong turun oleh Younghoon hingga posisi keduanya sudah tiduran di sofa.
Eric tak suka situasi seperti ini. Dimana tubuh Younghoon terlalu menempel padanya dengan wajah Eric yang dihadapkan pemuda itu ke dada bidangnya. Lantas tak hanya sampai disitu saja, perlahan tangan Younghoon bergerak mengukung tubuh mungil Eric membuat wajah si manis semakin tenggelam di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
about us | tbz.
FanfictionTentang kita, kumpulan dari beberapa individu yang masih terlampau labil. oneshoot collection, © tinybs, 2020